Info Islam

Amerika yang tak Bisa Dipercaya

Gedung Putih hari Senin (25/9) dini hari mengubah lanskap kebijakan imigrasi negara itu dengan menambahkan warga beberapa negara dalam daftar pelarangan masuk ke Amerika Serikat.

Pada aturan baru itu, warga Iran dilarang memasuki Amerika kecuali jika ia sudah dikonfirmasi sebagai pelajar di negara itu, namun itupun harus berada di bawah pengawasan dan kontrol ketat.

Menteri Luar Negeri Iran di laman Twitternya mereaksi langkah terbaru Amerika itu dan mengatakan, empati palsu Donald Trump, Presiden Amerika kepada warga Iran, dengan menerapkan aturan keimigrasian baru dan menghina rakyat Iran, lebih konyol dari biasanya.

Dinamika politik dalam kerja sama Iran dan Amerika, dipenuhi dengan sikap permusuhan Washington atas Tehran yang dari hari ke hari semakin terbuka. Dalam kerangka ilusi lamanya, Amerika mengira bisa memaksa Iran menerima syarat-syarat yang diajukannya.

Pertanyaannya adalah, apa tujuan dari langkah Amerika yang keluar dari pakem diplomasi itu? Untuk mengungkap apa tujuan Amerika dari manuver terbarunya ini tidak perlu mengurai kode, pasalnya Amerika sejak awal kemenangan Revolusi Islam Iran selalu memusuhi Tehran karena Revolusi Islam telah menunjukkan sifat asli Amerika kepada dunia dan memutus tangan Amerika dari Iran.

Sekarang di masa Trump, Amerika kembali mengulang skenario yang sama dengan dua tujuan, pertama, menciptakan front baru untuk menekan Iran atas dasar tuduhan mendukung terorisme. Kedua, memperlebar tuduhan ini ke masalah-masalah yang lain dan menyerang kepentingan Iran dalam kerangka “studi kasus” di bidang lain termasuk rudal balistik.

Akan tetapi, upaya Amerika ini juga menyasar tujuan lain. Sekarang negara itu justru sibuk mengurusi hal-hal di luar masalah untuk mengalihkan perhatian publik, ketimbang berkonsentrasi pada inti masalah yang sedang menerpa kawasan. Pemerintahan Donald Trump berusaha menunjukkan wajah Iran yang tidak nyata dan hal itu tampak jelas dalam pidato memalukannya di sidang Majelis Umum PBB.

Tapi bagaimana strategi dari Iran sendiri dalam menghadapi manuver baru Amerika ini. Mohammad Javad Zarif, Menlu Iran dalam wawancara dengan stasiun televisi CBS, Ahad (24/9) menuturkan, dengan memperhatikan langkah Amerika, Iran telah menyiapkan sejumlah opsi, di antaranya keluar dari perjanjian radar. Program kami akan tetap damai, namun semua pembatasan yang sebelumnya kami terima secara sukarela, tidak akan kami terima lagi.

Surat kabar New York Times baru-baru ini menulis, Trump meminta para penasehatnya untuk menyampaikan laporan sedemikian rupa sehingga dirinya bisa menuduh Iran melanggar kesepakatan nuklir atau JCPOA.

Menurut koran Amerika itu, Washington kepada sekutu-sekutunya mengabarkan bahwa negara ini siap berpartisipasi dalam perundingan baru dengan Iran, jika tidak digelar perundingan baru dengan Iran, maka sebagaimana sebelumnya Amerika memutuskan keluar dari perjanjian iklim Paris, Washington juga akan keluar dari kesepakatan nuklir Iran.

Kesimpulannya, seluruh pelanggaran komitmen dan tindakan-tindakan tidak rasional Amerika ini menurut Menlu Iran hanya membuktikan satu hal, dan itu adalah bahwa Amerika tidak bisa dipercaya.

Sumber : Parstoday

Komentari Artikel Ini

comments

https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js
%d blogger menyukai ini: