Info Islam

Bangsa Palestina Melawan Rencana Rasis Kesepakatan Abad

Buletinmitsal.com – Seperti yang diklaim Presiden Amerika Serikat Donald Trump, kesepakatan abad akan diresmikan dalam 24 jam mendatang.

Trump secara bersamaan mengundang Benjamin Netanyahu dan Benny Gantz, dua kandidat utama perdana menteri Israel untuk berkunjung ke Gedung Putih. Dijadwalkan selama pertemuan dengan Netanyahu dan Gantz, Trump secara resmi akan meresmikan rencana kesepakatan abad.

Berdasarkan rencana rasis kesepakatan abad, seluruh wilayah yang disengketakan Israel dengan negara-negara Arab khususnya Palestina akan diserahkan kepada rezim Zionis. Selain itu pengungsi Palestina juga tidak diijinkan kembali ke tanah air mereka serta bangsa Palestina akan dilucuti senjatanya dan hanya polisi kota yang diijinkan membawa senjata ringan.

Sementara itu, faksi-faksi Palestina seraya menentang keras rencana rasis ini menyatakan bahwa mereka akan melawan rencana tersebut. Namun pertanyaan penting di sini adalah opsi apa yang bakal dipilih Palestina untuk melawan rencana ini ?

Sepertinya opsi terpenting adalah muqawama. Berbagai faksi Palestina sejak Maret 2018 sampai kini melalui berbagai aksi demo “Hak Kepulangan” telah menunjukkan bahwa mereka bukan saja menolak rencana ini, bahkan meraka akan melawannya.

Meski Donald Trump selama tiga tahun berkuasa di Amerika telah membuktikan dirinya tidak mengindahkan masyarakat dunia dan opini publik serta menjalankan kebijakannya secara sepihak, namun muqawama melawan rencana rasis kesepakatan abad selain bermakna penolakan mengakui atau menerima rencana ini oleh bangsa Palestina, hal ini juga akan menimbulkan dampak besar bagi Israel.

Koran Tages-Anzeiger Swiss di analisanya menyebut rencana ini sebagai kapitulasi Palestina dan menulis, Trump melalui pemerasan seperti ini meraih kesepakatan dan mengobarkan konfrontasi di kawasan ketimbang perdamaian.

Opsi lain bangsa Palestina melawan rencana rasis kesepakatan abad adalah keluar dari perjanjian damai. Perjanjian terpenting antara Palestina dan Israel adalah perjanjian Oslo tahun 1993 dan 1995. Berdasarkan kesepakatan tersebut, Tepi Barat Sungai Jordan di bagi menjadi tiga zona A, B dan C serta dikontrol oleh sipil dan aparat keamanan Palestina, pihak sipil dan aparat keamanan Israel, serta sipil dan aparat keamanan Israel. Perjanjian ini menurut kesepakan berakhir tahun 1999, namun melalui kesepakatan tersirat  terus diperpanjang oleh kedua pihak.

Saeb Erekat, juru runding senior Israel saat merespon statemen Trump yang berniat meresmikan kesepakatan abad mengatakan, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) tetap menilai dirinya berhak untuk keluar dari kesepakatan sementara yang menjadi bagian terpenting perjanjian Oslo. Erekat menambahkan bahwa keluar dari perjanjian ini akan terjadi jika Trump meresmikan rencana kesepakatan abad.

Opsi lain adalah merujuk ke lembaga internasional. Meski ada veto dari Amerika di Dewan Keamanan, merujuk kepada organisasi ini secara praktis tidak akan membuahkan hasil bagi Palestina, namun tetap terbuka upaya merujuk ke Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) untuk menyelidiki kejahatan Israel serta pengaduan ke Mahkamah Internasional (ICJ).

sumber: parstoday

Komentari Artikel Ini

comments

%d blogger menyukai ini: