Perspektif

Pendidikan Keluarga Dalam Islam (2)

(Masa Kehamilan)

A. Pembentukan Janin

Demi menjaga keselamatan jasmani dan ruhani janin, Islam telah mengajarkan beberapa hal yang mudah untuk diamalkan. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah SAW melarang wanita untuk memakan apel muda, susu, dan cuka pada minggu pertama kehamilannya sebab makanan tadi dapat menyebabkan kesulitan saaat melahirkan nanti atau bahkan menunda kelahiran anak. Selain itu juga dapat mengakibatkan beberapa penyakit yang berdampak negatif pada kandungan dan janin yang ia kandung. Rasulullah SAW dan Ahlul Baitnya  melarang suami isteri melakukan hubungan badan pada waktu-waktu tertentu yang dikhawatirkan dapat berakibat buruk pada anak. Larangan ini tentunya bukan berarti haram ,melainkan makruh dan berdampak buruk pada kesehatan jasmani dan ruhani anak . Waktu-waktu tersebut, antara lain, di antara terbitnya fajar dan terbitnya matahari, di antara terbenamnya matahari hingga hilangnya awan merah, sesaat setelah zuhur, tanggal pertama, pertengahan dan akhir setiap bulan, saat terjadinya gerhana bulan dan gerhana matahari, saat bertiupnya angin hitam, merah dan kuning, saat terjadinya gempa dan beberapa waktu yang lain. Rasulullah menganjurkan para suami untuk mengumpuli isteri mereka pada waktu-waktu yang lain. Kalau diperhatikan, waktu-waktu larangan di atas menunjukkan bahwa sebagiannya bisa berakibat buruk pada mental dan kejiwaan anak, khususnya waktu-waktu yang mencekam dan menakutkan. Bila terjadi persetubuhan di saat itu dan janin terbentuk, anak yang akan dilahirkan akan memiliki jiwa yang tidak stabil dan selalu dicekam rasa takut. Sedangkan sebagian dari waktu-waktu larangan di atas, dapat menyebabkan anak yang dihasilkan dari persetubuhan itu mengidap penyakit-penyakit menakutkan seperti , lepra, idiot, dan bahkan kegilaan.

Selain itu, dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW dan keluarga beliau yang suci mengajarkan beberapa tata cara bersetubuh. Rasulullah bersabda,

“Jangan berbicara saat melakukan senggama, karena dikhawatirkan anak yang dihasilkan darinya akan menjadi bisu. Dan jangan sekali-kali melihat kemaluan isteri saat bersetubuh, karena hal itu dapat mengakibatkan kebutaan pada anak .”

 Beliau juga bersabda,

“Jika seorang bermimpi junub, makruh baginya untuk mengumpuli isterinya sampai ia mandi. Jika ia mengumpuli isterinya dalam keadaan yang demikian, maka salahkanlah dirinya sendiri jika anak yang lahir dari persetubuhan itu gila.”

 Dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau bersabda,

“Jangan kaulakukan senggama dalam posisi berdiri layaknya keledai karena dapat menyebabkan anak mengidap penyakit mengompol.”

 ,Hadis Rasulullah SAW yang lain menyebutkan

“Jangan kau kumpuli isterimu dengan nafsumu pada wanita lain, karena aku khawatir anak yang dihasilkan akan menjadi banci, lemah, dan tidak berperasaan”.

 Dari riwayat di atas kita pahami pula bahwa beliau juga melarang suami membayangkan wanita lain saat bersetubuh dengan isterinya. Selanjutnya, Rasulullah SAW bersabda,

“Jika isterimu tengah mengandung, jangan kau kumpuli ia kecuali setelah berwudhu .Jika tidak, dikhawatirkan anak yang akan dilahirkannya menjadi orang yang buta mata hati dan kikir.”

 Secara umum, Islam mengajarkan kepada para suami untuk selalu mengingat Allah sebelum mengadakan hubungan badan dengan isteri dan membaca basmalah. Selain itu, Islam juga mengajarkan tata cara bersenggama dengan melakukan hal-hal yang dapat menambah rasa cinta dan kasih sayang antara suami isteri, seperti ciuman, pelukan dan kata-kata yang lembut dan manis.

B. Lingkungan Pertama Anak

 

Rahim ibu merupakan lingkungan pertama yang membentuk seorang manusia. Lingkungan pertama ini sangat erat hubungannya dengan perkembangan janin. Janin adalah bagian yang tak terpisahkan dari ibu yang mengandungnya. Karena itulah, semua kondisi dan keadaan yang dialami oleh ibu akan berpengaruh terhadap janin . Hasil studi dan riset yang dilakukan oleh para ahli membuktikan bahwa kesehatan jasmani dan kondisi psikis ibu sangat berpengaruh pada janin. Rasa cemas, kalut, takut, dan sebagainya ,dapat mengakibatkan hal yang serupa pada jiwa anak.

 

”Ketegangan dan goncangan yang dialami oleh seorang ibu hamil akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan pada janin. Bahkan hal itu akan membuat anak yang ia kandung menjadi seorang yang emosional. Karena itu, perlu adanya program bimbingan bagi para ibu hamil untuk menghindarkan semua pikiran yang dapat mengusik ketenangannya dan menciptakan ketegangan dan kecemasan, serta menjaga agar suasana kehidupannya selalu harmonis dan menyenangkan.”

”Masa kehamilan sangat berpengaruh pada kestabilan jiwa dan mental anak.” Berabad-abad yang lalu, sebelum para ahli psikologi menyingkap masalah ini, Islam telah lebih dahulu menekankan kepada kita untuk memperhatikan hal tersebut .

 

Rasulullah SAW bersabda ,

“Orang yang sengsara telah sengsara sejak ia berada di perut ibunya dan orang yang berbahagia telah berbahagia sejak ia berada di perut ibunya .”

 

Maksud dari kebahagiaan dan kesengsaraan semasa di perut ibu adalah bahwa kondisi ibu tersebut menciptakan potensi pada janin untuk menjadi bahagia atau sengsara di masa mendatang. Sebagian penyakit yang diidap ibu dapat menular pada anak sehingga ia lahir dengan penyakit bawaan yang ia sandang seumur hidupnya dan ini merupakan sebagian dari kesengsaraan hidup baginya. Atau sebaliknya, ia lahir sehat walafiat dan kesehatannya itu akan ia bawa selama hidupnya dan itu merupakan bagian dari kebahagiaannya .

Demikian pula halnya dengan kondisi spiritual, moral dan kejiwaan, seperti kecemasan dan ketenangan, kerisauan dan kestabilan mental, ketakutan dan sebagainya, semua itu sangat berpengaruh pada anak. Namun pada perkembangan selanjutnya, anak akan dipengaruhi oleh lingkungannya. Ada kalanya lingkungan akan menyelamatkannya dari pengaruh buruk yang ia bawa sejak lahir. Sebaliknya, bisa jadi lingkungan akan merusak potensi baik yang ia bawa sejak lahir. Berikut ini akan kami jelaskan beberapa ajaran Islam tentang cara menjauhkan janin dan anak dari pengaruh buruk yang mungkin timbul sewaktu berada di dalam kandungan.

 

1 . Perhatian terhadap Makanan Ibu

 

Para ahli mengatakan bahwa kesehatan janin dalam kandungan tergantung pada kesehatan fisik ibu. Salah satu hal yang mendukung kesehatan ibu adalah makanan yang ia makan. Karena itu, kita saksikan bahwa kelaparan yang melanda beberapa negara berpengaruh besar pada kesehatan anak-anak yang dilahirkan saat itu. Anak-anak tersebut pada umumnya berfisik lemah, mengidap banyak penyakit atau bahkan menderita cacat tubuh, yang kesemuanya itu disebabkan oleh kelaparan atau kekurangan gizi ibu-ibu mereka. Keadaan yang sebaliknya akan menghasilkan hal yang sebaliknya pula. Karena itu, baik Rasulullah SAW maupun Ahlul Baitnya sangat menekankan pentingnya perhatian terhadap makanan ibu hamil, khususnya makanan yang berpengaruh pada sisi psikis dan spiritual anak .Beberapa makanan yang dianjurkan untuk dimakan ibu selama masa kehamilan adalah sebagai berikut.

 a. Buah Pir

 

Rasulullah SAW bersabda,

“Makanlah buah pir karena buah itu dapat membuat terang penglihatan dan menumbuhkan rasa cinta di hati. Dan berikanlah buah ini kepada ibu yang sedang mengandung karena dapat mempercantik anak kalian.”

 

b. Luban atau Kemenyan Arab

 

Rasulullah SAW bersabda,

“Berilah luban (kemenyan Arab) kepada isteri kalian yang sedang mengandung karena itu dapat mencerdaskan anak yang sedang dikandungnya.”

 

Imam Ali bin Musa Ridha berkata,

“Berikanlah luban kepada isteri kalian yang sedang mengandung. Jika bayi yang dikandungnya itu laki-laki, maka anak tersebut akan menjadi anak yang cerdas, pandai, dan pemberani. Dan jika bayi yang kandungnya itu perempuan, maka anak itu akan menjadi cantik paras dan budi pekertinya, serta akan dihormati oleh suaminya.”

 

c. Buah Kurma

 

Rasulullah SAW bersabda ,

“Berikanlah buah kurma kepada isteri kalian di bulan kesembilan kehamilannya karena hal itu dapat membuat anak yang ia lahirkan menjadi orang berhati lembut dan bersih.”

 

Para Imam Ahlul Bait telah membuat daftar menu makanan yang sangat berguna bagi kesehatan tubuh, seperti yang diriwayatkan dalam kitab-kitab hadis Ahlul Bait, misalnya Al-Kafi dan Makarim Al-Akhlaq .Makanan-makanan tersebut antara lain adalah buah delima, tin, anggur, kismis ,sayuran, dan jenis buah-buahan yang lain, juga daging, bubur daging, dan hijau-hijauan. Di lain pihak, mereka melarang kita untuk memakan makanan yang membahayakan kesehatan seperti bangkai, darah, daging babi, arak ,dan jenis-jenis makanan lain yang telah dilarang dalam Al-Quran dan hadis Nabi SAW.

 

2. Perhatian Terhadap Kondisi Kejiwaan Ibu Hamil

 

Kondisi kejiwaan ibu hamil harus diusahakan agar selalu stabil, tenteram, dan bahagia. Upaya untuk menciptakan kondisi demikian antara lain dengan menyediakan rumah yang luas baginya, mencukupi kebutuhan pokoknya, dan bersikap baik terhadapnya.

a. Rumah yang Luas

Imam Ja’far Shadiq berkata,

“Rumah yang luas adalah bagian dari sebuah kebahagiaan.”

 

Dalam riwayat yang lain beliau mengatakan,

“Mukmin akan merasa tenang berada di rumah yang luas.”

 

Pengaruh rumah yang luas terhadap kebahagiaan pribadi dan keluarga sudah dibuktikan oleh para ahli dan Islam juga menekankan hal tesebut. Dalam sebuah masyarakat Islami yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama samawi ini dalam kehidupan sehari-hari, pastilah mereka akan saling bahu membahu dalam memenuhi kebutuhan akan rumah yang luas bagi seluruh anggotanya ,juga kebutuhan-kebutuhan yang lain . Bila seorang suami tidak mampu untuk membeli atau menyewa sebuah rumah yang luas, hendaknya ia meyakinkan isterinya bahwa ia akan giat bekerja agar bisa mendapatkan rumah idaman tersebut. Atau jika tidak, ia dapat menyuruh isteri untuk bersabar atas kondisi ekonomi mereka karena Allah pasti akan memberikan pahala dan kebaikan-Nya kepada mereka jika bersabar hidup dalam kemiskinan. Dengan demikian isteri akan merasa tenang dan senang hati meski hidup di dalam rumah yang kecil dan sempit.

 

b. Memenuhi Kebutuhan Pokok Isteri

 

Abdullah bin Atha ‘berkata, “Suatu hari aku datang ke rumah Imam Abu Ja’far. Di dalam rumah beliau itu aku melihat ada kasur, bantal, kain seprai, dan sandaran. Akupun bertanya, ‘Untuk apakah semua ini?’ Beliau menjawab, ‘Ini adalah barang yang diperlukan oleh wanita.”

Segala sesuatu yang dibutuhkan oleh seorang wanita untuk rumahnya seperti bantal, sandaran, dan kasur, juga pakaian-pakaian yang bagus dan perabot rumah tangga, adalah kebutuhan yang harus dipenuhi. Semua itu akan membuat hati dan perasaannya tenang dan berbahagia. Karena itu, tugas yang dipikul oleh suami adalah memenuhi seluruh kebutuhan tadi, tentunya disesuaikan dengan kemampuannya . Jika suami tidak mampu untuk memenuhinya, atau hanya dapat memenuhi sebahagiannya, ia dapat menyadarkan sang isteri dan menyuruhnya untuk menerima kehendak Tuhan ini, karena Dia juga telah menjanjikan pahala yang besar bagi mereka yang bersabar. Selain itu, ia juga harus berjanji padanya akan lebih giat bekerja agar dapat mengangkat kondisi ekonomi mereka dan memenuhi semua kebutuhan keluarga khususnya isteri.

 c. Bersikap Baik Terhadap Isteri

 

Sikap baik tehadap isteri ,khususnya isteri yang sedang mengandung, akan membuat kehidupannya bahagia. Isteri akan merasakan ketenangan dan ketenteraman batin. Dengan demikian, tidak akan ada lagi tempat untuk kerisauan dan ketegangan di hati dan batinnya.

 

Imam Ali Zainal Abidin mengatakan,

“Hak wanita yang engkau nikahi adalah, engkau harus tahu bahwa Allah telah menjadikannya sebagai sumber ketenangan dan ketentraman bagimu serta sebagai penjaga harta dan kehormatanmu. Kalian berdua haruslah memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah atas anugerah yang Dia berikan berupa pasangan kalian. Engkau harus tahu bahwa itu semua adalah nikmat Allah atasmu. Karena itu, suami harus memperlakukan isterinya dengan baik, menghormatinya, dan berlemah-lembut terhadapnya, meskipun hak-haknya atas sang isteri lebih besar. Isteri harus menaati suaminya jika ia memerintahkan sesuatu, selama tidak berupa maksiat kepada Allah. Isteri berhak untuk mendapatkan kasih sayang dan kelemahlembutan karena dialah yang memberikan ketenangan hati bagi suami. Isterilah yang dapat memuaskan kebutuhan biologis suami yang memang harus disalurkan, dan hal itu adalah sesuatu yang agung.”

 

Sikap baik suami terhadap isterinya dapat diwujudkan dalam bentuk pergaulan yang baik, lemah lembut terhadapnya,  kata-kata yang manis, menghormati dan mendudukkannya di tempat yang layak, memenuhi kebutuhan lahir dan batinnya, memperlakukan isteri layaknya seorang manusia yang dimuliakan oleh Islam, menciptakan suasana rumah yang dipenuhi dengan keceriaan, kegembiraan, cinta dan kasih sayang, menyenangkan hatinya , dan menjaga semua rahasianya . Selanjutnya, suami sebaiknya membantu istri dalam menyelesaikan  pekerjaan rumah yang tidak mampu ia lakukan, memaafkan kesalahannya sejauh tidak keluar dari batas-batas agama, bersikap penuh pengertian dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi sehingga tidak menyinggung perasaannya, menghindari semua hal yang dapat mengganggu ketenangan jiwanya, seperti rasa cemburu yang tidak pada tempatnya, atau bermuka masam terhadapnya, atau bahkan sampai memukul, pisah ranjang dan tidak memenuhi hak-haknya.

 

Jika perlakuan suami terhadap isteri baik, kondisi psikis isteri menjadi baik pula, dan itu akan memberikan pengaruh yang positif kepada janin yang dikandungnya. (Bersambung….)

Komentari Artikel Ini

comments

https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js
%d blogger menyukai ini: