Dalam pandangan Islam, kedudukan pria dan wanita sesungguhnya tidak ada perbedaan secara subtansial. Perbedaan di antara keduanya – kalau pun ada – hanya seputar aspek lahiriah, peran serta fungsinya saja. Karena pada hakikatnya ‘manusia’ bukan pria dan bukan pula wanita. Makna kata ‘manusia’ dalam Al-Quran tidak terbatas pada jenis dan golongan manusia tertentu, namun ia mencakup seluruh jenis manusia, baik pria maupun wanita, semuanya sama. Itulah sebabnya Allah SWT lewat firman suci-Nya di dalam Al-Quran Surah Al-Hujurat ayat 13, telah menyampaikan secara tegas dan gamblang bahwa perbedaan kedudukan di antara manusia itu, hanyalah karena takwanya. “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.” Pertanyaan kemudian, bagaimana dengan realitas di sekitar kehidupan kita? Adakah idealitas Al-Quran tersebut telah terwujud? Dalam kenyataannya, memang kita melihat bahwa ajaran Islam tersebut tidak sepenuhnya dijalankan manusia, bahkan terkadang oleh umat Islam sendiri. Mungkin kita sering mendengar getirnya kehidupan para TKW kita yang mempertaruhkan nasibnya kepada para tuan-tuan di negeri-negeri yang umumnya muslim. Padahal di zaman awal Islam, Rasulullah telah memberikan contoh pengajaran dalam memuliakan wanita, tatkala masyarakat jahiliah Arab menempatkan wanita sebagai makhluk yang tidak berguna dengan cara mengubur mereka hidup-hidup. Agaknya sabda Rasulullah SAW perlu kita renungkan ketika mengatakan : “Tidak akan pernah memuliakan perempuan kecuali laki-laki yang mulia, dan tidak akan pernah merendahkan perempuan kecuali laki-laki yang rendah juga.” Dengan begitu akan terkuaklah bagaimana sesungguhnya wajah masyarakat kita. Apakah sudah di era pencerahan atau masih berada di masa jahiliah. Wallahu a’lam bisshawab.
Wassalam