Status ibu rumah tangga adalah sebuah pekerjaan. Pekerjaan yang besar, pekerjaan yang penting, pekerjaan yang sensitif, pekerjaan yang membangun masa depan. Melahirkan anak adalah sebuah perjuangan. (11/2/92) Mengasuh anak termasuk merupakan pekerjaan yang sangat sulit. Kalian bayangkan pekerjaan apapun yang paling sulit pada hakikatnya mudah dibanding mengasuh anak. Mengasuh anak adalah seni yang sangat agung. Para suami tidak akan bisa melakukannya meski hanya sehari. Para istri melakukan pekerjaan besar ini dengan detil, telaten dan halus. Allah Swt telah menetapkan kemampuan ini pada fitrah mereka. Mengasuh anak sebagai pekerjaan yang sulit ini mampu membuat seseorang menjadi tua dan benar-benar lelah. (22/8/74)
Istri dalam rumah tangga adalah unsur asli. Namun bukan berarti suami dalam rumah tangga tidak memiliki kewajiban, tanggung jawab dan peran. Para suami yang acuh tak acuh, para suami yang tak berperasaan, para suami yang suka foya-foya, para suami yang tidak tahu menghargai jerih payah istri, mereka ini merugikan lingkungan rumah. Suami harus bisa menghargai. Masyarakat harus bisa menghargai. Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga harus dihargai secara spesial. Sebagian istri sebenarnya bisa menerima sebuah tawaran kerja, sebagian bisa melanjutkan pendidikan tingginya, sebagian juga memiliki pendidikan yang tinggi –saya melihat ibu-ibu seperti ini- mereka mengatakan, kami ingin membesarkan anak, mau mendidiknya dengan baik, makanya kami tidak menerima tawaran kerja. Seorang istri ketika tidak menerima tawaran kerja, pekerjaan itupun tidak akan terbengkalai, sepuluh orang lainnya pasti akan mengambilnya. Istri seperti ini harus dihargai. (14/10/90)
Istri yang ingin memenej lingkungan ini, ia memerlukan usaha dan upaya. Karena manajer dalam rumah adalah dia. Yang memenej rumah adalah istri yakni orang yang benar-benar menguasai kondisi lingkungan rumah tangga. Lingkungan rumah tangga ada dibawah pengawasan, pemikiran dan manajemennya. Sebuah pekerjaan yang sangat sulit. Sebuah pekerjaan yang halus dan anggun. Hanya keanggunan wanita yang bisa menanggung pekerjaan ini. Tidak seorang lelakipun yang bisa melakukan keanggunan ini. Bahkan banyak orang laki yang tidak memahami keanggunan itu sendiri. Namun Allah Swt telah menjadikan tabiat wanita itu anggun. Sebagian jari-jari diciptakan dalam bentuk yang besar dan bagus untuk mengangkat batu dari bumi. Namun bila jari-jari yang besar ini ingin memegang dan mengambil permata yang cukup halus, belum tentu ia bisa mengambilnya.
Namun sebagian jari-jari dalam bentuk yang halus dan lembut. Ia tidak bisa mengangkat batu tersebut tapi bisa mengumpulkan potongan kecil permata dan emas dari tanah. Beginilah suami dan istri. Masing-masing memiliki tanggung jawab. Tidak bisa dikatakan bahwa yang satu tanggung jawabnya lebih berat. Tanggung jawab keduanya sama-sama berat. Keduanya diperlukan. Ketika istri dalam tarik ulur kehidupannya menghadapi beragam kegalauan, sementara jiwanya lebih halus, maka ia lebih banyak membutuhkan ketenangan. Ia membutuhkan ketentraman dan sandaran yang bisa dipercaya. Sandaran itu adalah suami. Demikianlah Allah menetapkan keduanya bersisian. Bila kita menjaga lingkungan rumah tangga dengan baik, maka keduanya akan bersisian. (6/6/81)
Sebagian beranggapan bahwa bila seorang istri, misalnya pekerjaannya adalah sebagai ibu rumah tangga berarti ini sebuah penghinaan terhadap istri. Tidak! Ini bukan sebuah penghinaan baginya. Bahkan pekerjaan yang paling penting bagi seorang istri adalah menjaga kehidupan rumah tangga tetap tegak. Kita punya satu unsur pekerja yaitu lelaki, kita punya unsur penjaga yaitu wanita. Bila istri ingin bekerja, tidak masalah dan Islam juga tidak menghalanginya untuk berpartisipasi melakukan berbagai macam pekerjaan yang menghasilkan uang. Namun ini bukan kewajibannya. Yang menjadi kewajiban baginya adalah menjaga suasana kehidupan bagi seluruh anggota rumah tangga dan sementara ini terdiri dari suami dan istri dan selanjutnya anak-anak akan menyusul bergabung dengan keduanya dan yang ini juga ceritanya lain lagi. Itulah mengapa lingkungan rumah tangga yang tenang adalah salah satu fasilitas yang paling penting yang dibutuhkan oleh manusia. Ketika suami dan istri berada di dalam rumah tangga, saling mengasihi, saling mencintai; kondisi saling mengasihi dan mencintai ini akan memberikan ketenangan dan kekuatan bagi keduanya dan akan memberikan kemungkinan bagi keduanya untuk melanjutkan kehidupannya. (8/3/81) Ketika sang istri merasa bahwa suaminya sedang membarenginya dan ia bersandar kepadanya; ketika suami merasa bahwa istrinya sedang membarenginya dan ia berada di dalam sorotan kasih sayang istrinya, beragam kegalauan ini akan berubah menjadi ketenangan. Inilah yang disebut “Sakana”.
Cara Mewujudkan Ketenangan Dalam Rumah Tangga
Bila kalian saling menyayangi, bila kalian saling mengamalkan syarat-syarat yang benar, kondisi “Sakana” ini akan berlanjut dari sejak awal usia perkawinan sampai insyaallah kalian berusia delapan puluh, sembilan puluh tahunan yang akan datang. Terkadang boleh saja terjadi perbedaan selera, semua ini tidak penting, semua ini tidak menjadi penghalang kondisi ketenangan tersebut.
Ibu-ibu, ketahuilah hal ini! keberadaan kalianlah yang bisa mewujudkan sebuah perubahan dalam jiwa suami. Terkadang tidak ada faktor apapun yang bisa mewujudkan perubahan itu. Kalian bisa memberikan kehangatan pada hati suami. Memberikan harapan kehidupan padanya. Mendorongnya untuk melanjutkan pekerjaannya. Kalianlah yang memiliki kemampuan untuk memberikan tenaga dalam diri suami. Begitu pentingnya keberadaan kalian. Suami terkait dengan istrinya juga demikian. Boleh jadi terkadang suami masuk ke dalam rumah misalnya dengan muka masam. Bila sang istri akal dan kedewasaannya sedikit ditingkatkan dan tidak kaget serta menunjukkan senyumannya dan kasih sayangnya, maka pelan-pelan dengan kasih sayang tersebut terbukalah perasaan pahit dan akhlak buruk suaminya dan lihatlah dia membutuhkan apa. Kata-kata yang saya sampaikan ini, mohon tidak didengarkan oleh para suami. Karena boleh jadi mereka tidak suka. Ibu-ibu, ketahuilah hal ini! Bapak-bapak sampai akhir juga seperti anak kecil dan kalian yang harus memenejnya. Tentunya bila kata-kata dari kami ini sampai ke telinga bapak-bapak, pasti mereka akan mengeluh. Sungguh, ibu-ibu harus memenej anak lelaki kecil yang sekarang ini jenggotnya sudah menguban setelah hidup selama lima puluh, enam puluh tahunan.
Sumber: Khanevadeh; Be Sabke Sakht Yek Jalaseh Motavval Motavva Dar Mahzar-e Magham Moazzam Rahbari / www.indonesian.irib.ir