Dalam beberapa waktu belakangan ini, masyarakat kita disuguhi informasi – baik lewat media cetak maupun elektronik – seputar situasi perpolitikan dan juga prilaku dalam berpolitik, oleh sejumlah kalangan tertentu. Pertanyaannya, adakah yang menarik dari suguhan tersebut? Adakah yang berubah dari sistem perpolitikan dan prilaku serta sikap para politisi? Dari fenomena yang ada, disertai kajian dan analisis yang kami lakukan, akhirnya sampailah pada kesimpulan sementara kami bahwa ternyata, sistem perpolitikan kita masih belum menunjukkan perubahan yang signifikan dalam realitasnya. Perubahan kalau toh ada, hanya sebatas tataran pemikiran atau semacam konsep teoritis semata. Karena itu, tidak heran praktek-praktek kotor seperti manipulasi, kecurangan, politik uang dan sifat-sifat sejenisnya, menjadi hal yang lumrah dan tidak mesti membuat pelakunya menjadi risih apalagi merasa malu. Sebab seperti itulah tampaknya wajah perpolitikan kita dan elit politik yang ada, termasuk para politisi yang mengatasnamakan ingin memperjuangkan nilai-nilai Islam. Krisis keteladanan di kalangan pemimpin umat, sudah sampai pada tingkat yang sangat akut. Akibatnya, masyarakat dan umat Islam khususnya, sudah hampir kehilangan kepercayaan sama sekali. Seolah tidak ada lagi partai Islam dan politisi Islam yang bisa diharapkan dalam hal memperjuangkan kepentingan umat. Umat hanya dijadikan alat dalam mengejar kekuasaan dan kepentingannya masing-masing. Oleh sebab itu menurut hemat kami, ada baiknya kita semua, terkhusus para elit pejabat pemerintahan dan politisi, untuk mencoba belajar banyak dari sosok pribadi cemerlang Ayatullah Ruhullah Khomeini, yang telah berhasil membangkitkan Revolusi Islam di Iran. Sebab dari kapasitas diri dan keteladanannya, beliau berhasil melakukan perubahan konkrit dan nyata, yang pada akhirnya menciptakan sebuah sistem pemerintahan dan perpolitikan dengan berlandaskan pada nilai-nilai. (BuletinMitsal)
Wassalam