(Menerjemahkan Peran Sosial Perempuan Suci dalam Konteks Kekinian)
Perempuan dan Keteladanan dalam Al-Quran
Kedudukan perempuan dalam Al-Quran dan Islam pada hakikatnya adalah kedudukan manusia itu sendiri. Ribuan atau ratusan tahun yang lalu, banyak bangsa menganggap perempuan sebagai makhluk hina dan lemah. Akibatnya, sebagian dari mereka meragukan eksistensi perempuan sebagai manusia.
Untuk menjelaskan kedudukan perempuan, kita terlebih dahulu harus mengkaji kedudukan manusia menurut Islam. Secara umum, Islam menganggap manusia adalah eksistensi yang istimewa dan lebih utama dibanding eksistensi-eksistensi materi lainnya. Manusia tersusun dari tubuh dan roh. Manusia adalah eksistensi yang kekal dan mempunyai tujuan dalam penciptaannya. Tujuan tersebut adalah kesempurnaan jiwa dan kebahagiaan dalam kehidupan, khususnya kebahagiaan ukhrawi.
Islam memberikan perempuan kedudukan yang samatingginya dengan laki-laki sebagai manusia.Manusia disebutkan sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi yang memperoleh kemuliaan (QS. Al Baqarah : 1).
Al Quran dan hadis memberikan banyakpujian yang diperuntukkan kepada manusia secara keseluruhan, baik perempuan maupun laki-laki. Oleh karena itu, perempuan dan laki-laki menurut perspektif Islam, adalah dua manusia yang sama. Allah SWT dalam banyak firmanNya telah menerangkan mengenai hal tersebut, di antaranya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan.”(QS. An-Nahl : 97); “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu baik laki-laki atau perempuan (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.”(QS. Ali Imran : 195) , serta “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab : 35)
Al Quran turut menjelaskan kisah-kisah perempuan terbaik sepanjang masa dengan berbagai bentuk pujian, seperti halnya dengan cerita mengenai para lelaki utama. Sebagai contoh, Al Quran menceritakan tentang sosok Sayidah Maryam pada QS Ali Imran : 42, yaitu “Hai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala perempuan di dunia (yang semasa dengan kamu).” Demikian pula, Allah berfirman mengenai Asiyah istri Firaun dalam QS. At-Tahrim : 11. Berkenaan dengan perempua-perempuan tersebut, Rasulullah SAW pernah bersabda :“Para penghulu perempuan surga ada empat orang: Khadijah putri Khuwailid, Maryam putri Imran, Asiyah putri Mazahim dan Fatimah putri Muhammad.”
Di dalam QS At-Tahrim : 10-12, ditampilkan empat perempuan sebagai pelajaran (i’tibar) bagi umat manusia. Dua di antaranya sebagai teladan kebaikan dan dua lainnya merupakan contoh dalam keburukan. Berkaitan dengan contoh keburukan, Al-Quran mengisahkan dua perempuan yang berperangai buruk, yaitu istri Nabi Luth as.dan istri Nabi Nuh as., Allah SWT berfirman : “Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang di antara hamba-hamba Kami, lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah, dan dikatakan kepada keduanya, masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk neraka.” (QS. At-Tahrim : 10)
Al-Quran juga memberikan dua contoh perempuan baik sebagai teladan. Pertama, Allah SWT berfirman : “Dan Allah membuat istri Firaun (sebagai) perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika dia berkata: “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” (QS. At-Tahrim : 11). Kedua, Perempuan teladan lainnya yang disebutkan adalah Maryam as. Allah SWT berfirman: “Dan ingatlah Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Tuhan dan kitab-kitabNya. Dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat.” (QS. At-Tahrim : 12).
Kiranya dapat dipahami bahwa empat kisah yang disebutkan di atas, bukanlah merupakan pelajaran bagi kaum perempuan saja, tetapi sekaligus untuk kaum laki-laki juga. Karena seperti telah disinggung bahwa manusia teladan merupakan teladan atau contoh untuk seluruh manusia, tidak dikhususkan untuk laki-laki atau perempuan saja.
Sayyidah Maryam as dan kedudukannya
Al-Quran memperkenalkan sosok Sayyidah Maryam as sebagai simbol kesucian diri dari berbagai perbuatan hina, seperti halnya yang dialami oleh Nabi Yusuf as dalam konteks peristiwa lainnya. Baik Maryam as maupun Nabi Yusuf as, keduanya telah mengalami ujian berat dan berhasil selamat berkat sifat ‘afaf yang mereka miliki.
Kedudukan Sayyidah Maryam as, dilukiskan dalam banyak ayat Al-Quran. Di antaranya yang dapat disebutkan di sini, yaitu kisah tentang rahasia di balik ketinggian derajat dan pendidikan Ilahi yang dia dapatkan, seperti pada QS. Ali-Imran : 37, “Setiap Zakariya masuk untuk menemuinya (Maryam as) di mihrab ia mendapati rezeki di sisinya. Zakariya bertanya, “Hai Maryam dari mana engkau memperoleh (rezeki) ini?” Dia (Maryam) menjawab, “Ia dari sisi Allah, sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa hisab.” Dalam ayat ini,digambarkan malaikat berdialog dengan Maryam. Hal tersebut menggambarkan pengalaman rohani (syuhud)Sayyidah Maryam as yang menunjukkan keakrabannya dengan Allah SWT.
Ketinggian derajat Maryam as juga diterangkan oleh Allah SWT melalui firmanNya: “Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala perempuan di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (QS. Ali Imran : 42-43). Pesan malaikat untuk terus beribadah, tunduk, rukuk dan sujud adalah sebuah bukti tingginya kedudukan Maryam as.
Satu lagi ayat berkaitan dengan kedudukan Sayyidah Maryam as, yaitu QS. Al-Maidah : 75, yang menyatakan bahwa Nabi Isa as memiliki seorang ibu yang mempercayai pembicaraan secara gaib. Bukan hanya membenarkan, tetapi dia tergolong orang shiddiq, yakni orang yang sangat benar dalam niat, ucapan serta perilakunya dan sangat membenarkan serta mempercayai ayat-ayat Allah. Kaum Shiddiqin adalah mereka yang menyertai para nabi, orang-orang saleh dan para syahid. Dan Sayyidah Maryam adalah salah seorang yang masuk ke dalam barisan tersebut. Rahasia di balik kedudukan Maryam as sebagai shiddiqah, bukan karena dia mempercayai hal-hal yang biasa atau percaya pada setiap hal yang dipercayai orang lain. Tetapi, karena dia mempercayai sesuatu yang tidak dipercayai oleh orang lain, dan menguatkan kebenaran sesuatu yang mereka anggap mustahil.
Sayyidah Maryam as dalam Konteks Kekinian
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka kita telah mendapatkan gambaran dari keteladanan dan kedudukan dari Sayyidah Maryam as. Selanjutnya bagi kita—terkhusus kaum muslimah, berupaya mentransformasikan kehidupan dan kepribadian Sayyidah Maryam pada kondisi kekinian.
Dari analisis dan kajian berdasarkan pandangan Islam dan Al-Quran, maka paling tidak ada beberapa poin yang bisa menjadi perhatian dari sosok mulia Sayyidah Maryam as untuk diperankan dalam kondisi sosial hari ini, antara lain:
- Menyampaikan Kebenaran dan Melakukan Amar Makruf dan Nahi Mungkar
Bahwa dalam menjalankan tugas dan fungsi manusia sebagai khalifatullah, haruslah senantiasa konsisten dan berkomitmen dalam menyampaikan kebenaran, amar makruf dan nahi mungkar demi menjaga keserasian dan keharmonisan kehidupan.
- Menjaga Kesucian dengan Penyucian Jiwa
Salah satu kewajiban dalam seorang muslim adalah melakukan penyucian jiwa (tahdzibun nafs). Meninggalkan atau melalaikan kewajiban ini akan menyebabkan kerugian dunia dan akhirat. Manusia harus mampu memerangi berbagai sifat tercela dan memelihara kesucian atau ‘iffah pada dirinya. Karena menjaga kesucian adalah bagian penting yang dikehendaki Islam secara muakkad. Sedemikian pentingnya persoalan ini, sehingga menjadi tujuan terbesar para Nabi as.
- Menyiapkan Diri dalam Memikul Tanggung Jawab
Setiap muslimah harus senantiasa meningkatkan kualitas diri, membekali serta menyiapkan dirinya untuk mengemban tugas dan tanggung jawab yang sangat besar di waktu akan datang.
Perempuan sesungguhnya tidak menghadapi dilema antara pekerjaan dan keluarga atau antara karir dan anak-anaknya. Mereka bahkan seringkali menghadapi krisis identitas. Mereka memerlukan rujukan untuk meredefinisi peran mereka. Perempuan perlu mengkaji dan menelaah keteladanan figur perempuan-perempuan suci dalam Islam. Karena kesejahteraan dan keburukan umat manusia tergantung pada diri perempuan.Wallahu a’alam bisshawab.
(Diolah dan disusun dari berbagai sumber oleh Sheyda H. Az-Zahra)