Meskipun intifadha Quds telah berlalu delapan bulan lalu, tapi rezim Zionis gagal memberangus gerakan perlawanan rakyat Palestina itu.
Terkait hal ini, Michael Aharoni, analis koran Zionis Maariv menulis, pejabat politik dan militer Tel Aviv selalu berbicara tentang dampak operasi yang dilakukan orang-orang Palestina tanpa mengambil tindakan politik untuk menghentikannya.
Senada dengan Maariv, koran Zionis lainnya, Walla mengkritik kebijakan kabinet Netanyahu. Analis Walla menulis, Meskipun kabinet Israel sangat mengkhawatirkan operasi perlawanan Palestina, tapi tidak memberikan strategi politik untuk menghadapinya.
Sejak Oktober 2015 hingga kini, orang-orang Palestina melancarkan protes luas terhadap kebijakan ekspansif rezim Zionis dan konspirasi Israel untuk mengubah identitas Baitul Maqdis yang disertai prakarsa pembagian waktu dan tempat Masjid Al-Aqsa.
Bersamaan dengan berlanjutnya penumpasan perlawanan Palestina, Dirjen kemenlu rezim Zionis mengungkapkan perundingan rahasia dengan sejumlah pemimpin negara-negara Arab. Menurutnya, saat ini telah berlangsung pertemuan antara Israel dan negara-negara Arab. Ditegaskannya, penyelesaian konflik antara Palestina dan Israel bukan lagi prioritas.
Bersamaan dengan perundingan rahasia sejumlah negara Arab dan Israel, parlemen rezim Zionis, Knesset mengesahkan RUU dalam dua tahap yang berisi peningkatan perang terhadap gerakan perlawanan Islam Palestina, Hamas.
RUU tersebut disahkan pada hari Rabu (15/6) di Knesset. Tapi untuk pengesahan final harus menempuh tahap ketiga melalui pemungutan suara supaya bisa dijalankan. Tujuan undang-undang ini adalah meningkatkan wewenang militer dan dinas spionase rezim Zionis untuk menumpas gerakan perlawanan Palestina.
Berdasarkan undang-undang ini, masa hukuman penjara maksimal bagi pejuang Palestina adalah 30 tahun. Selain itu, semua kelompok maupun institusi yang memiliki hubungan dengan Hamas dan gerakan perlawanan Palestina lainnya dikategorikan sebagai organ teroris.
Sementara itu, seiring meningkatnya serangan militer Israel terhadap Palestina di Tepi Barat Sungai Jordan, dilaporkan tiga warga Palestina cidera.
Militer Israel hari Kamis (16/6) menyerang kota Qalqilya yang menyebabkan setidaknya seorang pemuda Palestina cidera dan tujuh orang lainnya ditangkap.
Tidak hanya itu, rezim Zionis juga memberitahukan keluarga pejuang Palestina di desa itu akan menghancurkan rumah mereka.
Sejak awal gerakan intifadha Palestina meletus hingga kini, lebih dari 215 warga Palestina gugur, dan ribuan lainnya cidera dan ditangkap militer Israel. Meskipun demikian perlawanan rakyat Palestina tetap membara dan tidak pernah padam.(PH)
Sumber : www.parstoday.com/id