Para nabi suci diutus oleh Allah SWT dengan mengembang misi antara lain, adalah untuk membimbing dan mengarahkan umat manusia kepada nilai dan pentingnya kehidupan spiritual, memberi petunjuk kepada hal-hal yang melahirkan penyempurnaan jiwa dan kedekatan dengan Allah SWT. Selain itu, juga menjelaskan dan memperingatkan sebab-sebab dan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kemerosotan jiwa. Berkenaan dengan hal ini, dalam Al-Quran Al-Karim surah Asy-Syams, Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” Ayat yang mulia ini, telah menegaskan sebuah hakikat penting, bahwa manusia dapat menumbuhkan dan meyempurnakan jiwanya melalui pencarian akhlak yang baik. Dan karena itu, ayat ini juga memberikan pujian kepada siapa yang melakukan penyucian jiwa serta mencela kepada orang yang mengotori jiwanya. Sejatinya, manusia yang berakal, tentulah akan selalu memperhatikan segala hal yang dapat menghalangi perjalanannya dalam meraih kesempurnaan. Allah SWT lewat Al-Quran, ketika mengajak manusia pada akhlak yang baik dan kesempurnaan, selalu membekalinya dengan berbagai fasilitas yang memungkinkan untuk hal itu. Allah membekali dengan hujjah batiniah, yaitu akal yang tersembunyi atau fitrah yang ada bersama manusia sejak awal penciptaannya, dan juga membekalinya dengan hujjah lahiriah, yaitu para rasul, para nabi, para imam serta para ulama yang saleh. Dengan bekal tersebut, manusia diharapkan mampu menyingkirkan segala bentuk hijab yang menjadi rintangan dalam menapaki perjalanannya menuju kesucian dan kesempurnaan. Wallahu a’lam bisshawab.
Wassalam