“Sekiranya bukan karena engkau Muhammad, maka Aku tidak akan ciptakan alam semesta ini.” Begitulah kurang lebih penggalan teks hadis yang cukup populer di kalangan pengamal tasawuf ketika membahas konsep ‘Nur Muhammad’. Dari ungkapan tersebut, kita bisa memahami bahwa seluruh maujud – alam jagat raya beserta isinya – yang ada ini, keberadaannya dimediasi oleh keberadaan wujud Rasulullah SAW.
Artinya, seluruh maujud bisa eksis karena wasilah atau perantaraan eksistensi Nabi kita Muhammad SAW. Kalau demikian kenyataannya, maka sangat wajar bagi seluruh ciptaan – khususnya kita manusia – untuk senantiasa mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih kita kepada baginda Rasulullah SAW. Ungkapan tersebut bisa dimaknai sebagai upaya untuk menjaga hubungan agar terjalin secara terus menerus dan tidak pernah terputus, antara diri kita dengan hakikat Muhammad SAW. Oleh karena itu, setidaknya ada dua hal yang dapat dilakukan jika kita bermaksud merawat hubungan dengan baginda Rasulullah SAW.
Pertama, senantiasa menyapa Nabi SAW melalui salam dan shalawat kepadanya. Berkenaan dengan hal ini, Allah SWT telah dengan tegas memerintahkan dalam firman-Nya, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” Inilah satu-satunya perintah dalam Al-Quran, yang Allah SWT dan malaikat-Nya terlebih dahulu mencontohkan, baru kemudian diperintahkan kepada kita hamba-Nya. Kedua, senantiasa menjaga wasiat yang ditinggalkannya untuk kita umatnya. Adapun wasiat utama Nabi SAW yang wajib kita jaga adalah dua pusaka yang diwariskannya yaitu : Al-Quran Al-Karim dan Itrah Ahli Baitnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan untuk menjalani kedua hal tersebut.
Wassalam