Menurut pengamat Palestina, Mukmin Basisu, gelombang perlawanan rakyat di Al-Quds dan Tepi Barat serta sebagian wilayah jajahan 1948 dan perbatasan Jalur sangat telak mengguncang Israel dan terbesar sejak tahun 1948.
Mukmin menilai, level politik, keamanan, militer dan ekonomi Israel menghadapi ketakutan dan horor. Data statistik dan bukt-bukti nyata menunjukan, kota Al-Quds (Jerusalem) berubah menjadi kota hantu dan sepi dari gerak gerik Israel. Warga pemukim Yahudi hilang dari lalu lintas dan jalan-jalan kota Al-Quds yang biasanya mereka selalu berkeliaran membuat onar dan intimidasi terhadap warga Palestina.
Data resmi yang dirilis Israel terkait jumlah korban tidak menggambarkan kondisi di lapangan. Media massa Israel misalnya, meliput setiap aksi penikaman yang dilakukan pemuda Palestina setiap hari, namun detailnya dirahasiakan. Karena aksi itu benar-benar menakutkan Israel. Salah satu judul media masa Israel “Api Berkobar di Jalan-jalan”.
Di tambah lagi pernyataan resmi level politik dan keamanan Israel bahkan rabi-rabi Yahudi menegaskan tingkat beratnya beban pemerintah israel dan masyarakatnya serta ketidakmampuan aparat keamanan menghadapi dan menghentikan Intifadhah ini. Karena itu, terlihat Netanyahu dalam pertemuan dengan kabinet keamanannya dengan tangis darahnya menghentikan rencana pembagian Al-Aqsha dengan imbal balik Palestina harus menghentikan Intifadhah.
Sumber : www.infopalestina.com