Muhammad bin Abdullah bin Abdul Manaf dilahirkan di kota makkah. Abdullah ayah beliau meninggal dunia sewaktu beliau dalam kandungan, ibu beliau juga meninggal dunia sewaktu beliau berumur enam tahun. Akhirnya beliau dibesarkan oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib, sampai ia berumur delapan tahun, setelah kakeknya meninggal dunia ia tinggal dengan pamannya Abu Thalib, selama beliau tinggal dengan pamannya, perilakunya mendapat perhatian penduduk sekitar dan tidak lama berselang ia telah mendapat tempat di hati mereka.
Kematangan pribadi Muhammad memang melampaui usianya, sekaligus juga jauh terlihat berbeda dibanding teman sebayanya. Bila teman sebayanya masih banyak yang manja, cengeng, suka bermalas – malasan dan berbuat nakal, Muhammad telah tumbuh menjadi remaja yang memiliki pribadi yang mengagumkan. Ia cerdas, sopan, sangat suka menolong dan memiliki disiplin diri yang tinggi. Ia juga tidak suka mengabaikan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, walaupun tanggung jawab itu hanya masalah remeh. Baginya, memenuhi tugas yang diembannya adalah masalah besar dan serius tak akan pernah ia lalaikan.
Pada usia tiga belas tahun, ia menemani Abu Thalib berdagang ke Syam (Syiria sekarang). Dalam perjalanan inilah keagungan jiwa dan sifat amanahnya teruji, Oleh karena itu di kalangan masyarakat Makkah pada saat itu memanggilnya Muhammad Al-Amin (yang terpercaya). Pada usia dua puluh lima tahun beliau menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, dan pada usia itu pula beliau menempatkan Hajarul Aswad di tempatnya semula dan mencegah terjadinya perang antar kabilah Makkah, ia telah membuktikan keahliannya dalam manajemen, dan dengan ikut serta dalam perjanjian Hilful Fudhul ia telah membuktikan kecintaannya terhadap persatuan insani.
Pada usia empat puluh tahun ia diangkat menjadi nabi, selama tiga tahun ia berdakwah secara diam – diam di kota Makkah. Setelah masa tiga tahun turunlah ayat yang berbunyi “berilah peringatan kepada keluarga dekat mu” dan dia mulai melakukan dakwah secara terang terangan dan dia mulai dari keluarga dekat dia sendiri, setelah itu ia mendakwahkan untuk bertauhid dan meninggalkan syirik dan menyembah berhala. Semenjak dakwah rasul terang terangan kaum quraisy menyatakan peperangan dengan beliau, menentang dakwah beliau, dan menganggu segala aktivitas beliau. Selama tiga belas tahun Rasulullah SAW menghadapi segala gangguan dan ejekan dari pembesar pembesar quraisy. Dengan tegar ia tidak mundur walaupun selangkah dari misi nya. Setelah tiga tahun berdakwah di Makkah dia terpaksa harus hijrah ke Madinah, pasca hijrah di Madinah lahan untuk dakwah Islam tersedia dengan baik meskipun pada priode sepuluh tahun ini kaum musyrikin, munafikin dan kabilah – kabilah yahudi selalu mengganggu.
Akhlak Rasulullah
Rasullulah SAW adalah manusia yang paling sempurna dan penghulu diantara nabi – nabi terdahulu. Untuk membuktikan keagungannya kita cukup mengetahu bahwa Allah SWT memanggilnya dalam Al Quran dengan sebutan “wahai rasul” atau “wahai nabi” , dan menjadikan contoh teladan untuk alam semesta. Allah SWT berfirman “sesungguhnya beliau memiliki akhlak yang mulia dan sempurna”.
Ia tidak pernah menyia –nyiakan waktu kesempatan yang dimiliki, ketika berdoa ia selalu merintih “ya Allah aku berlindung kepadamu dari segala bentuk pengangguran dan rasa malas”. Ia berprinsip untuk selalu menegakkan keadilan, dalam masalah dagang ia tidak pernah berbohong dan melaksanakan praktek penipuan serta mempersulit pembeli, ia tidak pernah berdebat dengan siapapun dan tidak pernah melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain.
Rasulullah SAW dalam dakwahnya mengedepankan pendekatan yang efektif, menggunakan argumentasi, akal sehat, tanpa ada unsur paksaan, tetapi lebih mengedepankan unsur kasih sayang dan penuh cinta. Beliau juga menjelaskan pada mereka kebenaran sebenarnya tentang manusia, alam semesta, dan Allah, ajakannya memikat, penuh kasih sayang, bijak dan dengan cara yang baik.
Suatu hari, seorang Arab gurun datang menemui Rasul SAW. Pada saat dia memberanikan diri untuk maju menghadap beliau, tiba-tiba kebesaran dan karisma Nabi SAW membuatnya gagap dan gugup.
Saat itu Rasul berkata, “Jangan kau persulit dirimu sekadar untuk berjumpa denganku! Apa yang kau cemaskan? Ketahuilah bahwa aku bukan seorang diktator atau raja yang angkuh. Aku adalah putra perempuan yang memerah susu kambing dengan tangannya sendiri. Aku tidak berbeda dengan saudaramu yang lain. Apa pun yang ingin kau katakana padaku, maka katatakanlah!”
Disinilah kita dapat menyaksikan bahwa kekuasaan, pengaruh, semua fasilitias yang tersedia, tidak sedikit pun dapat merubah kemuliaan pribadi Rasul SAW.