Ilmuwan pertama yang mengukur bumi
Sekitar 1037 tahun yang lalu lahirlah seorang ilmuan besar dan ternama sepajang sejarah manusia. Bukan Issac Newton yang terkenal dengan gaya gravitasinya, bukan pula Albert Einstein yang terkenal dengan rumus E=MC². Mind set selama ini tentang kecenderungan semua ilmuwan berasal dari bangsa Barat ternyata keliru. Beliau adalah seseorang dari negeri Persia yang menguasai hampir semua cabang pembelajaran.
Tak heran jika Bapak Sejarah Sains Barat, George Sarton begitu mengagumi sosok dan prestasi beliau dalam beragam disiplin ilmu. ”Semua pasti sepakat bahwa al-Biruni adalah salah seorang ilmuwan yang sangat hebat sepanjang zaman,”cetus Sarton.
Abu Raihan al-Biruni, seorang ilmuwan yang menguasai banyak bidang ilmu pengetahuan dan merupakan kebanggaan budaya dan peradaban Islam . Tapi kebesarannya tidak banyak diketahui oleh masyarakat, bahkan kalangan terpelajar. Al-Biruni seorang pemikir yang bebas dan tidak fanatik. Abu Raihan Muhammad bin Ahmad Biruni lahir di kota kuno Kats Kharazmi Iran.
Abu Raihan Al-Biruni (15 September 973 – 13 Disember 1048) merupakan seorang ahli matematik, astronomi, ahli fizika, cendekiawan, penulis ensiklopedia, ahli falsafah, ahli astrologi, pakar sejarah, ahli farmasi dan guru yang banyak menyumbang kepada bidang matematik, falsafah, perobatan dan sains. Karya agungnya ialah Rasa’ll al-Biruni, sebuah ensiklopedia astronomi dan mathematik. Kejayaannya yang terpenting ialah menentukan musim dan pasang sudut air laut, menentukan kedudukan garis lintang dan garis bujur bumi, mencipta jam dan kalendar, mencipta rumus trigonometri.
Masa muda masa yang penuh gejolak. Namun al-Biruni memanfaatkan masa mudanya untuk hal-hal yang berguna tak seperti para pemuda kebanyakan. Beliau mempunyai pribadi yang tangguh dan hebat. Bukti bahwa beliau seorang yang sangat hebat adalah, saat masih berumur 17 tahun, beliau sudah terlibat dalam proyek kerja ilmiah yang serius beliau meneliti garis lintang Kath, Khwarazm dengan menggunakan altitude maksima matahari (ketinggian maksimal matahari). Pada usia 20 tahun, al-Biruni telah menulis beberapa makalah ilmiah yang diakui dan dikenal memiliki hubungan dengan Ibnu Sina (Avicenna), yang tulisan-tulisannya di kenal luas di Eropa. Masih bersemangat di usia mudanya dalam mendalami ketertarikannya di bidang pengetahuan, selang dua tahun kemudian al-Biruni menulis sejumlah karya ringkas, yang termasuk kajian proyeksi peta, “Kartografi”. Serta menjelaskan proyeksi belahan bumi ke bidang datar. Di sini al-Biruni ingin menunjukkan bahwa di usia mudanya ia mampu “membaca” sangat baik karena ia telah mempelajari karya orang lain dan selanjutnya dibahas dalam risalahnya, yang secara otomatis akan menambah kecerdasannya. Makanya beliau disebut sebagai orang muda yang teoritis.
Dalam mencari ilmu, beliau tidak hanya puas berada di satu wilayah. Beliau banyak melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Asia Tengah dan Persia bagian utara. Tercatat pula beliau melakukan perjalanan ke India yaitu antara tahun 1017 sampai 1030, mengumpulkan bahan untuk survey yang monumental tentang sejarah, adat istiadat, dan kepercayaan dari sub-benua. Penghormatan kepada al-Biruni sebagai sarjana muslim pertama yang mengkaji dan mempelajari tentang seluk beluk India dan tradisi Brahmana pantas beliau dapat. Dia sangat intens mempelajari bahasa, teks, sejarah, dan kebudayaan India. Ditambah kemampuannya fasih sederet bahasa seperti Arab, Turki, Persia, Sansekerta, Yahudi, dan Suriah membuat beliau mampu mempelajari ilmu langsung dari asalnya. Dan sikap beliau yang mudah bergaul dan rasa toleransi yang tinggi sehingga mudah menyatu dengan masyarakat yang ada. Maka terbitlah “Kitab al-Hind” (Sejarah dan Geografi India) yang merupakan karya paling diakui selama hidupnya. Pada akhir buku ini beliau menyebutkan bahwa ia memiliki dua buku bahasa Sansekerta diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, salah satunya “Sakaya”, berkaitan dengan penciptaan benda, dan sejenisnya.. Sedangkan yang kedua “Patanjal” (Yoga Sutra), berhubungan dengan apa yang terjadi setelah roh meninggalkan tubuh. Deskripsi al-Biruni tentang India begitu lengkap,hingga penulis Abu al-Fadal, 600 tahun kemudian, dengan karyanya “Aein-i-Akbari” merasa berhutang banyak kepada buku al-Biruni. Al-Biruni pun dinobatkan sebagai ‘Bapak Indologi’ — studi tentang India. Suatu penghargaan yang memang layak diberikan sesuai dengan jasa.
Sebagai seorang ilmuwan muslim, segala sesuatu yang dipelajarinya selalu dikaitkan dengan Al-Qur’an. Ia melandaskan semua kegiatannya kepada Islam serta meletakkan ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk menyingkap rahasia alam. Semua hasil karyanya bermuara kepada Allah SWT.
Dalam bukunya, al-Biruni mengatakan, “Penglihatan menghubungkan apa yang kita lihat dengan tanda-tanda kekuasaan Allah dalam ciptaan-Nya. Dari penciptaan alam tersebut kita dapat menyimpulkan ke Esaan dan ke Agungan Allah.”
Itulah yang menjadi prinsip Al-Biruni selama melakukan penelitian dan percobaan. Ia sama sekali tidak melepaskan ilmu pengetahuan dari agama. Itu pula sebabnya, ia lebih hebat dibandingkan ilmuwan lainnya pada saat itu. Penguasaannya terhadap berbagai ilmu pengetahuan telah menyebabkan ia dijuluki Ustadz fil Ulum “Guru segala Ilmu.”
Pada tahun 1030 Karya besar di bidang astronomi lahir di sini yang dikenal sebagai“Masudi Canon” atau “Al-Qanon al-Mas’udi fi al-Hai’ah wa al-Nujum” (Teori tentang Perbintangan) Dalam karya ini dijelaskan suatu teori bahwa Bumi berputar pada porosnya, yang menunjukkan bahwa astronom Arab lebih kritis terhadap teori Aristoteles dan Plotomeus dari yang sering diasumsikan banyak orang. karya besar dalam bidang astronomi lewat Masudic Canon yang didedikasikan kepada putera Mahmud bernama Ma’sud. Atas karyanya itu, Ma’sud menghadiahkan seekor gajah yang bermuatan penuh dengan perak. Namun, Al-Biruni mengembalikan hadiah yang diterimanya itu ke kas negara. Sebagai bentuk penghargaan, Ma’sud juga menjamin Al-Biruni dengan uang pensiun yang bisa membuatnya tenang beristirahat serta terus mengembangkan ilmu pengetahuan. Dia juga berhasil menulis buku astrologi berjudul The Elements of Astrology. Selain itu, sang ilmuwan itu pun menulis sederet karya dalam bidang kedokteran, geografi, serta fisika. Al-Biruni wafat di usia 75 tahun tepatnya pada 13 Desember 1048 M di kota Ghazna. Untuk tetap mengenang jasanya, para astronom mengabadikan nama Al-Biruni di kawah bulan.
Jumlah karya yang dihasilkan semasa hidup al-Biruni sungguh luar biasa dan sangat mengesankan. Tercatat lebih dari 200 buku tentang hasil pengamatan dan eksperimennya. Kelebihan yang dimiliki al-Biruni adalah memperlakukan kesalahan lebih ilmiah dan tidak menganggap dirinya paling dapat diandalkan. Misalnya pembulatan angka dalam perhitungan, beliau selalu berusaha mengamati jumlah yang mengharuskan manipulasi minimum untuk menghasilakan jawaban.
Salah satu yang penting dari banyak karya al-Biruni adalah “Shadows” yang diduga di tulis pada tahun 1021. Shadow merupakan sumber yang sangat penting bagi pengetahuan kita tentang sejarah, matematika, astronomi, dan fisika.
Kontribusi yang diberikan tak cukup sampai disini saja. Dengan tekad mendedikasikan dirinya pada ilmu pengetahuan, al-Biruni melakukan penelitian terhadap semua jenis ilmu yang ada. Karenanya, banyak ahli sejarah yang menganggap ia sebagai ilmuwan terbesar sepanjang masa. Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh al-Sabra, ilmuwan muslim serba bisa abad X, “Dia adalah salah satu ilmuwan terbesar dalam seluruh sejarah manusia.”
Kontribusi di bidang matematika mencangkup,aritmatika teoritis dan praktis, penjumlahan seri, analisis kombinatoral, kaidah angka tiga, bilangan irasional, teori perbandingan, teori definisi aljabar, metode pemecahan persamaan aljabar, geometri, teorema Archimedes, trigonometri, proyeksi stereografik, teorema sinus dalam bidang datar, pemecahan segitiga bola, dan metode untuk pembagian atas tiga sudut dan masalah lain yang tidak dapat diselesaikan dengan penggaris dan kompas.
Kontribusi penting juga dilakukan al-Biruni dalam bidang geodesi dan geografi. Beliau memperkenalkan teknik mengukur radius bumi dengan metode triangulasi dan ditemukan bahwa jari-jari bumi 6.339,6 km (hasil ini tidak diperoleh di Barat sampai abad ke-16). Al-Biruni juga menghasilkan sejumlah sumbangan bagi pengembangan Ilmu Bumi. Atas perannya itulah dia dinobatkan sebagai ‘Bapak Geodesi’.
Dalam bidang fisika, al-Biruni meneliti tentang hidrostatik dan membuat pengukuran yang sangat akurat dari bobot tertentu. Beliau juga menggambarkan rasio antara kepadatan emas, merkuri, timah, perak, perunggu, tembaga, kuningan, besi, dan timah. Diperoleh hasil kombinasi dari bilangan bulat dan jumlah bentuk 1⁄n, n = 2, 3, 4, … , 10. Al-Biruni juga telah menghasilkan karya dalam bidang geologi. Salah satunya, dia menulis tentang geologi India.
Dalam ilmu sosial, Biruni bisa dikatakan sebagai antropolog pertama di dunia. Ia menulis secara detail studi komparatif terkait antropologi manusia, agama, dan budaya di Timur Tengah, Mediterania, serta Asia Selatan. Dia dipuji sejumlah ilmuwan karena telah mengembangkan antropologi Islam. Dia juga mengembangkan metodelogi yang canggih dalam studi antropologi.
Dalam bidang optik, al-Biruni termasuk ilmuwan yang pertama bersama Ibnu Al-Haitham yang mengkaji dan mempelajari ilmu optik. Dialah yang pertama menemukan bahwa kecepatan cahaya lebih cepat dari kecepatan suara.
Dalam kitabnya berjudul Kitab al-Jawahir atau Book of Precious Stones, al-Biruni menjelaskan beragam mineral. Dia mengklasifikasi setiap mineral berdasarkan warna, bau, kekerasan, kepadatan, serta beratnya. Ini salah satu sumbangannya dalam bidang mineral.
Dia merupakan ilmuwan yang pertama kali membedakan istilah astronomi dengan astrologi. Hal itu dilakukannya pada abad ke-11 M. Dia juga menghasilkan beberapa karya yang penting dalam bidang astrologi. Hal ini menunjukkan bahwa beliau juga ahli dalam bidang astrologi. Karena ramalan-ramalannya yang akurat.
Al Biruni tercatat sebagai pelopor psikologi eksperimental lewat penemuan konsep reaksi waktu.
Al-Biruni juga sangat menguasai bidang astronomi, dan ilmuwan-ilmuwan dunia pun mengakuinya, ”Dia telah menulis risalah tentang astrolabe serta memformulasi tabel astronomi untuk Sultan Ma’sud,”papar Will Durant tentang kontribusi al-Biruni dalam bidang astronomi.
Selain itu, al-Biruni juga telah berjasa menuliskan risalah tentang planisphere dan armillary sphere. al-Biruni juga menegaskan bahwa bumi itu berbentuk bulat (menunjukkan bahwa 600 tahun sebelum Galileo berteori yang sama tentang hal ini).
al-Biruni tercatat sebagai astronom yang melakukan percobaan yang berhubungan dengan fenomena astronomi. Beliau menduga bahwa Galaksi Milky Way (Bima Sakti) sebagai kumpulan sejumlah bintang. Pada 1031 M, dia merampungkan ensiklopedia astronomi yang sangat panjang berjudul Kitab Al-Qanun Al Mas’udi. Maka dari itu beliau dikenal sebagai saintis pertama yang mengelaborasi eksperimen yang berhubungan dengan fenomena astronomi.
Kita perlu Belajar banyak dari Albiruni, Di usia yang muda sudah menunjukkan kehebatannya. Berbagai macam ilmu pengetahuan ditadahnya dengan sepenuh hati. Dan karya-karya fonumental pun terlahir. Meski dalam keterbatasan sarana dan fasilitas hal itu tak membuat beliau berhenti berkreativitas. Mampu mengubah kelemahan menjadi sebuah kekuatan yang besar. Dan dengan tekad dan kemauan yang tinggi semua bisa menjadi terwujud, meski pada akhirnya hanya 1/5 dari karyanya yang berhasil terselamatkan.
“Aku mengabdi kepada ilmu pengetahuan karena ilmu pengetahuan itu sendiri, bukan demi uang.”
Kata syarat makna saat beliau pernah akan diberi penghargaan berupa ribuan mata uang perak dan tiga ekor unta oleh penguasa yang berkuasa saat itu, akan tetapi beliau menolaknya. Benar-benar mencerminkan sosok yang bijaksana. Menunjukkan bahwa mencari ilmu itu semarta-mata karena Allah. Dalam penciptaan karya-karyanya pun al-Biruni tidak meremehkan karya orang lain, justru dikaji lagi untuk penciptaan karya baru.
“ilmuwan adalah orang yang menggunakan setiap sumber yang ada dalam bentuk aslinya, kemudian melakukan pekerjaan dengan penelitian melalui pengamatan langsung dan percobaan”,
Beliau adalah orang yang benar-benar menggunakan akal dan pikirannya yang di anugrahkan Allah, untuk melihat tanda-tanda kebesaran-Nya. Meski beliau menjadi ilmuwan besar tetapi sikap toleransi beliau terhadap masyarakat masyarakat tinggi. Dan juga ilmuwan yang tak lupa dengan “kulitnya”. Beliau tetap menghormati guru-gurunya seperti, Abu Nasr Mansur ibnu Ali ibnu Iraqi, Syekh Abdusshamad bin Abdusshamad, dan Abu Al-Wafa Al-Buzayani.serta yang lainnya.
Dengan semua kondisi yang ada al-Biruni tidak pernah menunjukkan sikap anatic buta terhadap satu masalah, atau melihat mazhab lainnya dengan pandangan permusuhan. Ia bahkan melakukan diskusi dengan kalangan ulama dan ilmuwan dari baik dalam mazhab-mazhab Islam sendiri, maupun dari kalangan Yahudi, Kristen, Shabiin, Budha dan lain-lainnya. Al-Biruni pribadi yang bebas dan tidak anatic. Albiruni juga menjelaskan peristiwa Ghadir Khum, Asyura dan Mubahalah, tapi pada saat yang sama ia menukil waktu-waktu shalat dari Khalifah Umar bin Khatthab dan Imam Jakfar Shadiq
Ya. Beliau adalah al-Biruni. Ia dibesarkan dalam keluarga yang mencintai ilmu pengetahuan dan juga taat beragama. Pemilik nama lengkap Abu Rayhan Muhammad Ibnu Ahmad al-Biruni adalah sosok yang sangat patut untuk diteladani karena “kehausannya” akan ilmu pengetahuan sejak usia dini. Beliau menghasilkan karya-karya fenomenal yang sangat berguna bagi kehidupan generasi selanjutnya.
“Tiap – tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan”. QS.Al-Ankabut (29) : 57.
Itulah yang terjadi pada al-Biruni pada usia 75 tahun, tepatnya pada 13 Desember 1048 dengan meninggalkan manfaat yang luar biasa terhadap umat manusia. Meski hanya 1/5 dari karyanya yang terselamatkan. Setidaknya masa lalu telah mengukir kejayaannya.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya siang dan malam, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, (yaitu) orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring. Dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi seraya berkata: Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa Neraka.” (Ali Imran: 190-191).
Berikut beberapa buku dan risalah yang masih terselamatkan yang pernah di hasilkan oleh al-Biruni selain yang telah disebutkan di atas adalah :
- al-Athar al-Baqia (Sejarah Kuno dan Geografi)
- al-Saidana (Materi Medica)
- al-Tafhim-li-Awail Sina’at al-Tanjim (ringkasan matematika dan astronomi)
- Astrolab
- Pengertian Astrologi (Tanya Jawab tentang astronomi dan matematika)
- Sejarah Khawarazm
- Riwayat Mahmud dan ayahnya
- Permata (tentang geologi, mineral, dan permata)
- Peraturan Ma’udi (tentang astronomi)
- Tanda yang Tersisa dari Abad lampau (kajian komparatif tentang kalender dari berbagai budaya dan peradaban)
- Kajian Kritis tentang Ucapan Orang India, Apakah Menerima dengan Alasan atau Tidak (ringkasan tentang agama dan filosofi India)
- Al-Jamahir fi Ma’rifati al-Juwahir (ilmu pertambangan)
- As-Syadala fi al-Thib (farmasi dalam ilmu Kedokteran)
- Al-Maqallid Ilm Al-Hai’ah (tentang perbintangan)
- Al-Kusuf wa Al-Hunud (kitab tentang pandangan orang India mengenai peristiwa gerhana bulan)
****