Sosok

Ibrahim Ahmad, Syahid Yang Keluarganya Memaafkan Pembunuh Anaknya

Ibrahim Ahmad Ibrahim Abu Nar, Abu Husen dilahirkan tanggal 12/04/1977 di kamp militer Nazaret, ia baru berumur 30 tahun. Dididik dalam keluarga yang taat beragama. Nenek moyangnya berasal dari distrik Aqir. Ia tak pernah ketinggalan shalatnya di masjid. Sejak kecil memang ia sudah dibiasakan oleh ayahnya untuk selalu ke masjid, hingga shalat shubuh pun selalu dibawanya. Oleh karena itu ia hidup dalam keluarga kecil namun penuh dengan ketawadhuan.

Pendidikanya di mulai di tingkat TK milik organisasi kemanusiaan. Kemudian ia melanjutkan sekolahnya ke sekolah khusus bagi para pengungsi dan berhasil memperoleh nilai rata-rata 8. Ia dikenal oleh teman-temanya sebagai pribadi yang shaleh berakhlaq mulia. Ia disukai oleh teman-temanya.

Lalu ia melanjutkan sekolah menengah umum (SMU) di sekolah Kholid bin Walid. Semasa di SMU ia sudah ikut berbagai kegiatan Hamas dan ikut dalam organisasi Mahasiswa Islam. Namun kegiatan belajarnya berhenti karena ia ditangkap oleh serdadu Israel ketika berusia 15 tahun.

Orang tua dan keluarganya.

Hubungan Ibrahim dengan kedua orang tuanya berjalan baik. Ia memperlakukan orang tuanya dan saudara-saudaranya dengan penuh kecintaan. Sejak kecil memang, ia sudah mencintai saudara-saudaranya dengan penuh kasih sayang. Ia sering menggendong-gendong adik-adiknya ke sana kemari. Ia sangat taat pada orang tuanya, bahkan ketika disuruh pada sesuatu yang ia tidak suka pun, tetap saja ia melakukannya. Ia pernah pergi bersama ibunya ke Yordania untuk mengobati sakit jantungnya. Ibunya sudah menderita penyakit jantung sejak lama. ia pernah menemani ibunya pergi ke rumah sakit di Der Balah pada jam satu , lalu kemudian ia pulang ke rumahnya. Karena tidak ada kendaraan, akhirnya ia berjalan kaki menuju rumahnya dan sampai rumah kira-kira jam empat pagi dan langsung pergi ke masjid karena sudah subuh.

Pengalaman Organisasi

Ibrahim ikut bergabung bersama gerakan Islam dalam berbagai kegiatan sosial. Ia juga pernah jadi pengurus kantor Hamas pada pemilu parlemen tahun lalu. Perlu disebutkan di sini, walaupun ia aktif di Brigade Al-Qossam sebagai komandan lapangan, namun ia masih sempat bekerja sebagai tim pengawas pemilu parlemen.

Aktivitas Jihad

Disebabkan kerinduanya pada negara dan kecintaanya terhadap syahid, ia bergabung bersama barisan al-Qossam di penghujung intifadhah al-Aqsha, dalam rangka membela dan mempertahankan negaranya. Ia bergabung dengan Al-Qossam pada tahun 2002 an. Ia ditempatkan di bagian teknik pembuatan bom tangan. Kemudian dipindahkan menjadi teknisi pembuat roket jenis ringan serta ranjau darat. Lalu ia dipindahkan lagi menjadi komandan lapangan Al-Qossam.

Selintas tentang amal jihadnya.

Ibrahim terlibat sejumlah pertempuran dengan Israel. Ia bergabung dengan pasukan roket Al-Qossam yang menembakan soket-roketnya kearah permukiman Israel di Natsarem. Tugasnya waktu itu ialah menggempur menara pengintaian Israel. Ia juga terlibat dalam penempatan ranjau-ranjau darat di jalan Al-Behr, wilayah Al-Faruq dan Shalahuddin. Ia juga tergabung dalam operasi pengintaian serdadu Israel di wilayah perbatasan.

Aksi pengintaian

–         Aksi pengintaian terhadap seorang serdadu di permukiman Netsharem

–         Operasi pengintaian Buldoser Israel di Der Balah selama 10 jam yang berakhir dengan  kemuliaanya mencapai syahadah

–         Mengintai tank Israel di dekat permukiman Kesuvem sepanjang 8 jam bersama komandan Abdul Nasher Abu Syauqah yang diabadikan melalui kameranya.

Perjanjian bersama para Syuhada

Di harian Palestina, setelah terjadinya pertempuran sengit antara Al-Qossam dengan pasukan keamanan bentukan Abbas yang berakhir dengan dikuasainya Jalur Gaza serta menyerahnya kelompok kudeta tanpa ada yang terluka sedikitpun. Ibrahim kemudian menuju ke wilayah Kamp pengungsian, menyusul kabar bahwa rumah salah seorang komandan Al-Qossam dikepung kelomok kudeta. Lalu ia bergegas menuju ke sana dan membagi-bagi pasukan untuk menghadapinya. Namun tak terlihat salah seorang pasukan kudeta menembakkan tiga pelurunya ke arah Ibrahim. Dua meleset, yang satu mengenai bom yang menggantung di badannya. Mengakibatkan bom itu meledak dan menghancurkan tubuh as-Syahid Ibrahim. Ia sempat di rumah sakit selama tiga hari dan akhirnya meninggal syahid pada hari Jumat tanggal 15 Juni 2007.

Pengampunan Orang Shaleh.

Setelah pasukan Al-Qossam berhasil menguasai keadaan dan menangkap para perusuh kudeta. Dan setelah diadakan pemeriksaan terhadap seluruh pasukan kudeta serta pengakuanya atas aksi penembakan itu, Brigade Al-Qossam memerintahkan agar pelaku penembakan terhadap Al-Syahid Ibrahim dihukum Qishash.

Ketika orang-orang berkumpul untuk menyaksikan pengadilan Qishash, maka dihadirkanlah sang pembunuh Ibrahim. Ia datang dengan membawa kain kafan, tampak di muka raut ketakutan akan kematianya yang akan segera menjemputnya. Namun tiba-tiba datang salah seorang yang mengatasnamakan keluarga Ibrahim dan memaafkan kesalahan sang pembunuh serta menyerahkanya pada keluarganya. Keluarga As-Syahid Ibrahim tidak minta apapun, sebagai gantinya. Mereka hanya minta gantinya dari Allah subhana wata’ala.

Sikap yang sangat mulia yang ditunjukan oleh keluarga As-Syahid, bahkan mereka berterima kasih kepada Al-Qossam yang telah membersihkan Jalur Gaza dari para perusuh kelompok kudeta.

Komentari Artikel Ini

comments

https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js
%d blogger menyukai ini: