PM Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan langkah-langkah baru yang keras terhadap apa yang disebutnya ekstrimis Palestina hari Minggu (4/10), dan menyatakan negaranya terlibat dalam perang “mati-matian” melawan teroris.
Segera setelah kembali ke Israel dari New York, Netanyahu dan kepala-kepala keamanan tertingginya mengadakan pembicaraan darurat tentang gelombang kekerasan Palestina terhadap warga Israel.
Perdana Menteri mengatakan penghancuran rumah-rumah teroris akan dipercepat, pasukan keamanan di Yerusalem dan Tepi Barat akan diperkuat, dan penahanan tersangka teroris tanpa pengadilan akan diperluas.
Polisi Israel untuk sementara telah membatasi warga Palestina memasuki Kota Tua Yerusalem, laki-laki usia dibawah 50 tahun tidak akan diizinkan masuk ke masjid al-Aqsa, situs suci besar Muslim yang merupakan pusat aksi kekerasan baru-baru ini.
Beberapa warga Israel dan Palestina yang moderat khawatir lonjakan kekerasan ini menjadi tanda pertama pemberontakan Palestina lainnya.
Minggu pagi, polisi Israel menembak mati seorang warga Palestina yang menikam dan melukai seorang remaja Israel di luar Kota Tua.
Hari Sabtu, seorang warga Palestina menyerang keluarga Israel di dekat Masjid al Aqsa, membunuh bapak keluarga itu dengan pisau dan melukai istri dan anak balitanya.
Beberapa warga Israel tewas pekan lalu oleh sejumlah warga Palestina yang melempar batu ke warga Israel dan polisi di dekat masjid.
Palestina menuduh pemerintah Israel berusaha membatasi kunjungan mereka ke tempat suci itu, yang disebut orang Yahudi sebagai Temple Mount atau Al-Haram ash-Sharif. Berdasarkan perjanjian yang sudah lama dicapai, Israel mengontrol situs itu tetapi memberi hak bagi kaum Muslim berkunjung dan beribadah. Kaum Yahudi dapat berkunjung, tetapi tidak diizinkan untuk berdoa di sana.
Pernyataan-pernyataan keras yang dikeluarkan Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah semakin menjauhkan dicapainya solusi dua negara antara Israel dan Palestina.
Sumber : www.voaindonesia.com