Info Islam

Pelanggaran HAM dan Krisis Politik Bahrain

Transformasi Bahrain mengindikasikan terjadinya eskalasi represi rezim Al Khalifa terhadap rakyatnya sendiri.

Sepak terjang rezim Al Khalifa yang setiap hari menangkapi dan mengadili para aktivis politik Bahrain semakin meningkat dan mengkhawatirkan.

Berbagai laporan menunjukkan babak baru keluarnya instruksi represif rezim Al Khalifa terhadap aktivis politik Bahrain, dan berlanjutnya pemenjaraan oposisi negara Arab itu.

Menyikapi masalah ini, puluhan tahanan politik melakukan aksi mogok makan. Organisasi HAM Eropa-Bahrain menyatakan sebanyak tiga puluh orang tahanan politik Bahrain yang mendekam di penjara Al-Haudh al-Jaf pingsan dan kondisi mereka sangat mengkhawatirkan.

Sejak 2011 hingga kini terjadi gelombang protes rakyat Bahrain terhadap rezim Al Khalifa yang menuntut reformasi politik di negara pesisir Teluk Persia itu. Rezim Al Khalifa yang dibantu pasukan Saudi memberangus protes damai rakyat Bahrain dengan cara-cara kekerasan.

Berlanjutnya represi pemerintah Manama terhadap rakyat Bahrain berlangsung di saat puluhan tahanan politik saat ini mendekam di berbagai penjara rezim Al Khalifa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 150 orang divonis hukuman seumur hidup. Selain itu, sebanyak 150 anak-anak termasuk di antara mereka yang ditahan. Sebanyak 200 orang tahanan politik mengalami cacat fisik akibat aksi kekerasan sipir penjara terhadap mereka.

Meningkatnya jumlah tahanan politik di Bahrain memicu kekhawatiran publik dunia. Pelanggaran besar-besaran terhadap aturan HAM internasional yang dilakukan rezim Al Khalifa terhadap warga Bahrain telah menjadikan negara Arab ini sebagai penjara besar.

Dengan mempertimbangkan populasi warga Bahrain dan jumlah tahanan politik di negara ini, tampaknya Bahrain menjadi negara dengan tingkat persentasi jumlah tahanan politik terbesar di dunia. Masalah ini menunjukkan memburuknya kondisi kemanusiaan di Bahrain.

Sejak meletusnya revolusi rakyat pada 14 Februari 2011 lalu hingga kini, rezim Al Khalifa terus melanjutkan kebijakan represif terhadap oposisi dengan menangkapi para pemimpin gerakan protes damai dan rakyat yang berunjuk rasa menuntut haknya sebagai warga negara.

Sepak terjang brutal rezim Al Khalifa menunjukkan bahwa penguasa Bahrain tidak hanya menginjak-injak hak politik rakyatnya, tapi lebih dari itu merampas kebebasan menjalankan keyakinan agama. Kebijakan rezim Al Khalifa juga meningkatkan penistaan terhadap keyakinan agama rakyat Bahrain, terutama Muslim Syiah.

Rezim Al Khalifa menangkapi para aktivitas dan memenjarakan mereka demi meredam protes rakyat yang menuntut demokratisasi dan keadilan sosial. Untuk mendukung kebijakan repersif tersebut,pemerintah Manama menggunakan aturan anti-terorisme yang memberi legitimasi bagi petugas keamanan negara ini demi menekan pemrotes.

Sesuai dengan aturan tersebut, rezim Al Khalifa berhak untuk menangkap siapapun dengan alasan menangkal terorisme dalam setiap konsentrasi massa. Dengan aturan ini, pemerintah Manama memiliki dalih untuk membubarkan sebuah organisasi masyarakat.

Rezim Al Khalifa terus melanjutkan kebijakan represif tersebut di tengah sikap pasif negara-negara Barat, dan organisasi internasional yang bungkam menyikapinya kejahatan tersebut.

Sumber : www.indonesian.irib.ir

Komentari Artikel Ini

comments

https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js
%d blogger menyukai ini: