Perspektif

Agama dan Media Dalam Interaksi Konstruktif

Saat ini media massa memainkan peran sangat penting dan tidak dapat dipungkiri dalam menyampaikan pesan lebih cepat dan luas. Semakin maju dunia, peran ini semakin meluas. Pengaruh media semakin menjadi-jadi berbarengan dengan ditemukannya radio dan televisi serta yang terakhir munculnya internet. Satelit kini memancarkan gelombang suara dan gambar ke seluruh dunia, bahkan ke daerah-daerah terpencil sekalipun.

Esensi globalitas media menjadikan pemeluk agama memanfaatkannya untuk menyebarkan ajaran agamanya. Terlebih lagi dikarenakan pada prinsipnya risalah asli para nabi adalah mendakwahkan agama, spiritual dan menuntun manusia. Kini muncul pertanyaan, apakah media massa dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan budaya agama, sama seperti keahlian media dalam mengiklankan pelbagai produk atau nilai-nilai?

Pada beberapa waktu yang lampau diselenggarakan seminar membicarakan “Agama dan Media” di kota Qom dan Tehran. Dalam seminar itu, para pakar di bidang agama dan media berkumpul membicarakan kemampuan media dalam mendakwahkan agama sekaligus sejumlah kendala dalam berdakwah menggunakan media. Hal yang membuat penyelenggaraan seminar semacam ini menjadi keharusan kembali pada kebutuhan manusia saat ini demi mengetahui lebih banyak tentang budaya dan ajaran agama, khususnya agama Islam.

Kini pelbagai kemajuan yang diraih umat manusia dari sisi materi dan pelbagai keistimewaan lainnya membuatnya merasa lebih membutuhkan spiritual dan ajaran agama. Kekosongan spiritual di Barat telah menyeret masyarakat pada kenihilan dan memperluas pelbagai macam keruwetan dan kerusakan moral. Di sini para peserta seminar “Agama dan Media” meyakini dakwah agama yang benar lewat media yang efektif mampu melipatgandakan pengaruh pesan agung agama dan lebih banyak orang yang akan memanfaatkan pelbagai tuntunan spiritual agama.

Hojjatul Islam Wal Muslimin Sadeghi, Sekretaris seminar “Agama dan Media” saat menjelaskan kekuatan media mengatakan, “Media saat ini menjadi pilar terpenting kekuatan lunak yang mempengaruhi diplomasi, politik dan ekonomi. Pada dasarnya media menjadi pilar terpenting kekuatan setiap masyarakat. Di sini kekuatan media menjadikan pemanfaatannya menjadi keharusan dalam mendakwahkan agama.” Namun ada faktor-faktor lain yang mendorong para pakar memanfaatkan lebih banyak media massa demi menyebarkan nilai-nilai agama.

Hojjatul Islam Wal Muslimin Bayat, seorang pakar dakwah agama Islam dalam artikel yang disampaikan dalam seminar Agama dan Media, menilai sebagian dari keharusan berdakwah lewat media massa terkait dengan agama Islam. Seraya menyinggung perintah dan ajaran agama Islam terkait seluruh bidang kehidupan manusia, terlebih lagi mayoritas ajaran-ajaran ini substansial politik dan sosial. Oleh karena itu ia menyebut agama Islam sebagai agama komunikasi. Dari penjelasan ini, Hojjatullah Bayat mengambil kesimpulan, demi menyampaikan pesan-pesan transenden Islam, sudah seharusnya umat Islam memanfaatkan semaksimalnya media massa demi menyebarkan agama Islam.

Memanfaatkan media massa untuk mendakwahkan agama akan semakin menunjukkan urgensinya saat kita tahu betapa kekuatan-kekuatan besar Barat memanfaatkan seluas-luasnya media massa untuk menguasai dunia. Saat ini media-media massa di negara-negara Barat menjadi besar dan berpengaruh bila menayangkan dan memuat iklan. Mayoritas media semacam ini dikuasai oleh para pemilik kekuasaan dan orang-orang kaya. Mereka memanfaatkan media demi menjamin keserakahan politik dan ekonominya. Penyebaran faham materialistik, seks bebas, kekerasan dan pelbagai kebejatan moral termasuk tujuan asli media Barat. Kini, sudah saatnya memanfaatkan media secara benar guna menyebarkan spiritualitas, moral dan penyembahan kepada Allah demi mengantarkan manusia kepada kesempurnaan.

Membela nilai-nilai Islam dan kehormatan umat Islam merupakan masalah lain yang membuat pemanfaatan media menjadi satu keharusan. Al-Quran meminta umat Islam mempersiapkan dirinya dengan kemampuan terbaik militer guna menghadapi serangan musuh. Kini mesin perang asli dalam konflik ini adalah media. Hojjatul Islam Wal Muslimin  Bayat dalam makalahnya menulis, “Beberapa abad sebelumnya, masalah jaminan keamanan bagi bahaya global lebih ditekankan pada bidang militer. Namun saat ini, media dan bentuk aktivitasnya di tengah-tengah masyarakat mengubah bentuk pengertian akan perang, keamanan dan bela diri. Mencermati pelbagai bentuk pertahanan dan penyerangan di mana media kini menjadi alat paling penting, sudah selayaknya untuk mengadakan keperluan membela diri sesuai dengan kondisi masa.”

Sekalipun demikian, dengan mengamati begitu luasnya sikap permusuhan terhadap Islam yang kebanyakan diorganisasi lewat media-media Barat, dapat dipahami betapa hanya dengan memanfaatkan media massa serangan media massa Barat itu dapat digagalkan. Upaya menjawab segala bentuk tuduhan dan fitnah yang disebarkan media-media Barat hanya dapat ditepis dengan memanfaatkan media secara benar dan lihai.

Doktor Hassan Rahimpour Azghadi, Dosen Universitas menilai media agama adalah media yang mampu meningkatkan tingkat pengetahuan agama setelah digunakan. Media seperti ini punya ciri khas seperti terbuka dalam menerima kritikan, tenang, fleksibel dan menjaga aturan-aturan moral. Sementara Alireza Pouya, Direktur Pusat Riset Radio dan Televisi Iran menyinggung proses informasi global yang saat ini berada di tangan para pemilik modal dan politikus. Oleh karenanya kebenaran dan tidaknya berita yang mereka sampaikan tidak dapat dipercaya. Satu-satunya cara keluar dari problema ini adalah memperhatikan prinsip-prinsip epistemik Al-Quran.

Alireza Pouya mengatakan, “Al-Quran adalah sumber yang tiada bandingnya bagi penelitian dalam ilmu-ilmu humaniora dan kita harus mencari tolok ukur berita yang benar dari sumber-sumber agama yang orisinil.” Ia lalu menyebut sejumlah tolok ukur benarnya sebuah berita menurut Al-Quran. Sebagian dari tolok ukur tersebut adalah, realistis, kejujuran, punya referensi, bermanfaat, membongkar berita bohong, menghindari pendidikan yang tidak benar, memanfaatkan bahasa yang lebih beradab, menjaga kehormatan dan akhlak, tidak menghina pihak lain dan tidak masuk menyebarkan hal-hal privatisasi orang lain.

Doktor Mohammad Salimi, seorang peneliti dalam makalahnya yang dibacakan di seminar Agama dan Media menyebut sejumlah ciri khas sebuah media yang fokus akan masalah-masalah keagamaan. Disebutkannya, memperhatikan rasionalitas dan logika agama, membuktikan moralitas, dan menyebarkan model-model perilaku bagi pertumbuhan dan kesempurnaan. Seraya menyinggung propaganda tidak benar dan menyesatkan media-media sekuler, ia menyebut upaya pendalaman identitas keagamaan, penyampaian informasi yang benar, mendorong masyarakat lebih hemat dalam mengkonsumsi sebagai ciri khas lain media agamis.

Poin penting lainnya yang ditekankan oleh para peserta seminar Agama dan Media adalah memanfaatkan seni sebagai alat yang efektif demi memindahkan pengertian-pengertian agama yang transenden. Sekaitan dengan masalah ini, Hojjatul Islam Wal Muslimin  Bayat menyatakan, “Satu dari dimensi media modern adalah dimensi seninya. Karena seni termasuk modal paling penting media modern, khususnya media visual. Dengan dasar ini, memanfaatkan kapasitas seni dari media guna mendakwahkan nilai-nilai agama menjadi suatu keharusan.”

Kebutuhan untuk memanfaatkan media demi menyebarkan pemikiran suci agama lebih dirasakan saat ini dibanding masa lalu. Karena manusia setelah dalam satu periode menjauh dari agama dan spiritual, kini mereka merasakan kekurangannya. Dengan demikian, media adalah alat paling berpengaruh ketimbang alat-alat lain dalam menyampaikan pesan transenden dan pemberi semangat agama kepada seluruh rakyat di dunia.

(Sumber : Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta)

Komentari Artikel Ini

comments

https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js
%d blogger menyukai ini: