Perspektif

Arbain : Napak Tilas Kafilah Al-Husein as.

Salam bagimu duhai Junjunganku
Salam bagimu duhai Maulaku
Salam bagimu duhai al Husein as
Salam bagimu duhai para Syuhada
Salam bagimu wahai As Sajjad as
Salam bagimu wahai Zainab al Kubra as
Salam bagimu sisa kafilah al Husein as
Deritamu deritaku jua
Kesedihanmu memenuhi dadaku
Lukamu tersayat-sayat di hatiku
Semoga kedatangan kami sebagai pelipur laramu
Terimalah daku yang berlumuran dosa ini
Janganlah kau tolak kehadiranku
Ya Allah, berikanlah kelayakan tercatat peziarah al Husein as di Hari Arbain ini

Bismillahirrahmanirrahim
Pembicaraa tentang Ziarah Imam Husein as penghulu syuhada, penghulu pemuda surga dan buah hati Rasulullah saw tidak bisa terwakili melalui tulisan ringkas ini. Banyak riwayat yang disandarkan kepada makshum as tentang keutamaan berziarah, di antaranya dari Imam shadiq as berkata, “Di hari kiamat tak seorang pun tidak berharap berziarah ke Imam Huseian as ketika melihat kemuliaan yang didapatkan oleh para peziarah Husein as di sisi Allah swt.”(Wasail al Syiah jilid 14 h. 424)
Dan di antara ziarah khusus untuk Imam Husein as, ziarah Arbain yang merupakan salah satu dari tanda-tanda orang mukmin. Berziarah ke Imam Husein as yang darahnya menjadi perhiasan keabadian sebagai bentuk persaksian, sebagaimana disebutkan dalam ziarahnya.
“Aku bersaksi bahwa darahmu berada di Maqam Khuld, menggoncangkan Arsy dan menyebabkan seluruh makhluk menangis.” (Al Kafy jilid 4 h. 576)

Adab-adab Ziarah ke Imam Husein as.

Mandi, wudhu, bibir selalu berzikir kepada Allah swt, dengan khusyuk dan penuh penghormatan, konsentrasi, dengan kehadiran hati dan menolong peziarah Imam Husein as merupakan di antara adab-adab berziarah ke Imam Husein as.
Dalam riwayat muktabar disebutkan di antara peziarah Imam Husein as adalah para malaikat yang berduka dan badannya berdebu sedang bertawaf di makam Imam Husein as sambil menangisi pemilik makam. Maka sebaiknya di tempat seperti itu, kita juga khusyuk sambil menangis, dan menghindari tertawa, bercanda dan bermain-main.
Hendaklah mengingat bahwa kalian mendatangi sebuah tempat seorang penghulu kita yang badannya berlumuran darah. Seorang cucu yang paling mirip dengan Rasulullah saw sambil berteriak, “Setelah kepergianmu tidak ada lagi kebaikan di dunia ini.” Seseorang yang telah mempersembahkan jiwanya. Masih terngiang-ngiang di telinga suaranya yang menyayat hati, saat tenggorokannya haus kekeringan, “Oh… Tulang punggungku telah patah.”
Ketika Zainab al Kubra menyaksikan jasad saudaranya tanpa tangan, ia menangis dan membuat teman dan musuh menangis. Dengan suara terluka dan hati hancur berkata, “Demi Ayahku. Kesedihan hingga terlewatkan. Demi Ayahku, haus mencekik hingga pergi. Dan demi Ayahku, orang yang janggutnya berlumuran darah.” (Luhuf h. 134)

Mengenal hak Imam Husein as

Ziarah lebih afdal dari puluhan haji, dan pahala dan ganjarannya tak terhitung. Semestinya hal ini harus dibarengi dengan makrifat tentang hak Husein as. Dalam riwayat banyak disebutkan bahwa syarat ini sangat ditekankan, Imam Shadiq as berkata, “Barang siapa mendatangai kuburan Husein as dengan makrifat atas haknya, maka Allah swt akan menempatkannya di tempat A’la Illiyin di surga.” (Wasail al Syiah jilid 14 h. 418)
Makrifat atas hak Husein as adalah meyakini bahwa Husein as merupakan imam yang ditunjuk dan dipilih oleh Allah swt, menaatinya merupakan ketaatan kepada Allah swt, dan meyakini perkataan atau taqrir Husein as dan para imam as yang lain. Termasuk pula beritikad atas kemakshuman, ilmu ghaib, keutamaan para Imam as dan beritikad kebatilan segala sesuatu yang tidak mendapatkan penegasan dan persetujuannya. Dan musuh penghulu para syuhada adalah musuh Allah swt dan RasulNya dan kita berlepas diri atas mereka.

Himbauan

Di antara hukum Alquran yang abadi dan tak berubah tentang perbuatan amal shaleh, “Sesungguhnya yang diterima Allah swt hanyalah dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Maidah: 27)
Para peziarah bepergian dengan perasaan cinta dan kerinduan, disertai pengorbanan harta, jiwa dan raga. Semestinya mereka harus menjaga jangan sampai dalam perjalanan ini melakukan perbuatan dosa yang menyebabkan amal perbuatannya tidak diterima Allah swt. Dosa lisan, seperti berbohong, menggibah, menghina dan sebagianya, dosa mata dan telinga, kehidupan dipenuhi dengan harta haram, harta riba dan maksiat, atau meninggalkan perbuatan yang diwajibkan Allah swt, seperti shalat, puasa dan haji dan amar makruf dan nahi mungkar yang semua ini bisa menjadi penghalang ziarah terkabul.

Satu-satunya jalan adalah taubat dan mengambil keputusan untuk tidak mengulang lagi perbuatan tersebut. Jika ada perbuatan wajib yang ditinggalkan harus segera ditunaikan, dan jika ada hak-hak manusia atau hak imam Zaman as dan para fakir sayyid terdapat dalam harta kita (khumus) harus segera dikeluarkan. jJka pernah melakukan maksiat, hendaklah dengan penuh kesungguhan beristigfar dan memohon ampunan Allah swt, serta menunjukkan penyesalan yang sangat mendalam. Jika anda termasuk peziarah perempuan dengan mengambil teladan dari para perempuan Karbala, terutama teladan yang diberikan oleh Zainab al Kubra, hendaklah menjaga hijabnya dengan sempurna—baik ketika sedang dalam perjalanan ziarah ataupun selainnya. Dan berusahalah dengan semaksimal mungkin mengejawantahkan sifat ketakwaan dalam diri kita semua.
Hendaklan kalian mengingat bahwa Imam Husien as penyebab kedatangan kita, berkata, “Barang siapa yang hendak melakukan maksiat kepada Allah swt, maka akan kehilangan apa yang ia harapkan dan akan segera terjadi apa yang ditakutkan dan dikhawatirkan.” (Al Kafy jilid 2 h. 373)
Salah satu pengaruh ziarah ke Imam Husein as—penghulu para syahid—sesuai dengan riwayat yang dinukil dari makshum as, “Ketika ia memulai (menggerakkan langkah pertamanya untuk berziarah), pada saat itu Allah swt mengampuni dosanya yang telah lalu.” (Tsawab al A’mal h. 91)

Jika Allah menghendaki kita semua—semoga kita termasuk dalam apa yang disebutkan dalam riwayat—harus diketahui bahwa musuh abadi kita adalah setan. Setelah melaksanakan ziarah yang disertai dengan pengorbanan harta, jiwa dan raga, ia akan berusaha agar pahala dan ganjaran ziarah ini terhapus dari kitab amal kita, sehingga termasuk orang-orang yang amal ibadahnya terhapus.
Alangkah sangat disayangkan bibir yang telah mengucapkan salam kepada Abu Abdullah as harus dikotori dengan gibah, cercaan, hinaan dan sebagainya.
Penghulu syuhada berkata tentang orang gibah, “Hendaklah menutup diri dari gibah, karena gibah itu makanan anjing neraka.” (Tuhaf al Uqul h. 254)

Sungguh sayang! Mata yang telah melihat makam imam Husein as dan Abu Fadhl Abbas, kemudian menangis atas kezaliman yang menimpa mereka digunakan untuk melihat yang diharamkan Allah swt. Apakah layak para peziarah yang datang dengan hati tersayat-sayat sembilu dan mata berlinang air mata di hari Arbain para Sayyid Syuhada, ketika kembali ke daerahnya masing-masing dengan mata yang sama melihat gambar dan foto yang diharamkan Allah swt, dimana musuh-musuh Islam membuat program media cetak dan elektronik untuk mencuri agama, rasa malu, iffah dan kehormatan peziarah itu?
Apakah layak pada setiap acara kaum muslimin, bacaan Alquran, dan doa serta puja pujian Ahlul Bayt as diganti dengan memutar musik yang hanya pantas untuk acara dan pesta Yazid dan para pengikut yazid?

Pesan untuk berdoa

Salah satu keistimewaan berziarah ke Imam Husein as adalah terdapat doa mustajab yang dipanjatkan di samping kuburnya. Di antara adab-adab berdoa adalah berdoa secara berjamaah dan bersama-sama, maksudnya sejumlah orang mukmin berkumpul dan berdoa bersama-sama untuk satu hajat.
Di masa zaman ke-ghaib-an kubra ini, fitnah berkecamuk, ancaman terus menimpa para pecinta Ahlul Bayt as. Lalu pada malam dan hari Arbain, seluruh mata tertuju kepada Maula Muttaqin, Imam Mahdi afj. dengan hati bersedih, berlinang air mata, penuh harap cemas berdoa untuk kezuhuran Imam Mahdi afj. Dan mengutamakan hajat ini atas hajat-hajat yang lain, dan mengajak orang lain turut serta dalam hajat ini, setelah itu berdoa untuk menyelesaikan seluruh persoalan dan hajat kaum mukminin.

Kalam Sayyid Syuhada as

Sebagai penutup kami menukil tiga hadis dari Sayyid Syuhada Imam Husein as, yaitu.
1. Imam Husein as berkata, “ salam itu memiiliki 70 kebaikan, 69 kebaikan untuk orang yang memberi salam dan satu kebaikan untuk orang yang menjawab.” (Tuhaf al Uqul h. 254)
2. Seseorang menulis surat kepada Imam Husein as dan meminta bimbingan kebaikan dunia dan akhirat. Imam as lalu menulis jawaban surat itu sebagai berikut:
“Bismillahirrahmanirahim. Barang siapa yang mencari keridhaan Allah swt sekalipun umat manusia murka maka Allah swt akan mencukupkan baginya, dan barang siapa yang mencari keridhaan manusia dengan kemurkaan Allah swt, maka Allah swt akan menyerahkan urusannya kepada manusia, wassalam.” (Raudhal al Wa’idzin jilid 2 h. 443)
3. Imam Husein as berbicara kepada sahabatnya, “Wahai umat manusia! Allah swt menciptakan hambaNya agar supaya hambaNya mengenalNya, ketika hamba mengenalNya maka ia akan menyembahNya, ketika hamba menyembahNya maka ia tidak butuh menyembah selainNya. Seseorang bertanya, “Bagaimana mengenal Allah?” Imam as berkata, “Mengenal imam as pada zamanya yang diwajibkan taat kepadanya” (‘Ilal al Syara’i jilid 1 h. 9)

Komentari Artikel Ini

comments

https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js
%d blogger menyukai ini: