Sementara itu, kekerasan Israel terhadap warga Palestina semakin menemukan dimensinya yang luas dan di satu sisi semakin mengkhawatirkan. Adapun petinggi Israel dalam hal ini malah menekankan pembantaian lebih besar warga Palestina. Terkait masalah ini, Rabbi Ben-Tzion Bo’aron menghina rakyat Palestina dan meminta Perdana Menteri Benyamin Netanyahu mengeluarkan instruksi pembantaian warga Palestina serta pendudukan penuh al-Khalil dan Nablus. Sama seperti yang dilakukan oleh Areil Sharon, mantan perdana menteri Israel saat meletusnya intifada kedua.
Tzion Bo’aron menyebut rakyat Palestina manusia hina dan meminta Netanyahu mencekal warga Palestina yang memiliki paspor Israel untuk bekerja sebagai dokter atau perawat di rumah sakit rezim Zionis. Seperti biasanya statemen rabbi zionis senantiasa memica radikalisme dan kekerasan pemukim Zionis dan militer Israel terhadap warga Palestina. Dengan pandangan zalimnya tersebut, mereka melegalkan kejahatan militer serta pemukim Zionis terhadap warga Palestina.
Bagaimana pun juga statemen petinggi Zionis semakin menguak esensi anti perdamaian rezim Zionis serta perilaku rasis pejabat Israel. Mencermati statemen rasis petinggi Israel kita dapat menemukan ambisi busuk yang dikejar rezim ini di tingkat hubungan internasional.
Sejatinya rezim Zionis melalui kebijakan arogannya berusaha menghancurkan generasi Palestina dan strategi ini dilancarkan dengan berbagai cara. Ini bukan pertama kali pejabat Israel menuntut pemusnahan warga Palestina dan petinggi Tel Aviv berulang kali serta secara transparan mengungkapkan statemen rasis anti rakyat Palestina.
Dalam hal ini Yitzhak Rabin, mantan perdana menteri Israel di tahun 1991 menuntut warga Palestina ditenggelamkan ke dalam laut Mideterania. Sementara itu, Avigdor Lieberman, mantan menteri luar negeri Israel juga menuntut warga Palestina ditenggelamkan di Laut Mati.
Kejahatan Israel terhadap warga Palestina menggoreskan lua dalam di hati masyarakat internasional. Hal ini menciptakan protes yang semakin meningkat dunia terhadap rezim penjajah Israel.
Seiring dengan meningkatkan kesadaran opini publik atas kejahatan rezim Zionis terhadap bangsa Palestina, gelombang anti kebijakan Israel pun semakin besar, di mana hal ini juga mendorong sanksi produk Tel Aviv oleh berbagainegara dunia terus meningkat.
Berlanjutnya kejahatan dan kebijakan ekspansif Israel mendorong protes opini publik semakin besar. Di kondisi seperti ini, pemerintah dan berbagai organisasi Eropa setelah didesak opoini publik, terpaksa mengkaji kebijakan lebih keras terhadap Israel. Penerapan sanksi terhadap produk distrik Zionis oleh pemerintah Eropa dapat dicermati dalam koridor protes tersebut.