Irfan & Akhlak

Refleksi Kesabaran (2)

Oleh : Syaikh Husain Mazhahiri

 

Perkara kedua yang dapat kita simpulkan dari ayat Al-Quran, “Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik,”  adalah sesungguhnya tangan pertolongan  Allah SWT tidak berada di atas kepala orang yang berbuat dosa.

Allah SWT menyerahkan urusan orang yang berdosa kepada dirinya. Oleh karena itu kehidupannya menjadi gelap Al-Quran Al-Karim memberikan perumpamaan mengenai orang yang berdosa, “Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka dia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS. Al-Hajj : 31)

Jika seseorang jatuh dari langit ke tujuh ke bumi, betapa tubuhnya akan bercerai berai. Apalagi jika dia jatuh dari pesawat terbang ke tempat yang tidak diketahui oleh seorang pun, betapa hal itu akan menimbulkan ketakutan pada dirinya. Al-Quran mengatakan bahwa demikianlah keadaan orang yang berdosa. Al-Quran mengatakan bahwa dosa menjatuhkan manusia ke tempat yang paling bawah dan mencerai-beraikan tubuhnya menjadi serpihan-serpihan kecil. “Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka dia seolah-olah jatuh dari langit.”  Syirik yang disebutkan di dalam ayat ini bukanlah syirik karena menyembah berhala, melainkan syirik karena dosa dan mengikuti setan dan hawa nafsu. Al-Quran berkata kepada orang-orang yang mengikuti hawa nafsu bahwa mereka itu musyrik, “Maka pernahkan kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya.”  (QS. Al-Jatsiyah : 23) Ayat ini mengatakan bahwa orang yang mengikuti hawa nafsu dianggap sebagai penyembah berhala, dan berhalanya itu adalah hawa nafsunya.

Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu, wahai Bani Adam, supaya kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu. (QS. Yasin : 60)

Artinya, wahai anak Adam, bukankah aku telah mengatakan bahwa setan itu adalah musuhmu? Bukankah Aku telah mengatakan sejak azali bahwa barangsiapa mengikuti setan berarti dia menyembah berhala, dan berhalanya itu adalah setannya? Oleh karena itu, sesungguhnya orang yang suka berbuat dosa—di dalam pandangan Islam—terhitung sebagai penyembah berhala.

Al-Quran Al-Karim berkata, sesungguhnya berbuat dosa di dalam kehidupan ini akan mengoyak-ngoyak manusia menjadi serpihan-serpihan kecil, dan akan melemparkannya ke suatu tempat di mana hidupnya akan dipenuhi kecemasan, kegelisahan, kelemahan syaraf dan krisis. Al-Quran bertanya, “Apakah Anda ingin tidak merasa khawatir akan apa yang akan terjadi (masa depan), dan tidak merasa sedih akan apa yang telah terjadi? Apakah Anda ingin terbebas dari keraguan dan dapat menguasai syaraf-syaraf Anda? Jika Anda menginginkan itu, maka janganlah Anda melakukan dosa. Karena perbuatan dosa akan mendatangkan kekhawatiran dan ketegangan syaraf bagi Anda. Seorang yang berbuat dosa, terkadang merasa sedih dengan apa yang telah terjadi, dan terkadang pula merasa takut akan apa yang akan terjadi.

Orang-orang yang kafir terhadap Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. (QS. Ibrahim : 18)

Perumpamaan kehidupan manusia berdosa yang terdapat di dalam ayat ini, sebagaimana kata pelajar agama, adalah merupakan penyerupakan hal-hal rasional (al-ma’qulat) dengan hal-hal yang bisa diindera (al-mahsusat). Artinya, tatkala Al-Quran hendak menjelaskan suatu perkara yang bersifat maknawi, Al-Quran meletakkannya dalam tataran sesuatu yang bersifat inderawi.

Jika Anda berada di tengah padang pasir, dan di sana Anda mengumpulkan rumput kering untuk menyalakan api, lalu tiba-tiba bertiup angin kencang, maka tentu rumput-rumput kering itu beterbangan tertiup angin.

Al-Quran mengatakan bahwa kehidupan seorang manusia yang berdosa rawan tertiup angin. Dia tidak mempunyai kehidupan yang tenang dan bahagia. Rumah baginya tak ubahnya seperti penjara, masyarakat baginya adalah sumber keresahan dan kegelisahan, dan pada akhirnya dia mempunyai penyakit lemah syaraf dan senantiasa tertimpa bencana hingga meninggal dunia.

Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’d : 31)

Betapa indahnya ungkapan ayat ini. Ayat ini membunyikan bel alarm. Ayat ini mengatakan,  seorang manusia yang berdosa sengsara di dalam hidupnya. Dia selamat dari satu rasa sakit, namun terjerumus ke satu kesengsaraan yang lain; begitu seterusnya keadaannya.

Al-Quran menyerupakan dosa dengan kesulitan, musibah, dan rasa sakit. Inilah yang dinamakan dengan tajassum al-‘amal  (penjelmaan amal perbuatan). Yaitu, dosa-dosa kita menjelma dalam bentuk fisik.

Al-Quran mengatakan, bahwa bukan hanya bencana, melainkan berbagai kesulitan dan palu dosa masih saja terus menimpa kepalanya. Terkadang menimpa kepalanya, dan terkadang pula menimpa kerabat-kerabatnya, “Atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka.”  (QS. Ar-Ra’d : 31)

Inilah arti penjelmaan amal perbuatan dan penjelmaan dosa di dunia ini, “Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka, kecuali bila hati mereka itu telah hancur. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. At-Taubah : 10)

Sesungguhnya dosa mendatangkan rasa takut bagi manusia, mendatangkan keraguan yang tidak ada akhirnya, hingga akhirnya mencabik-cabik hatinya hingga berkeping-keping. Semua ayat yang telah saya bacakan ini, berbicara tentang hal ini.

Kata-kata, “Disebabkan perbuatan mereka sendiri”, dan juga kata-kata “Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan”, artinya ialah manusia itu sendiri yang menyebabkan kesulitan-kesulitan bagi dirinya.“Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan.”  Artinya, bahwa Andalah yang telah membangun rumah jahannam dan penjara ini. Jika kehidupan Anda gelap dan menakutkan, maka Anda sendiri yang telah menjadikan hal itu bagi diri Anda.

Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih menindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tidaklah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka tidaklah dia mempunyai cahaya sedikit pun. (QS. An-Nur : 40)

Jika tangan pertolongan Ilahi tidak berada di atas kepala Anda, jika hidup Anda telah kosong dari cahaya, jika dosa telah meliputi Anda dan telah menyampaikan Anda ke suatu tempat di mana tangan pertolongan Ilahi tidak berada di atas tangan Anda, maka ketahuilah sesungguhnya hidup Anda tengah berada di dalam kegelapan dan keadaan yang menakutkan. Al-Quran mengatakan di dalam ayat yang sama, “Sesungguhnya dia mempunyai kehidupan yang sia-sia, di mana dia telah melenyapkan dirinya sendiri di dalam arus kehidupan, dan tanpa disadarinya dia telah mengorbankan dirinya dan anak-anaknya.”  “Apabila dia mengeluarkan tangannya, tidaklah dia dapat melihatnya.”

Ayat ini juga merupakan sesuatu yang bersifat rasional (al-ma’qul) dengan sesuatu yang bersifat inderawi (al-mahsus). Ayat ini memberikan perumpamaan seseorang yang berada di dalam lautan yang dalam dan bergelombang, sementara awan gelap menutupi lautan. Kegelapan gelombang dari satu sisi, dan tiupan angin serta awan gelap yang meliputi lautan dari sisi yang lain. Betapa keadaan ini sangat mengerikan!

Al-Quran Al-Karim mengatakan, bahwa kehidupan yang tanpa disertai Allah, kehidupan yang tanpa disertai hubungan dengan Allah, dan kehidupan yang dipenuhi dengan dosa adalah kehidupan yang gelap dan menakutkan.

Maka apakah orang-orang yang telah mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-Nya itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka jahannam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang lalim. (QS. At-Taubah : 109)

Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang yang lalim. Yang dimaksud dengan “petunjuk” di sini ialah petunjuk dengan arti sebagaimana yang telah saya jelaskan. Yaitu, yang berarti bahwa dengan pertolongan Allah tidak berada di atas tangan orang yang lalim. Dia memperturutkan hawa nafsunya dan melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk, sampai batas di mana dia kehiangan potensi yang diperlukan untuk bisa tangan pertolongan Ilahi berada di atas kepalanya. Dosa-dosanya telah menjadikannya terperosok dan jatuh. Kemudian Al-Quran berkata bahwa dia seolah-olah membangun sebuah rumah di tepi jurang yang runtuh. Lalu, nasib apa yang akan menimpanya? Al-Quran mengatakan bahwa ini adalah gambaran kehidupan yang dikelilingi dengan dosa. Terdapat banyak ayat Al-Quran yang semisal dengan ayat-ayat di atas.

Al-Quran Al-Karim mengamati, dan Al-Quran adalah kitab ilmu. Namun, meskipun Al-Quran Al-Karim kitab ilmu, Al-Quran juga adalah kitab ikhtiyari  yang mendorong kepada amal perbuatan. Perhatikanlah, apakah Anda telah sampai kepada yang demikian atau tidak. Jika Anda telah sampai pada yang demikian, maka ketahuilah bahwa yang demikian itu benar.

Oleh karena itu, jika Anda membaca Al-Quran dari awal hingga akhir niscaya Anda akan melihat bahwa banyak dari pandangan-pandangan yang ada di dalamnya disediakan untuk pengujian. Al-Quran mengatakan, “Wahai orang Muslim, apakah Anda ingin mempunyai kehidupan yang nyaman, kehidupan yang jauh dari kegelisahan, kekhawatiran, dan ketakutan akan masa depan? Apakah Anda menginginkan kehidupan yang seperti ini?” “Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?” (QS. Al-An’am : 81)

Dalam arti, bagi siapakah keamanan? Yang dimaksud di sini adalah keamanan jiwa, seperti kehidupan yang kosong dari keresahan, kegelisahan, dan kekhawatiran.

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kelaliman.”

Marilah kita menjauhkan noda-noda dosa dari kehidupan kita, supaya kita bisa melihat bagaimana seluruh kepenatan ini menjadi sirna. Setiap dari kita mempunyai kelemahan syaraf. Mungkin, Anda telah mengunjungi para dokter dan bertemu dengan para pakar kejiwaan, akan tetapi apakah hal itu mendatangkan pengaruh? Tidak sama sekali. Para dokter jiwa dan para pakar syaraf sendiri mengatakan, “Kalau pun kami memberi obat, maka obat yang kami berikan tidak lain hanya kapsul tidur saja.” Mereka berkata lagi, “Karena, bencana yang menimpanya diakibatkan oleh bencana yang lain. Sesungguhnya ketegangan syaraf muncul dari kecemasan, kekhawatiran, kegelisahan, dan kesedihan.” Mereka mengatakan, “Sekarang, jika kami menuliskan resep yang panjang bagi Anda, tidak akan ada gunanya.” Di dalam menyikapi para dokter jiwa yang mengatakan bahwa kami tidak mempunyai obatnya, Al-Quran al-Karim mengatakan bahwa saya mempunyai obatnya, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kelaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan.” Al-Quran menekankan bahwa dirinya mempunyai obat bagi ketegangan syaraf; coba dan lihatlah buktinya. “Mereka itulah yang mendapat keamanan.”

Wahai manusia, apakah Anda menginginkan keamanan (ketenangan)? Jika begitu, maka jauhilah dosa, jauhilah dosa. Marilah kita ciptakan hubungan dengan Allah SWT, daripada kita merasa gelisah akan kepenatan-kepenatan kita, dan daripada kita tidak bisa tidur karena mengkhawatirkan  apa yang akan terjadi besok, dan apa yang telah terjadi kemarin. Bangkit, berwudhu, dan bermunajatlah kepada Tuhan anda, serta bertobatlah atas semua dosa Anda. Niscaya akan sirna semua penderitaan dan rasa sakit yang Anda rasakan. Shalat akan mampu melenyapkan kelemahan syaraf, dan bangun malam (qiyam al-lail)  akan memperkuat keinginan.

Hai orang yang berselimut, bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. (QS. Al-Muzammil : 1-6)  

Bangunlah di tengah malam supaya Anda mempunyai hubungan dengan Allah SWT.

Kalimat lain yang dapat kita peroleh dari Al-Quran ialah bahwa dosa tidak hanya akan meliputi manusia dan bahaya-bahayanya saja, melainkan dosa juga adalah api, dan manakala api itu menyalah, maka api itu akan membakar Anda sebagaimana juga membakar yang lain. Jangan Anda bertanya—misalnya—mengapa jika seorang ayah mengumpat atau berbuat lalim maka anaknya pun ikut menanggung beban dosa yang dilakukannya. Jika anak Anda berada di dalam kamar, sementara Anda tertimpa ketegangan syaraf atau stress, lalu Anda menyalakan api di dalam kamar, maka dengan jelas akan diketahui apa yang akan terjadi. Anda akan terbakar; begitu juga anak Anda yang berada dalam ayunan juga ikut terbakar. Kita mengatakan bahwa penyebab kejadian itu adalah Allah dan alam. Tidak, justru kita yang menjadi penyebab kejadian itu. Al-Quran mengatakan bahwa pengaruh yang ditimbulkan dosa bukan hanya terefleksikan pada penghancuran kehidupan Anda, melainkan juga memberikan pengaruh pada perjalanan hidup anak Anda, dan begitu juga sebaliknya. Berhubungan dengan Allah, dan berkhidmat kepada orang lain, bukan hanya akan memberikan keuntungan bagi Anda saja, melainkan anak-anak Anda juga akan mendapatkan akibat yang baik dari apa yang Anda lakukan.

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An-Nisa : 9)

Jika Anda menginginkan masa depan anak Anda terjamin, dan jika Anda menginginkan kehidupan bahagia bagi mereka,maka janganlah Anda menuduh, janganlah Anda berbuat lalim, janganlah Anda memberikan kesaksian palsu, ini dan janganlah Anda mengumpat.

Dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Apa yang dapat kita simpulkan dari ayat ini? Ayat ini membangun dua sisi proposisi. Yaitu, jika anda ingin membahagiakan anak-anak anda, maka hendaknya perkataan anda harus benar dan juga perbuatan-perbuatan anda harus sesuai dengan tuntunan akal dan agama; begitu juga sebaliknya. Al-Quran mengatakan, “Jika terdapat dosa di dalam kehidupan anda, “Dan mereka tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kelaliman.” Dan jika iman anda dibarengi dengan dosa, maka ketahuilah bahwa tidak ada kebahagiaan pada diri anda. “pengalaman telah membuktikan bahwa orang-orang yang melampaui batas, bukan hanya diri mereka saja yang sengsara melainkan juga anak-anak mereka.

Jika anda tidak mengasihani diri anda, coba kasihanilah anak-anak dan masyarakat anda, karena dosa itu membahayakan. Ayat-ayat Al-Quran seputar kerabat dan anak yang telah saya bacakan, dan juga ayat-ayat Al-Quran yang lain mengatakan bahwa dosa adalah api yang membakar masyarakat, “Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang lalim saja di antara kamu.” (QS.Al-Anfal : 25)

Wahai manusia, peliharalah dirimu dari dosa. Karena dosa bukan hanya akan meliputi anda, tetapi juga akan membuat genting masyarakat anda. Tahukah anda, kapan suatu bangsa menjadi punah? Tidaklah suatu bangsa menjadi punah dan hancur dengan datangnya gempa bumi, melainkan sesuatu yang paling banyak menghancurkan suatu bangsa dan mendatangkan ketegangan syaraf di kalangan komponen bangsa tersebut adalah hilangnya iman dan rusaknya akhlak; dan yang lebih fatal lagi daripada itu ialah munculnya hawa nafsu pikiran. Karena, musibah mana lagi yang lebih besar dibandingkan seseorang yang diperbudak oleh para pengeksploitir, lalu orang itu merasa bangga dengan apa yang menimpa dirinya. Al-Quran Al-Karim berkata, “Dari mana anda membawa hal-hal ini. Bagaimana hal-hal ini bisa sampai kepada suatu bangsa, di mana mereka memberikan poin yang sangat pentng kepada para mustakbir. Lalu mereka mengatakan, ‘wahai Amerika, kami adalah pelayan anda yang taat dan kami merasa bangga menjadi pelayan anda.”  Musibah mana yang lebih besar daripada musibah ini? Allah SWT berfirman, “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu [supaya menaati Allah], tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan [ketentuan Kami], kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS.Al-Isra’:16).

Ringkasnya, sabar dalam menjauhi dosa sangat bermanfaat sekali. Jika Anda menginginkan kemenangan di dalam pertempuran ini, maka Anda harus sabar di dalam menjauhi dosa. Kesimpulan lain yang dapat kita peroleh ialah, bahwa dosa sangat membahayakan kita, kehidupan kita, anak-anak kita, dan juga masyarakat kita. Demikian juga sebaliknya, hubungan dengan Allah SWT akan memperkuat keinginan, mendatangkan kehidupan yang bahagia bagi kita, dan memberikan akibat yang baik kepada kita. Hubungan dengan Allah SWT sangat berpengaruh pada kehidupan kita, anak-anak kita, dan masyarakat kita.

Ya Allah, kami bersumpah kepada-Mu dengan kemuliaan dan keagungan-Mu, hendaklah Engkau menganugerahkan kepada kami ketajaman penglihatan (batin) dan sifat-sifat yang utama, dan hendaklah Engkau memberikan taufik kepada kami untuk bisa taat kepada-Mu dan meninggalkan maksiat kepada-Mu.

Komentari Artikel Ini

comments

https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js
%d blogger menyukai ini: