Suatu waktu, pada masa Imam Hasan az-Zaki al-Askari, terdapat seseorang yang bernama Ismail, yang merupakan orang yang sangat pelit dan bakhil. Meskipun Ismail memiliki uang banyak yang ditabung, ia takut ihwal apa yang akan ia lakukan apabila uang itu telah habis digunakan. Ia kemudian memutuskan untuk menyembunyikan uang itu dengan menggali sebuah lubang di dalam tamannya dan menaruh uang dalam lubang tersebut.
Suatu hari, ia berada di Samarra’ ketika Imam Hasan al-Askari melintas di kota ini. Ismail berkata kepada Imam Hasan bahwa ia tidak memiliki uang dan meminta supaya Imam membantunya. Imam Hasan al-Askari segera menimpali, “Engkau telah mengubur uang sebanyak 200 Dinar, namun engkau masih saja mengaku tidak punya uang?” Ismail mengingkari pernyataan Imam dan berkata bahwa ia tidak melakukan hal tersebut.
Imam Hasan al-Askari memberikan sejumlah uang kepadanya dan berkata kepadanya bahwa para Imam senantiasa membantu siapa saja yang meminta pertolongan dari mereka. Ia kemudian berkata kepada Ismail bahwa ia tidak perlu berkata dusta kepadanya. Imam Hasan al-Askari melanjutkan bahwa setiap orang harus bersyukur dan berterima kasih atas apa yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.
Ketika Ismail hendak pergi, Imam Hasan mengabarkan kepadanya bahwa uang yang disembunyikannya itu tidak ada di tempat yang ia timbun ketika ia memerlukannya kelak. Kemudian, tatkala Ismail memerlukan uang yang lebih, ia pergi menggali uang yang telah disembunyikannya namun ia tidak menemukan uang tersebut. Uang yang dulu ditimbunnya kini telah raib hilang entah kemana. Belakang ketahuan bahwa anaknya mengetahui ihwal uang tersebut dan mengambilnya.
Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Hasan az-Zaki al-Askari di atas adalah: Kalian harus berterima kasih dan bersyukur kepada Allah SWT apa pun yang telah diberikan-Nya kepadamu. Janganlah pernah berkata dusta, lantaran dustamu akan ketahuan orang. Bahkan apabila tidak ada orang yang mengetahuinya, maka ketahuilah Tuhan mengetahui dustamu itu.