Sumber-sumber Palestina mengkonfirmasikan gugurnya ayah Ali Saad Daobasa, balita Palestina yang dibakar pemukim Zionis bersama keluarganya. Saad Daobasa dilaporkan meninggal akibat luka parah yang ia derita ketika rumahnya dibakar pemukim Zionis.
Televisi al-Aqsa Sabtu (8/8) melaporkan, Saad Daobasa yang baru-baru ini dibakar hidup-hidup oleh pemukim Zionis, akhirnya gugur syahid setelah menderita luka parah. Di sisi lain, aksi sadis dan brutal Zionis membakar rumah-rumah warga Palestina masih terus berlanjut dan bertepatan dengan syahidnya Saad Daobasa, pemukim Zionis kembali membakar sebuah rumah warga Palestina, namun api berhasil dipadamkan oleh warga.
Ghassan Daghlas, pajabat yang menangani berkas pemukim Zionis di utara Tepi Barat mengatakan, sejumlah pemukim Zionis melempari rumah Mahmoud al-Kaabnah, namun api dapat dipadamkan oleh warga Palestina.
Berlanjutnya pergerakan Zionis ekstrim membakar rumah warga Palestina dan pembantaian terhadap bangsa tertindas ini bersamaan dengan statemen terbaru serta rasis rabi Zionis. Hal ini kembali menarik perhatian kita terhadap realita bahwa salah satu faktor utama eskalasi radikalisme di masyarakat Zionis adalah ajaran dan nilai-nilai yang menguasai rezim kriminal tersebut.
Dalam hal ini, salah satu rabi Zionis dalam statemen rasisnya menuntut eksekusi warga Palestina. Shmuel Eliyahu, rabi ekstrim Zionis dalam sebuah statemennya menyeru pemukim Zionis membantai warga Palestina yang anti kebijakan arogan Israel.
Bagaimana pun juga tindakan Zionis membakar rumah warga Palestina dan pembakaran hidup-hidup mereka serta kasus kejahatan para pemimpin dan rabi rezim ini kian menyadarkan masyarakat internasional akan esensi sejati rezim penjajah al-Quds yang berdiri tegak bersandarkan kekerasan, pembantaian dan rasisme.
Celakanya, bukan saja para rabi Zionis sebagai satu-satunya ulama agama rezim ini yang berusaha menjustifikasi aksi rasisme dan kedengkian warga Zionis dengan berbagai cara, tapi dapat dikatakan hampir seluruh pejabat yang notabene ulama rezim ini terus melakukan aksi serupa.
Dalam hal ini, buku The King’s Torah tulisan Rabi Yitzhak Shapira dan Yosef Elitzur yang dipublikasikan tahun 2009 dapat menjadi contoh akan ajaran radikal yang menguasai masyarakat Zionis. Penulis di buku tersebut mengklaim bahwa agama Yahudi membabaskan penganutnya membunuh anak non Yahudi, karena mereka menjadi ancaman bagi masa depan Israel.
Dimensi mengerikan kejahatan Israel terhadap warga Palestina dalam beberapa hari terakhir kembali mengingatkan realita ini bahwa Zionis tidak memiliki batasan dalam kejahatannya terhadap bangsa tertindas Palestina. Dengan melanjutkan pembantaian mengerikan terhadap warga Palestina, mereka masih mencantumkan pemusnahan bangsa tertindas ini di kebijakannya.
Di kondisi seperti ini, sikap pasif masyarakat internasional dalam menyikapi rezim Zionis dan berlanjutnya sikap Otorita Ramallah yang berdamai dengan Israel malah memicu kejahatan lebih sadis rezim penjajah al-Quds terhadap rakyat Palestina.
Source : http://indonesian.irib.ir/