Ummu Hamidah, yaitu ibu dari Imam al-Kazhim, suaminya yang bernama Imam Ja’far ash-Shadiq meninggal dunia.
Begitu Abu Bashir datang kepadanya untuk bertakziah, maka pecahlah tangisnya. Abu Bashir pun ikut menangis, karena tangisnya itu. Tatkala perasaannya telah reda dan sedu sedannya telah tenang kembali, maka wanita itu menoleh kepada Abu Bashir, seraya berkata: “Sekiranya anda menyaksikan ketika Abu Abdillah hendak melapaskan nyawanya, tentu anda melihat suatu keajaiban.”
“Apakah yang terjadi?” tanya Abu Bashir.
Jawab Ummu Hamidah: “Ketika al-Imam melihat saat-saat terakhir dari hidupnya, tiba-tiba ia membuka kedua matanya, kemudian berkata: “Kumpulkanlah ke sini siapa pun yang mempunyai hubungan kerabat denganku.”
Ummu Hamidah menambahkan, seraya katanya: “Tidak seorangpun yang tahu kenapa al-Imam meminta kerabat-kerabatnya hadir disaat-saat yang mengharukan seperti itu dari hidupnya. Tidak tahu, entah untuk tujuan apa.”
Lalu kami pun berangkat mengumpulkan mereka, tidak seorang pun yang kami tinggalkan. Semuanya diam, memperhatikan apa yang akan dikatakan dan diperintahkan oleh al-Imam. Tatkala al-imam membuka kedua matanya dan melihat kerabat-kerabatnya telah hadir disitu, maka berkatalah beliau: “Sesungguhnya syafa’at kami takkan mengenai orang yang meremehkan shalat.”
Imam Ja’far Shadiq
berkata :
“Sesungguhnya syafa’at kami
takkan mengenai
orang yang meremehkan shalat.”
Sumber : Cerita Bijak Orang-Orang Saleh, Penerbit Srigunting.