Sekjen Lembaga Statistik dan Sensus Arab Saudi menyatakan, lebih dari setengah juta tenaga siap kerja di negara ini menganggur. Fahad al-Takhifi, pada Ahad (23/5) menyatakan, lebih dari 645 ribu warga Arab Saudi menganggur.
Angka ini menunjukkan bahwa meski memiliki sumber dana besar hasil dari penjualan minyak, namun dalam beberapa bulan terakhir masalah ekonomi rakyat Saudi semakin mencekik. Sedemikian rupa sehingga para pejabat Saudi terpaksa menjual obligasi senilai 27 miliar dolar.
Sementara itu, keluarga kerajaan Arab Saudi telah membelanjakan miliaran dolar hasil dari penjualan minyak untuk program intervensif, fitnah dan dukungan kepada terorisme di Suriah, Irak, Lebanon dan sejumlah negara regional, serta agresi ke Yaman.
Penghambur-hamburan uang negara itu terjadi di saat data statistik resmi menunjukkan tahun ini Arab Saudi mengalami defisit bujet mencekik dan 25 persen warga negara hidup di bawah garis kemiskinan. Ditambah lagi dengan fenomena pengangguran para pemuda berpendidikan tinggi.
Berdasarkan laporan terbaru, meski pendapatan ratusan miliar dolar dari sektor minyak, akan tetapi 70 persen warga tidak puas dengan kondisi ekonomi dan ketidaktertiban di negara ini.
Sementara itu, laporan Pusat Pemberantasan Korupsi Arab Saudi juga menyatakan bahwa 70 persen warga negara ini tidak puas dengan perluasan korupsi keuangan dan afmisnistratif oleh pejabat dan menuntut reformasi fundamental.
Para aktivis politik berpendapat bahwa berbagai jenis korupsi keuangan dan administratif dengan menggunakan kedok agama oleh para pangeran serta aksi petualangan dalam beberapa tahun terakhir di kawasan, khususnya di Suriah, Irak dan Yaman, telah membuat perekonomian Saudi terombang-ambing.
Pengangguran dan kelesuan ekonomi di sebagian besar negara Arab termasuk Saudi dan Bahrain yang mengantongi petro dolar melimpah, terus meningkat. Menurut para pakar ekonomi, sebab dari pertumbuhan angka pengangguran dan kelesuan ekonomi adalah tidak adanya program ekonomi produktif di negara-negara tersebut. Negara-negara Arab kaya minyak dan gas umumnya hanya mengandalkan penjualan sumber alam atau membeli saham perusahaan-perusahaan Eropa dan Amerika Serikat.
Di samping itu, faktor lain yang cukup berpengaruh adalah gaya hidup super-mewah raja, para pangeran dan pejabat Arab, di mana itu semua dilakukan tanpa memperhatikan program ekonomi infrastruktural.
Namun poin lain yang tidak boleh dilupakan adalah alokasi dana belanja negara-negara Arab khususnya Saudi, untuk pembelian senjata, tanpa memperhatikan kondisi ekonomi rakyat. Dalam hal ini, Arab Saudi adalah negara Arab Timur Tengah pembeli senjata terbesar dari Barat. Padahal salah ancaman riil yang dihadapi negara-negara Arab adalah ketidakperhatian mereka pada tuntutan rakyat termasuk di antaranya masalah pengangguran dan kondisi ekonomi.
Sumber : www.indonesian.irib.ir