Tempat kelahiran Teheran, Iran. Tempat kematian Provinsi Khuzestan, Iran. Pengabdian bagi Militer Iran Lama berdinas 1978 – 1981 Pangkat Menteri Pertahanan. Mustafa Chamran Savei adalah Menteri Pertahanan Iran dan anggota Majelis, sekaligus juga sebagai komandan dari sukarelawan paramiliter pada Perang Iran-Irak. Ia adalah seorang Ilmuwan Iran. Berbeda dengan para ilmuwan umumnya, Doktor Mustafa Chamran lebih memilih keluar dari laboratoriumnya yang nyaman dan terjun ke medan tempur untuk membela tanah airnya. Lahir pada tahun 1932 di Teheran, Doktor Chamran menuntut ilmu dibidang teknik elektro di Universitas Teheran. Ia kemudian mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke Universitas Berkeley, Amerika Serikat. Di Universitas Berkeley, prestasinya terus menonjol bahkan sempat diangkat menjadi dosen.
Bergabung dengan Revolusi Islam
Kemudian ia memutuskan pergi ke Libanon untuk bergabung bersama pejuang Libanon, Musa Sadr, dan mendirikan Gerakan Kaum Tertindas yang bertujuan membela bangsa Libanon dan para pengungsi Palestina yang ditindas oleh rezim zionis. Ketika Revolusi Islam Iran mencapai kemenangannya pada 1979, Doktor Chamran kembali ke Iran dan diangkat sebagai Menteri Pertahanan Republik Islam Iran. Ketika Irak menyerang Iran pada 1980, Doktor Chamran bergabung dengan para pejuang Iran untuk melindungi Republik Iran sampai akhirnya gugur di medan tempur.
Kematian
Ia terbunuh oleh prajurit Irak pada pertempuran di Provinsi Khuzestan (daerah barat daya Iran, perbatasan Irak) pada tanggal 21 Juni 1981 ketika Perang Iran-Irak sedang berkecamuk.
Chamran dalam Pandangan Ahmadinejad :
Seluruh Kehidupan DR Chamran adalah Demi mendekatkan Diri Kepada Allah, seluruh keinginan dan kecendrungan materi dan non materi DR Chamran adalah dalam rangka mendapatkan kerelaan Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya
DR Ahmadinejad dalam acara peringatan Haul Syahid Mustafa Chamran di Mesjid Universitas Tehran mengatakan bahwa membicarakan tentang kehidupan para syuhada secara umum dan secara khusus tentang kehidupan Syahid Mustafa Chamran adalah hal yang tidak mudah.
Presiden Iran ini menegaskan, bahwa setiap kita dengan merenung dan menelaah kehidupan dan semua sifat yang dimiliki, maka kita akan merasa takjub dan heran bagaimana semua sifat baik dan luhur itu berkumpul padanya?
Syahid Mustafa Chamran menurut kesaksiannya memiliki beberapa kelebihan; di medan perang beliau berada pada garis terdepan. Di dunia keilmuan dan akademik dia sangat menguasai seluruh ilmu yang berkembang di zamannya serta di medan sosial dia selalu membantu orang yang tertindas dan lemah namun yang paling penting dari itu semua dalam spiritualitas ia adalah seorang arif sejati.
Menurutnya lengah dan lalai dari spiritualitas dan Tuhan adalah problem terbesar manusia yang diperangi oleh para Nabi as dan berusaha agar manusia bangun dari kelalaian dan tidur yang panjang tersebut.
Selanjutnya Ahmadinejad juga menjelaskan firman Allah SWT yang menjadi jawaban atas pertanyaan dan keheranan di atas, yaitu firman Allah SWT yang berbunyi; “jika kalian mewakafkan diri dan kehidupan kalian kepada Allah, maka Allah akan menghilangkan berbagai rintangan untuk perkembangan jiwa kalian” Syahid Mustafa Chamran adalah salah satu dari mereka.
Habibah Ja’fariyan merekam kehidupan Mustafa Chamran menjadi sebuah novel:
Mungkin ku tak mampu usir gelap ini
Tapi dengan nyala nan redup ini
Kuingin tunjuk beda gelap dan terang
Kebenaran dan kebatilan
Orang yang menatap cahaya, meski temaram
Kan menyala terang di hatinya yang dalam
(Mustafa Chamran)
Buku dengan judul aslinya Chamran be Rewoya-e Hamsar-e Syahid, karya Habibah Ja’fariyan yang diterbit untuk edisi Indonesia oleh penerbit Qorina sungguh sangat berkesan. buku ini sangat jauh lebih hebat di bandingkan buku Ayat-Ayat Cinta (AAC) karangan Habiburahman Al Shirazy, karena jika AAC adalah sebuah novel fiksi sedangkan buku ini adalah kisah nyata tentang seorang pria yang hidup pada zaman sekarang.
Beliau adalah seorang pejuang (salah satu penggerak Revolusi Islam Iran) yang teguh dan tulus serta ikhlas, dikatakan ikhlas karena ketika perjuangannya mencapai hasil dan beliau mendapatkan posisi yang tinggi (menjabat sebagai Menteri Pertahanan) tapi kehidupan beliau tetap bersahaja, bahkan mungkin dibawah bersahaja. Dan beliau juga maju ke garis depan medan pertempuran hingga mendapatkan anugerah kesyahidan. Bahkan musuhnyapun menghormatinya seperti diceritakan istrinya perkataan salah seorang musuhnya “Dia musuh kami dan berperang melawan kami. Tetapi, dia lelaki mulia” (hal.106)
Buku inipun lebih condong sebagai buku roman, walau tidak kehilangan jiwa perjuangan dari sang tokoh, karena dibuku ini lebih banyak menceritakan tentang sang tokoh dari pengalaman wanita yang hidup bersamanya (istrinya). Yang sangat menarik adalah tokoh yang lebih besar daripada Che Guevara ini ternyata memiliki jiwa yang romantis dan sangat menyayangi dan menghormati wanita(istrinya), bagaimana beliau merapikan tempat tidur dan menyediakan sarapan untuk istrinya hingga akhir hayatnya (yang didasari oleh janji yang diucapkannya kepada ibu mertuanya), merupakan contoh yang luar biasa, karena ternyata apa yang dilakukan Nabi SAW kepada istri-istrinya bukan cuma dongeng semata, ini dibuktikan dengan seorang Mustafa Chamran dapat berbuat yang hampir sama dengan Nabi SAW, padahal Mustafa Chamran sendiri hidup sezaman dengan kita, bukan hidup pada jaman para sufi.
Tentang keromantisan dari tokoh pejuang inipun bisa dilihat dari kisahnya mendapatkan restu keluarga istrinya dan mempertahankan pernikahan dari tentangan keluarga istrinya dengan akhlaq yang indah, seperti diceritakan bagaimana beliau orang yang mengantarkan ibu mertuanya ke rumah sakit dalam kondisi di tengah medan perang dan bagaimana beliau meminta istrinya untuk selalu menemani ibunya hingga sembuh dan bagaimana beliau mencium tangan istrinya seraya mengucapkan terimakasih sambil menguraikan airmata, hal yang membuat istrinya heran dan bertanya, “Terima kasih untuk apa, Mustafa?” Mustafa menjawab, “Inilah tangan yang telah mengabdi pada ibunya di hari-hari yang sulit. Tangan ini suci bagiku dan aku harus menciumnya.” Istrinya berkata,”Mengapa engkau berterima kasih padaku? aku berbuat begitu lantaran beliau adalah ibuku, bukan ibumu. Justru engkaulah yang telah berbuat baik kepada beliau.”Mustafa mengatakan, “tangan yang mengabdi pada ibunya suci. Orang yang tidak berbuat baik pada ibunya tidak akan baik pada siapapun. Aku berterimakasih karena engkau telah mengabdi pada ibumu dengan penuh cinta dan kasih sayang.” Istrinya berkata “Mustafa, setelah semua perlakuan kasar yang mereka lakukan padamu, engkau masih mengucapkan kata-kata seperti ini?”, Mustafapun menjawab, “Mereka berhak berbuat demikian lantaran mereka menyayangimu. Mereka tak begitu mengenalku. Dan ini sangat wajar, setiap orangtua ingin menjaga anak gadisnya.”
Dan adalagi pesan yang luar biasa buat para pencinta yang mendapat ujian dari keluarga pasangannya, Mustafa Chamran menegaskan kepada istrinya, “Berusahalah dengan cinta dan kasih sayang membuat mereka ridha! Aku tidak suka, sementara aku menikah denganmu, hati ayah ibumu terluka.”
syair doa-doa beliau untuk istrinya Ghadeh
“Ya Allah! Aku memohon satu hal dariMu dengan penuh ketulusan;
Jadilah engkau pelindung bagi Ghadeh
dan janganlah Engkau membiarkannya sendiri.
Setelah kematianku, kuingin melihatnya terbang
Ya Allah! Kuingin sepeninggalku Ghadeh tidak berhenti melangkah diatas jalur kebenaran
Kuingin ia memikirkanku bak sekuntum bunga indah yang tumbuh di jalan kehidupan dan kesempurnaan
Kuingin Ghadeh memikirkanku seperti sepotong lilin-lemah-kecil yang menyala dalam keselapan hingga akhir hayatnya,
dan dia beroleh manfaatnya dari cahayanya untuk masa yang singkat Kuingin dia memikirkanku sebagai angin surgawi yang berembus dari langit, yang membisikkan di telinganya kata-kata cinta dan pergi menuju kata tanpa batas