oleh : Husain Mazhahiri
Kata khalasa, kata khalushan, dan kata khalashan berarti jernih dan lenyap kotoran darinya. Kalimat akhlasha asy-syai’a berarti menjernihkan dan menyucikannya dari kotorannya. Adapun kalimat “dia mengikhlaskan agamanya hanya untuk Allah” berarti dia meninggalkan sifat riya di dalam agamanya.
Barangsiapa yang pikiran, perbuatan, dan ucapannya sejalan dengan apa yang terdapat di dalam Al-Quran Al-Karim maka dia adalah orang yang ikhlas kepada Allah, dan dia akan senantiasa berada di dalam pertolongan-Nya dalam menjalani peperangan yang bekecamuk di dalam dirinya, untuk kemudian setelah itu dia sampai kepada tujuan-tujuan yang luhur.
Untuk bisa mengangkat berbagai kesulitan dan halangan yang menghalangi kita untuk memperoleh kemenangan, maka kita harus berpegang teguh kepada ayat Al-Quran Al-Karim yang mengatakan, “Hai orang-orang yang beriman jika kamu menolong [agama] Allah niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad : 7)
Di dalam Al-Quran Al-Karim terdapat lebih dari seratus ayat yang di dalamnya Allah SWT menawarkan janji kebahagiaan di dunia dan di akhirat bagi manusia yang bertakwa. Juga terdapat dua puluh ayat yang mengungkapkan kasih sayang dan pertolongan Allah di dunia kepada orang yang bertakwa.
Orang yang betakwa tidak mengenal tempat berlindung selain Allah, dan dia tidak mengenal tempat yang mendatangkan kenikmatan selain dari-Nya. Allah SWT menolong orang yang takwa untuk sampai kepada tujuan yang tinggi. Ketahuilah, tujuan yang tinggi itu ialah kemenangan atas nafsu ammarah. Seoarang manusia tidak akan bisa memperoleh kemenangan ini kecuali dengan berpegang teguh kepada apa-apa yang diperintahkan oleh Allah SWT melalui lisan Rasulullah SAW dan keluarganya yang suci—salam Allah atas mereka semua.
Penggerak manusia menuju Allah ialah berpikir tentang akibat-akibat yang akan dijumpai manusia setelah kepindahannya dari alam fana ke alam akhirat. Sebaliknya, kita melihat orang yang telah menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya, mereka sesat dan di akhirat azab yang pedih telah menanti mereka:
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan ilmunya. (QS. Al-Jatsiyah : 23)
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai bani Adam supaya kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. Yaasin : 60)
Barangsiapa yang menginginkan kehidupan yang tenang dan bahagia tanpa keresahan maka dia harus berlindung kepada Allah SWT di dalam semua urusannya. Karena, Dia-lah satu-satunya yang dapat menyampaikan manusia kepada pantai keselamatan dan kemenangan, dan menghindarkannya dari kehancuran dunia dan akhirat.
Alif la Miim. Inilah kisah yang tidak ada keraguan didalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah : 1-2)
Barangsiapa menghendaki hidayah dan kemenangan, maka dia harus kembali kepada apa-apa yang terdapat di dalam kitab Allah SWT, dan mengkaji ayat-ayatnya supaya dia dapat memahami bahwa tempat berlindung itu hanyalah Allah dan tidak ada yang lainnya; sedangkan selain-Nya akan sirna. Bagaimana mungkin manusia berlindung kepada sesuatu yang seperti dirinya, yang bahkan tidak mampu menolong dirinya sendiri?
Adapun masalah yang kedua adalah: Barangsiapa melakukan suatu perbuatan semata-mata ikhlas karena Allah, maka dia dapat menghapus sifat-sifat tercela di dalam dirinya dan dapat memperoleh sifat-sifat yang terpuji. Kelemahan syaraf, kegelisahan, rasa dengki, dendam, dan sifat-sifat tercela lainnya, semua itu tidak lain kecuali hasil dari ketidak-ikhlasan di dalam melakukan amal perbuatan.
Seorang wanita yang bekerja dengan sungguh-sungguh di rumahnya, melayani dan menaati suaminya, dan mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang baik, lalu dia berkata, “Apa yang aku lakukan ini adalah semata-mata karena Allah, karena Dia telah memerintah yang demikian”, dan dia tidak mengharapkan balasan dari seorang pun selain Allah, maka baginya pahala dan kebajikan seperti pahala dan kebajikan yang diberikan kepada seoarang yang mati syahid di jalan Allah.
Rasulullah SAW bersabda, “Seorang wanita mana saja yang melayani suaminya selama tujuh hari, niscaya Allah akan menutupkan tujuh pintu neraka baginya dan membukakan delapan pintu surga baginya, yang mana dia dapat masuk ke dalamnya dari pintu mana saja yang dia kehendaki.”
Barangsiapa yang hamil, dan dengan kehamilan itu dia bermaksud mendidik generasi yang saleh, maka kehamilannya itu dihitung sebagai kehamilan di jalan Allah. Dan tidaklah dia melahirkan bayinya kecuali hal itu dihitung dengan ganjaran orang yang bekerja di jalan Allah.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seoarang wanita memberi minum suaminya dengan seteguk air kecuali yang demikian itu lebih baik baginya dari beribadah setahun.”
Demikan juga halnya dengan seorang laki-laki yang mencari rezeki untuk menghidupi keluarganya dengan niat semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah. Imam Ja’far ash-Shadiq berkata, “Barangsiapa berbuat baik kepada keluarganya maka Allah pasti akan menambah umurnya.”
Seorang laki-laki yang pagi-pagi keluar dari rumahnya dengan niat untuk memperoleh kebutuhan hidup, sehingga dia bisa menjaga kelangsungan kehidupan istri dan anak-anaknya, maka dia dihitung sebagai seorang mujahid di jalan Allah. Namun, dengan syarat bahwa faktor penggerak dirinya yang utama ialah Allah SWT. Artinya, ia mengetahui bahwa hanya Allah SWT yang akan membalas perbuatannya dan tidak yang lain, karena dia berpikir bahwa apa yang ada ditangannya adalah semata-mata amanah dari Allah SWT. Jika dia mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang saleh dan islami, dan mempersembahkan kepada masyarakat generasi sebagaimana yang Allah inginkan, maka dengan itu seolah-olah dia telah menghidupkan semua manusia.
Adapun orang yang bekerja dengan niat bukan untuk memperoleh pahala dan ganjaran atau untuk mendapatkan keridhaan-Nya dan melaksanakan perintah-Nya, dia keluar pagi-pagi untuk bekerja dan kemudian pulang sore hari dalam keadaan lelah. Dia berharap akan memperoleh ketenangan dirumahnya, akan tetapi terkadang dia tidak menemukannya. Anda melihat dia cepat marah, sombong, dan takabur bahwa dialah yang mendatangkan harta. Dia tidak mengenal bekerja karena Allah; yang dia ketahui hanyalah bahwa dia bekerja dan tidak lain dari itu.
Bagi siapa? Mengapa? Apa yang perlu dilakukan atasnya?
Semua itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang asing baginya. Dia tidak mengetahui apa yang dimaksud bekerja semata-mata untuk Allah.
Selamat bagi laki-laki dan wanita yang mampu memoles pikiran-pikiran mereka, ucapan-ucapan mereka, dan perbuatan-perbuatan mereka dengan warna Allah. Antara satu warna dengan warna yang lain berbeda-beda. Sebagian warna menjadi luntur dan lenyap setelah beberapa waktu. Sedangkan warna Allah SWT tidak demikian. Dan itulah sebagaimana yang kita saksikan misalnya pada seekor ayam betina yang berwarna hitam, yang mana tidak ada seorangpun yang mampu menghapus warna tersebut dari ayam itu, “shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya lah kami menyembah.” (QS. Al-Baqarah :138)
Saudara-saudara yang mulia, berbuatlah sesuatu yang mana faktor penggeraknya adalah Allah SWT. Mungkin saja itu sulit bagi Anda, akan tetapi Anda akan merasakan kelezatan demi kelezatan.
Al-Ghazali didalam kitabnya, Ihya ‘ulum ad-Din menulis, bahwa seseorang diutus ke kota Himsh sebagai kepala daerah di sana. Setelah beberapa waktu dia memerintah di sana, penduduk kota Himsh mengeluhkannya. Lalu kepala daerah itu diminta untuk hadir didepan hakim yang ada di kota tanpa disertai oleh seorangpun. Maka kepala daerah itupun membawa barang-barang bawaannya di atas kepalanya, dan berjalan kaki dari Himsh untuk sampai ke kota. Kemudian dia masuk ke dalam mesjid yang berfungsi sebagai kantor pengadilan. Hakim berkata kepadanya, “Penduduk Himsh mengeluhkan 3 hal dari anda, dan anda harus menjawab ketiga hal itu” :
- Mereka mengatakan, bahwa anda terlambat keluar dari rumah, sehingga anda terlambat sampai ke tempat pekerjaan anda.
Kepala daerah menjawab, “Benar apa yang mereka katakan.”
- Mereka mengatakan bahwa anda ada di siang hari namun tidak ada di malam hari.
Kepala daerah menjawab, “Itu benar.”
- Adapun keluhan mereka yang ketiga ialah bahwa pada suatu hari anda tidak ada di siang hari dan malam hari.
Dia menjawab, “Benar yang mereka katakan itu.”
Adapun jawaban dari ketiga pengaduan mereka itu adalah berikut ini:
Saya terlambat keluar dari rumah setiap hari, itu dikarenakan saya melakukan pembagian pekerjaan rumah dengan istri saya, dan saya mendapat tugas membuat roti. Oleh karena itu saya terlambat keluar dari rumah karena saya harus terlebih dahulu membuat adonan tepung untuk membuat roti. Saya mulai membuat adonan setelah shalat subuh sehingga saya terkadang terlambat sampai ke kantor pemerintahan.
Adapun ketiadaan saya pada malam hari ialah karena saya telah membagi waktu saya antara kegiatan untuk Allah SWT dan kegiatan untuk manusia. Pada siang hari, saya memberikan usaha dan kesungguhan saya kepada manusia, sedangkan pada malam hari ketika mata-mata manusia telah terpejam saya memberikan waktu saya bagi Allah SWT, dengan tujuan untuk menciptakan hubungan dengan Allah SWT, supaya dia senantiasa menolong saya dalam menunaikan kebutuhan-kebutuhan saya.
Adapun mengenai satu hari yang mana saya tidak keluar dari rumah sama sekali, sehingga orang-orang tidak bisa menjumpai saya pada siang dan malam harinya, yang menjadi sebabnya ialah karena saya tidak mempunyai baju yang lain. Oleh karena itu saya terpaksa tetap tinggal dirumah setelah istri saya mencuci semua pakaian saya. Oleh karena terkadang udara di Himsh dingin sehingga pakaian tidak bisa cepat kering, maka saya pun terpaksa harus tinggal di rumah sepanjang siang hari dan sebagian di malam hari.
Mendengar jawaban-jawaban itu, hakim memberinya hadiah. Hakim berkata kepadanya,“Silahkan anda kembali kepada pekerjaan Anda.”
Orang-orang yang mencari keamanan di dalam kehidupan mereka dan mencari petunjuk menuju Allah SWT, tidak boleh mencampur adukkan keimanan mereka dengan kelaliman. Mereka itu lebih berhak mendapatkan keamanan daripada orang selain mereka, karena mereka beramal semata-mata untuk mendapat ridha Allah, dan sesuai dengan perintah-perintah-Nya yang mengalir melalui lidah Rasul-Nya, Muhammad bin Abdullah SAW.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal soleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati mereka kasih sayang. (QS. Maryam : 96)
Artinya, Allah SWT akan menjadikan kecintaan kepada mereka di dalam hati-hati manusia, dan akan menjadikan keanggunan bagi mereka, yang tidak dapat digapai kecuali oleh orang yang beriman dan mengamalkan apa-apa yang diimaninya. Adapun orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, mereka tidak akan bisa memperoleh kemenangan atas bisikan-bisikan hawa nafsunya, dan mereka akan disesatkan oleh setan, kecuali orang-orang yang ikhlas dari hamba-hamba Allah yang saleh.
Iblis menjawab, “Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka.” (QS. Shad : 82-83)
Ya Allah, kami memohon kepada-Mu dengan nama-Mu yang Maha Agung, supaya Engkau menjaga para pemuda kami dari segala bala dan musibah, menjadikan kami senantiasa ingat akan nikmat-nikmat-Mu sehingga kami bisa sampai kepada maqam penghambaan dengan pikiran dan roh kami, dan bisa meninggalkan maksiat. Dan jadikanlah niat kami menjadi niat tulus hanya untuk-Mu dan tidak untuk manusia. Serta jadikanlah ucapan-ucapan kami senantiasa berada di jalan-Mu. Shalawat dan salam tercurah atas Muhammad dan keluarga Muhammad.