Oleh : Syaikh Jawadi Amuli
Rasulullah SAW memberikan nasihat kepada Ibnu Mas’ud mengenai akar-akar dosa dengan merujuk kepada sebagian ayat yakni cinta dunia, cinta kedudukan, dan cinta diri sebab semuanya itu bisa menutup hati manusia.
Dosa itu Candu bagi Pelakunya
Rasulullah SAW mengatakan kepada Ibnu Mas’ud, “Hai Ibnu Mas’ud, hati-hatilah dengan mabuk dalam kesalahan. Karena dosa itu seperti minuman keras. Seseorang yang mabuk akan kehilangan daya pencerapnya dan tidak akan bisa melihat sesuatu dengan benar. Ia tidak akan bisa mendengar dan tidak akan bisa berpikir. Inilah perbuatan orang-orang yang melakukan maksiat.” Kemudian Rasulullah SAW menggunakan ayat ini sebagai dalil, “Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),” (QS. Al-Baqarah : 18). Orang seperti ini menjadi bisu, buta, dan tidak akan bisa kembali pada fitrahnya sebagai efek dari dosa-dosa.
Untuk kembali pada fitrah, ada dua jalan: Pertama, manusia harus bisa belajar kepada bagian dari dirinya yang terdalam dan kedua, ia juga harus belajar dari nasihat-nasihat yang ada di luar dirinya. Dan, dosa itu menutupi dua jalan tersebut. Dengan kata lain, dosa itu menutupi fitrah suci. Nasihat-nasihat bagus masuk ke telinga kanannya dan keluar dari telinga kirinya. Karena itu, bacaan-bacaan Al-Quran menjadi tidak berarti baginya. Demikian juga, kata-kata menjadi tidak bermanfaat baginya. Sejauh mana orang-orang yang berdosa memuaskan dirinya dengan dosa, sejauh itu pula ia dijauhkan dari pengetahuan yang benar. Dosa itu seperti air cemar yang akan mengotori hatinya. Ketaatan akan mencuci hatinya dan membersihkan dosa-dosanya. Tobat adalah air jernih yang akan menjernihkan hati dan membersihkan kotoran hati.
Dosa merusak ikhtiar positif, membuatnya menjadi keki dan sensitif dengan teguran orang lain. Rasulullah SAW kemudian mengacu kepada ayat Al-Quran yang mengatakan, “Dan apabila dikatakan kepadanya, ‘Bertakwalah kepada Allah,’ bangkitlah kesombongan untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya neraka jahanam dan sungguh (jahanam itu) tempat tinggal yang teburuk.” (QS. Al-Baqarah : 26)
Azab bagi Si Alim yang Tak Beramal
Kemudian Rasulullah SAW mengatakan kepada Ibnu Mas’ud, “Balasan untuk si ahli ilmu yang tidak mengamalkan ilmunya dan fakih yang tidak bertakwa adalah neraka jahanam, “Setiap kali ia ingin menyelamatkan diri dari neraka dan setiap kali mereka hendak keluar darinya (neraka) karena tersiksa, mereka dikembalikan (lagi) di dalamnya dan (kepada mereka dikatakan), ‘Rasakanlah azab yang membakar ini!’’” (QS. Al-Hajj : 22)
Ibnu Mas’ud mengatakan, “Aku melihat Rasulullah sedang menangis kemudian aku berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa Anda menangis?” Beliau menjawab, “Karena aku mengkhawatirkan umatku.”
Dunia itu Perhiasan
Kemudian Rasulullah SAW melanjutkan wasiatnya sambil membacakan ayat ini, “Sesungguhnya Kami menjadikan apa yang ada di muka bumi ini sebagai perhiasan,” (QS. Al-Kahfi : 7). Orang-orang yang berdosa tidak mampu melihat perhiasan hakiki. Mereka tidak memahami keindahan yang sebenarnya. Mereka malah terbisu dengan keindahan-keindahan palsu. Yang ada di muka bumi adalah keindahan-keindahan bumi. Manusia-manusia yang memiliki hati yang buta tidak memiliki kemampuan untuk melakukan identifikasi yang baik. Mereka tidak bisa memandang kebenaran.
Yang akan menjadi perhiasan manusia adalah sesuatu yang indah, yang akan selalu menyertainya pada masa sebelum kematian dan pasca kematian, “Dan Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang diatasnya menjadi tanah yang tandus lagi kering.” (QS. Al-Kahfi : 8)
Orang-orang yang tidak mempercantik dirinya dengan ilmu dan takwa atau hanya memikirkan kebun dan rumah artinya ia hanya memperindah tanah saja.
Kemudian Rasulullah SAW meneruskan nasihatnya dengan membacakan ayat ini, “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkannya, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah itu tempat kembali yang baik.” (QS. Ali-Imran : 14-15)
Tadabbur Al-Quran
Rasulullah SAW berkata, “Al-Quran bukan hanya sering dibaca tapi juga ditafakuri. Ketika engkau sampai di ayat amar makruf-nahi munkar, bacalah berulang-ulang kemudian tadabburilah karena perintahnya akan mengajakmu kepada kebaikan dan larangannya akan menghentikanmu dari hal-hal yang merusak.”
“Setiap jiwa akan dibalas atas apa yang mereka perbuat dan mereka tidak akan dizalimi.” (QS. Al-Jatsiyah : 22)
Tangisan Penyesalan
Rasulullah SAW berkata lagi, “Hai Ibnu Mas’ud, (ingatlah) pada hari ketika setiap jiwa mendapatkan (balasan) atas kebajikan yang telah dikerjakan dan dihadapkan (begitu juga) kepadanya atas kejahatan yang telah dia kerjakan, Dia berharap sekiranya ada jarak yang jauh antara dia dengan (hari) itu. (QS. Ali Imran : 30)
Rasulullah SAW sebagai seorang mufasir awal menafsirkan demikian, “Ketika seorang manusia melihat dosanya di hari kiamat, karena sedihnya ia akan meneteskan air mata darah.” (Bersambung…….)
(dikutip dari buku : Nabi SAW dalam Al-Quran, Jawadi Amuli)