Sosok

Al-Khawarizmi: Bapak Aljabar

Buletinmitsal.com – Kata Algoritmi (latin) atau algorism (Inggris) atau algoritma (Indonesia) merupakan serapan dari nama Al-Khawarizmi. Al-Khawarizmi memiliki nama lengkap Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi dan dikenal sebagai matematikawan muslim yang tersohor. Di Barat, terutama di Eropa, dia lebih dikenal dengan nama algorism. Dia lahir di Khawarizm, Persia, pada 780. Al-Khawarizmi bekerja dalam sebuah observatorium tempat dimana ia menekuni telaah matematika dan astronomi.

Al-Khawarizmi adalah matematikawan pertama yang mengajarkan aljabar lewat karyanya yang berjudul Kitab al-Mukhtashar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah (Buku Kesimpulan Proses Kalkulasi untuk Paksaan dan Persamaan), yang disingkat dengan al-Jabr wa al-Muqabalah (Aljabar dan Persamaan). Karena itulah, Gandz dalam bukunya The Source of al-Khawarizmi’s Algebra (dalam Husain Heriyanto) menyebut Al-Khawarizmi sebagai Bapak Aljabar. Selain itu, Al-Khawarizmi juga mempelopori perubahan konsep Yunani Kuno tentang sebuah semesta yang statis ke suatu konsep dinamis yang baru, yang kemudian menjadi titik pijak perkembangan aljabar modern dan kalkulus.

Husain Heriyanto, dalam bukunya Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam menyebutkan, bahwa P.K Hitti dalam History of Arabs mengatakan bahwa Al-Khawarizmi adalah matematikawan yang berpengaruh besar terhadap matematikawan Barat. Menurut Hitti, hal ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa buku-buku Al-Khawarizmi digunakan sebagai teks standar bagi pengajaran matematika di berbagai universitas Eropa selama 400 tahun. Husain menambahkan, bahwa menurut Arsyad, orang-orang brilian Renaisans dan revolusi Prancis seperti Copernicus, Galileo, dan Kepler sulit disebut sebagai kaum intelektual di bidang matematika tanpa dihubungkan dengan karya-karya ilmiah-fundamental para ahli matematika muslim seperti Al-Khawarizmi, ‘Umar Khayyam, dan al-Kasyani.

Al-Khawarizmi berperan penting dalam mengembangkan konsep bilangan bagi dunia modern, sehingga bilangan arab (0, 1, 2, 3, … 9) terpakai secara meluas tak terbatas. Sesuatu yang tidak mungkin dicapai oleh bilangan Romawi (I, II, … X). Menurut Ajram (dalam Husain Heriyanto), komponen kunci dari karya-karya Al-Khawarizmi yang memberikan sumbangan besar terhadap aljabar dan metematika pada umumnya adalah penggunaan persamaan aljabar untuk menyederhanakan masalah-masalah matematika yang rumit. Hal ini digambarkan sendiri oleh Al-Khawarizmi yang menulis bahwa tujuan telaahnya adalah “bagaimana menunjukkan apa yang termudah dan paling berguna dalam aritmatika”.

Dalam pengembangan aritmatika, Al-Khawarizmi telah menulis banyak karya dan diterjemahkan ke bahasa latin yang telah menjadi rujukan kesarjanaan bagi para ahli aritmatika. Buku-bukunya merupakan buku pertama dari segi jenis, susunan, klasifikasi, dan kandungan materi.

Dalam karyanya, Husain menuliskan tujuh sumbangan utama dan orisinil Al-Khawarizmi, yakni:

Pertama, dia memperkenalkan perhitungan sistem decimal (persepuluhan) yang menggantikan sistem seksagesimal (perenampuluhan), suatu sistem perhitungan kuno dari Babilonia. Sistem seksagesimal itu sampai sekarang masih tersisa dalam perhitungan waktu: jam (60 menit), menit (60 detik), dan perhitungan busur derajat.

Kedua, Al-Khawarizmi meletakkan dasar-dasar ilmu hitung dan aljabar. Untuk pertama kalinya Al-Khawarizmi menggunakan simbol-simbol dan variabel-variabel, mendahului sarjana-sarjana Eropa, dan penggunaan simbol-simbol itulah yang mendukung kemajuan pesat matematika.

Ketiga, dia menerapkan bilangan nol (shifr) untuk pertama kalinya dalam perhitungan sistem decimal (aritmatika) dan aljabar. Kata Arab Shifr yang berarti nol, masuk ke Eropa menjadi cipher, chiffre, dan zero. Aplikasi bilangan nol tersebut merupakan sumbangan penting bagi kemajuan matematika modern sedemikian rupa sehingga tanpa angka nol itu banyak operasi dan persoalan matematika sekarang yang tidak dapat diselesaikan.

Keempat, dia menemukan nilai π (phi) yang menyatakan perbandingan keliling sebuah lingkaran terhadap garis tengahnya, yaitu sebesar 22/7 = 3,1428571 (bandingkan dengan π modern yang bernilai = 3,1415926). Al-Khawarizmi menemukan bahwa perbandingan keliling terhadap garis tengah lingkaran bernilai tetap (konstanta) tanpa tergantung pada ukuran lingkarannya. Penemuan konstanta π tersebut sangat berguna untuk perhitungan-perhitungan yang berkaitan dengan lingkaran dan bola seperti luas dan volume.

Kelima, Al-Khawarizmi berjasa menyusun daftar logaritma. Istilah logaritma berasal dari nama Al-Khawarizmi sendiri. Istilah ini sekarang digunakan dalam pengertian sebagai suatu tata cara sistematis untuk menemukan jawaban dari sebuah soal dimana tiap langka harus jelas letaknya.

Keenam, Al-Khawarizmi juga menemukan metode aljabarik untuk menghitung tinggi segitiga. Dengan metode tersebut, tinggi sembarang segitiga dapat dihitung dengan metode penjabaran sisi-sisi segi tiga yang diketahui.

Ketujuh, Al-Khawarizmi merumuskan penyelesaian persamaan kuadrat dengan memperkenalkan konsep variabel, parameter, akar kuadrat, dan bersama ilmuwan muslim lainnya memecahkan persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0 dengan rumus yang sekarang dikenal sebagai rumus ABC.

Komentari Artikel Ini

comments

https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js
%d blogger menyukai ini: