Saya gembira ketika menyaksikan para pemuda hadir di masjid dan saya mencari tahu apa alasannya. Saya mendatangi sebuah masjid yang penuh dengan kehadiran anak-anak muda. Ketika saya tindaklanjuti, ternyata imam jamaah masjid tersebut dalam setahun beberapa kali memasang baner foto para murid teladan di luar dinding masjid untuk bisa disaksikan oleh masyarakat. Para pelajar pun tertarik dengan hal ini dan mereka akhirnya sering datang ke masjid.
Kemazluman Imam Husein as
Di masa kezaliman Reza Shah Pahlevi masyarakat dilarang mengadakan acara duka. Para ayah menceritakan kisah menarik tentang acara duka yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Salah seorang ulama berkata, “Di Qom, rumah-rumah bagian bawah tanah dibuat saling menyambung dan secara sembunyi-sembunyi berkumpul mengadakan acara duka. Suatu hari Ayatullah Khansari menangis tersedu-sedu di salah satu lorong bawah tanah sampai pingsan. Beliau mengatakan, “Betapa mazlumnya Imam Husein as sehingga kita tidak bisa meneteskan air mata secara terang-terangan.
Sikap-sikap orang awam
Almarhum Ayatullah al-Udzma Boroujerdi kepada sebuah kelompok yang mengadakan acara duka berkata, “Sebagian dari amalan kalian saat melakukan peringatan duka bertentangan dengan syariat. Jangan kalian lakukan hal itu!”
Mereka menjawab, “Dalam setahun kami bertaklid kepada Anda selama 360 hari. Dalam setahun juga jadilah Anda mukallid kami beberapa hari!
Mengakui Kesalahan
Di rumah Ayatullah al-Udzna Boroujerdi ada sebuah pertemuan bersama para ulama. Salah seorang ulama Tehran juga datang sebagai tamunya dan menyampaikan sebuah topik ilmiah. Para ulama Qom dan Ayatullah Boroujerdi sependapat dan ulama Tehran ini pendapatnya berbeda dengan pendapat mereka. Pertemuanpun selesai. Setelah beberapa hari marji besar ini menyadari bahwa yang benar adalah ulama Tehran tersebut. Itulah mengapa beliau menulis surat kepada ulama Tehran tersebut, “Anda yang benar dan dengan segala kebesaran hati, kami mengakui kesalahan kami.”
Puncak kerendahan hati
Seorang qari al-Quran yang masih berusia sangat muda dari Mesir menjadi tamu Republik Islam Iran. Ketika ia mengunjungi Ayatullah al-Udzma Golpaigani di Qom, Ayatullah Golpaigani berkata kepadanya, “Bolehkan saya membaca surat al-Fatihah dan surat lainnya di depan Anda dan lihatlah bagaimana?
Lihatlah puncak kerendahan hatinya, seorang ulama dan marja besar berusia 90 tahunan membaca surat Fatihah dan surat lainnya di depan pemuda yang usianya sangat belia!
Kesederhanaan Hidup Para Marja Syiah
Ayatullah Al-Udzma Boroujerdi waktu itu sakit. Shah mendatangkan dokter dari luar negeri sekedar pura-pura simpati pada beliau. Dokter tersebut datang ke rumah Ayatullah Boroujerdi dibarengi oleh para dokter Iran. Sebelumnya dikatakan kepada dokter tersebut bahwa beliau adalah pemimpin besar orang-orang Syiah. Dokter dari Barat ini mengatakan, “Saya telah melihat tempat tinggalnya Paus, namun kesederhanaan pemimpin kalian ini mengubah cara pandang saya.”
Sumber : Khaterat Hujjatul Islam Qaraati, Jilid 2 / www.indonesian.irib.ir