Dalam ajaran Islam, amal ibadah yang sangat mulia dan memiliki kedudukan yang sangat tinggi, adalah syahadah atau kesyahidan. Karena kesyahidan merupakan kematian demi Allah semata. Rasulullah SAW bersabda, “Di atas setiap kebaikan ada kebaikan, hingga ketika seseorang terbunuh di jalan Allah, maka tidak ada kebaikan lagi di atasnya.” Dengan demikian, tradisi kesyahidan memperkuat kesiapan seseorang untuk menghadapi kematian demi Allah. Hal ini merupakan logika yang didasarkan atas keyakinan agama, yang menyatakan adanya kehidupan setelah kematian.
Allah SWT berfirman dalam surah Ali Imran ayat 169, “Jangan kamu mengira orang-orang yang mati di jalan Allah itu mati, melainkan mereka hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat karunia.” Kesyahidan juga merupakan tindakan dari mereka yang terikat dengan peningkatan religius dan spiritual berdasarkan sikap mendahulukan kepentingan orang lain, dan dimanifestasikan melalui kecenderungan kepada akhirat yang lebih besar dibandingkan kehidupan dunia.
Imam Husain telah memberikan pelajaran kepada kita melalui pengorbanan yang dilakukannya bersama syuhada-syuhada Karbala, bahwa cinta pada kesyahidan merupakan bagian dari cinta kepada Allah. Kita juga telah diajari untuk memuliakan jihad demi menegakkan Islam. Dan setelah beberapa generasi berlalu sejak kebangkitan Imam Husain di Karbala, kita masih dapat menyaksikan berbagai pengaruh luar biasa yang terwujud akibat kesyahidannya.
Karena kesyahidan Imam Husain, keluarga dan sahabat-sahabat setianya tersebut, menciptakan semangat yang menggelora dan menjadi energi dan spirit yang tak akan pernah hilang di dada para pejuang dan pembela kebenaran, keadilan dan kemanusiaan.
Wassalam