Diplomat tinggi dari 17 negara, serta utusan PBB dan Uni Eropa, berkumpul di Wina membincang cara menyatukan ide-ide utama dalam menghadapi krisis empat tahun di Suriah.
Pertemuan ini dipandang sebagai langkah pertama yang penting dalam mencari jalan politik dari konflik, dan menyelesaikan perpecahan mendalam terkait nasib Presiden Bashar Assad.
Republik Islam Iran yang bergabung dalam pembicaraan untuk pertama kainya bersama Rusia, mendukung penuh pemerintahan Assad.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry duduk sebagai kepala pertemuan, memimpin konferensi yang dihadriri para diplomat senior dari Turki, Italia, Inggris, Libanon, Yordania, Rusia, Irak, Mesir, Jerman, Qatar, Perancis, UEA, Oman dan Cina.
Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir duduk sedikit berjauhan dari Mohammad Javad Zarif yang kebetulan meja konferensi di Wina disetting berbentuk “U”.
Pertemuan itu digelar di ruang konferensi Wina di Imperial Hotel, hari ini, Jumat, 30/10/15.
Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius membuka konferensi dan mengatakan prioritas konferensi adalah “berjuang” lebih efektif bagaimana melawan teroris Negara Islam (ISIS) dan kelompok yang berafiliasi dengan al-Qaeda, Front al-Nusra.
Sebuah pernyataan dukungan kepada kelompok pemberontak yang katanya “moderat” meski aksi barbar mereka tak berbeda dengan ISIS dan Front al-Nusra.
“Perlu mengatur transisi politik,” tambahnya memecah pertemuan.
“Assad, yang bertanggung jawab sebagian besar tragedi Suriah, tidak dapat dianggap masa depan Suriah,” katanya.
Pertemuan ini tidak dihadiri perwakilan pemerintah Suriah dan oposisi.