Dunia pada hakikatnya di ciptakan sebagai tempat persinggahan bagi kehidupan akhirat yang abadi. Al-Quran berkata: {Man kana yuridu hartsal akhirati nazidlahu fi hartsihi wa man kana yuridu hartsa addunya nu’tihi minha wa ma lahu fil akhirati min nashibin} “Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat.”
Sesuai dengan konteks ayat tersebut, maka seharusnyalah dunia ini di jadikan sebagai tempat becocok tanam untuk memikat penghasilan akhirat tetapi jika dunia ini di jadikan sebagai tujuan asli maka tidak ada sesuatu lain yang diperoleh manusia kecuali semata-mata kenikmatan dan kelezatan dan mereka akan tertinggal dari kelezatan abadi dan nikmat-nikmat ukhrawi. Rasulullah SAW bersabda: “Addunya mazra’atul akhirati” Dunia adalah tempat bercocok tanam untuk akhirat.
Harta Karun Yang Tersembunyi
Nabi Isa as dengan para pengikutnya (Huwariyun) sedang berjalan melintasi sebuah kota. Di dekat kota itu mereka menemukan timbunan harta karun, para pengikut Nabi Isa as meminta izin kepada beliau untuk mengumpulkan harta karun itu sehingga tidak hilang begitu saja.
Nabi Isa as berkata: Kalian menjaga harta karun ini sampai saya memasuki kota dan mendapatkan harta karun yang lebih baik lagi.
Nabi Isa as telah memasuki kota dan bertamu di sebuah rumah seorang wanita tua yang sangat fakir. Nabi Isa as bertanya kepada wanita itu: Apakah ada orang lain di rumah ini selain kamu? Wanita itu menjawab: Iya, saya mempunyai seorang putra yang pada siang hari mengais rezeki di padang pasir dan kami pun hidup dari hasil kerjanyanya. Sewaktu Putranya datang pada malam hari, wanita tua itu berkata: Malam ini kita mempunyai tamu yang di jidatnya jelas dan nampak akan kebesaran dan keagungan cahaya Tuhan, sekarang juga kamu pergi menemuinya dan manfaatkanlah kehadirannya.
Lelaki muda itu berangkat untuk menemui Nabi Isa as. Semalam telah berlalu dan Nabi Isa menanyakan tentang bagaimana dia mencari nafkah serta kondisi kehidupannya. Dari ucapannya dapat di tebak bahwa dia seorang lelaki muda yang berhati-hati dan adil, dan juga memiliki potensi sempurna. Tetapi raut wajahnya menceritakan tentang sesuatu yang tersembunyi. Nabi Isa as berkata kepadanya: Wahai pemuda sepertinya engkau mempunyai rahasia di dalam hatimu?! Katakanlah kepadaku mungkin saya dapat membantu memecahkannya. Karena melihat desakan Nabi Isa as, dia lalu berkata kepadanya: Benar saya mempunyai rahasia yang tidak seorangpun mengetahui dan dapat memecahkannya selain Tuhan. Nabi Isa as meminta untuk menceritakan dan menjelaskan rahasia tersebut.
Lelaki muda itu berkata: Suatu hari saya pergi ke kota untuk mengais rezeki dan saya telah melewati istana putri raja, sewaktu mata saya tertuju kepadanya, saya langsung menyukainya. Nabi Isa as berkata: Jika kamu menyukainya dengan izin Ilahi saya akan menyediakan dan mempersiapkan perkawinanmu.
Lelaki itu mengatakan kepada ibunya tentang ucapan tamu itu. Ibunya menjawab: Dari lahiriahnya dapat dipahami bahwa tamu itu bukanlah seorang pembohong.
Nabi Isa as berkata: Besok kamu pergi menemui raja dan lamarlah putrinya, apa saja yang diinginkannya beritakanlah kepada saya. Esok pagi lelaki muda itu mendatangi istana dengan tujuan untuk melamar lalu menyerahkan dirinya kepada para orang terdekat raja, dia berkata: Saya datang dengan maksud untuk melamar putri raja. Saya memohon kepada kalian untuk mempertemukan saya dengan raja. Para pengawas kerajaan tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan lelaki muda itu dan mereka membawa dia di hadapan raja untuk di jadikan hiburan semata-mata lalu mereka menyampaikan permohonannya.
Raja berkata: Tidak ada masalah. Apabila kamu sanggup membawa dan menyediakan (ukuran itu tidak memungkinkan disediakan meskipun seorang raja) perhiasan bagi kami! Lelaki muda itu kembali dan menjelaskan kejadiannya kepada Nabi Isa as. Beliau as membawa dia ke sebuah reruntuhan di mana di dalamnya terdapat begitu banyak batu-batu kerikil dan kecil. Beliau as berdoa, dan dengan izin Tuhan batu-batu kerikil itu berubah menjadi perhiasan.
Lelaki muda itu membawa perhiasan di hadapan raja, begitu mata raja dan para pembesar tertuju kepada perhiasan, mereka semua menjadi heran dan berkata: Lelaki pengais, dari mana kamu mendapatkan seluruh perhiasan ini?!
Untuk yang kedua kalinya raja meminta perhiasan yang lebih banyak lagi dan pemuda itu mengabarkan kepada Nabi Isa as. Beliau as berkata : Pergilah ke reruntuhan itu dan ambillah sebanyak yang kamu mau dan bawalah di hadapan raja, kali ini raja mengajak pemuda itu untuk menyepi dan menanyakan perkara yang sebenarnya, pemuda itupun menjelaskan kejadian yang sesungguhnya. Raja berkata : Pergilah dan bawalah orang itu dan beliau yang akan mengakad nikahkan kamu dengan putriku dan laksanakanlah upacara pernikahanmu!
Nabi Isa as, menikahkan pemuda itu dengan putri raja. Esok paginya, raja meminta kepada menantunya untuk berbincang-bincang selama satu jam. Raja melihat kebesaran dan kebenaran dalam ucapan menantunya karena raja tidak mempunyai anak lain kecuali putri itu maka raja mengangkat dia sebagai pengganti dirinya dan secara kebetulan pada malam itu, tiba-tiba raja meninggal dunia dan pemuda itu yang menjadi pewaris mahkota dan singgasana kerajaan.
Pada hari ketiga Nabi Isa as menghampiri istana raja untuk mengucapkan perpisahan, pemuda itu melayani dia sebagai orang yang berjasa dalam kehidupannya dan berkata : Wahai Hakim! Saya mempunyai satu pertanyaan, apabila anda tidak menjawabnya maka semua nikmat yang telah anda sediakan untuk saya tidak akan ada manfaatnya. Beliau as berkata : Tanyakanlah! Pemuda berkata : Semalam saya berpikir bahwa kekuatan apa yang anda miliki sehingga seorang pengais dapat menduduki kekuasaan dan mengapa anda tidak melakukannya untuk diri anda sendiri dan melewatkan hari-hari dengan pakaian sederhana dan kehidupan yang terbatas? Beliau as berkata : “Barangsiapa yang memiliki makrifat kepada Tuhan dan nikmat akan keabadiannya maka dia tidak akan menambatkan hatinya kepada dunia yang fana ini.”
Kami merasakan kedekatan Tuhan dan kelezatan-kelezatan ruh di mana kelezatan itu tidak dapat di bandingkan dengan kelezatan kekuasan. Nabi Isa as menjelaskan kepada pemuda itu cerita tentang fananya dunia dan besarnya nilai akhirat. Raja yang baru diangkat itu mengatakan : Kali ini muncul pertanyaan baru. Mengapa anda menginginkan besarnya nilai akhirat sementara anda menimpakan kepada saya dunia dan perangkap-perangkap besarnya? Beliau as berkata : Saya ingin sedikit menguji akal dan pemahamanmu dan di samping itu setelah mencapai kedudukan ini apabila kamu melepaskannya maka kamu akan menemukan derajat dan kekasih yang lebih baik.
Pemuda itu dengan segera melompat dari tahta kerajaan dan memakai pakaian yang ditanggalkannya tiga hari yang lalu dan bersama Nabi Isa as keluar dari kota. Ketika mereka tiba di sisi pengikutnya (huwariyun) Nabi Isa as berkata : “Ini adalah suatu harta yang saya sangka akan saya temukan di dalam kota. Dan saya pun menemukan dia.”
(Diterjemahkan oleh Ummu Jausyan)