Presiden Turki dan raja Arab Saudi menjalin kontak via telpon untuk membahas rencana kehadiran pasukan daratnya di Suriah dengan alasan menumpas teroris ISIS.
Recep Tayyip Erdoğan dan Salman bin Abdul Aziz dalam percakapan telpon hari Selasa (16/2/2016) menegaskan tidak ada solusi krisis Suriah dengan bertahannya Bashar Assad. Selain itu, presiden Turki dan raja Arab Saudi dalam pembicaraan tersebut mengkhawatirkan serangan militer Suriah terhadap wilayah utara Aleppo.
Kini, kelompok oposisi bersenjata, termasuk teroris di Suriah yang didukung Ankara dan Riyadh semakin terjepit. Pada saat yang sama, kemajuan pasukan Kurdi Suriah dalam pertempuran melawan teroris di negara ini menimbulkan kemarahan Turki dan Saudi. Sebab, mereka kehilangan kartunya satu persatu.
Berbagai kelompok teroris yang beroperasi di Aleppo, memasuki Suriah dari arah Turki dan mendapatkan dukungan finansial dan senjata dari Ankara yang didukung sejumlah negara Arab dan Barat. Tapi kini, para teroris itu semakin kewalahan dan terdesak menghadapi perlawanan militer Suriah yang didukung rakyat negara Arab itu. Dengan alasan menumpas ISIS, Turki dan Arab Saudi berupaya menyelamatkan kelompok teroris di Suriah.
Tujuan Ankara dan Riyadh, bersama Doha memulai skenario pengiriman pasukan darat ke Suriah untuk membuka jalan bagi masuknya koalisi anti-ISIS yang dipimpin AS. Sebelumnya, Mevlut Cavusoglu, Menteri Luar Negeri Turki mengatakan bahwa negaranya akan bergabung dengan Arab Saudi dalam operasi darat di Suriah dengan dalih memerangi ISIS. Sementara itu, Arab Saudi dilaporkan telah mengirim 20 jet tempurnya ke pangkalan udara Incirlik di selatan Turki. Tapi, hingga kini belum ada kesepakatan dari AS mengenai keterlibatannya dalam serangan darat yang dipimpin Saudi dan Turki di Suriah.
Dengan mempertimbangkan kesepakatan Munich mengenai gencatan senjata di Suriah dan kunjungan Staffan de Mistura, wakil khusus sekjen PBB urusan Suriah ke Damaskus, tampaknya PBB dan masyarakat internasional tidak mendukung manuver koalisi Riyadh dan Ankara itu. Tampaknya, memaksakan diri masuk ke pusaran krisis Suriah akan menyeret Saudi dan Turki dalam masalah besar.
Menlu Turki menilai penantian Saudi, Turki dan Qatar terhadap Barat supaya mendukung serangan darat ke Suriah tidak tepat dan tidak realistis. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan Ankara dan Riyadh dalam menghadapi krisis Suriah. Sejatinya, apa yang dilakukan para aktor politik Turki dan Saudi mengulang-ulang skenario pengiriman pasukan darat ke Suriah hanya sekedar manuver politik belaka.
Sumber : www.indonesian.irib.ir