Alhamdulillah kehadiran kami pada nomor perdana yang lalu, mendapat respon yang cukup beragam dari pembaca. Sebagian memberikan apresiasi secara positif, tetapi sebagian kecil ada pula mengapresiasinya dengan nada yang agak negatif. Bagi kami, apapun respon dan apresiasi yang diberikan oleh pembaca, kami maknai sebagai ungkapan perhatian dan sekaligus sebagai masukan yang sangat berharga bagi proses yang sedang dijalani menuju kearah yang lebih baik.
Pembaca budiman, akhir-akhir ini kita menyaksikan berbagai fenomena sosial terjadi di tengah-tengah masyarakat yang begitu mencemaskan kita semua. Dari persoalan kebangsaan, pemerintahan, sampai masalah keberagamaan. Kekerasan demi kekerasan silih berganti setiap saat, bahkan terkadang dilakukan atas nama agama, seolah tidak ada lagi cara lain dalam mengapresiasi dan mengekspresikan perbedaan-perbedaan yang terjadi diantara sesama kelompok masyarakat. Padahal semestinya diyakini bahwa keragaman – dalam segala bentuknya – adalah suatu hal yang wajar saja, dan bukannya perpecahan yang dipercaya sebagai keniscayaan. Dari berbagai kejadian yang telah tersuguhkan dihadapan kita, satu hal yang dapat kami simpulkan, bahwa kita sekarang telah dilanda ‘krisis keteladanan’. Krisis keteladanan tersebut menghinggapi hampir seluruh elemen masyarakat, dari pemimpin negeri dan bangsa ini sampai pemimpin terkecil di masyarakat, dan tidak jarang pula terjadi di kalangan pemimpin umat dan agama. Akankah kita biarkan krisis seperti ini berlangsung terus menerus di negeri ini? Wallahu a’lam bisshawab.
Wassalam