Ramadhan suci telah datang kembali di hadapan kita. Perspektif bulan Ramadhan bukanlah semata-mata aspek ibadah kepada Allah saja. Ramadhan juga merupakan bulan yang penuh dengan refleksi terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Ketika rasa lapar dan haus hadir dalam diri kita, maka keikhlasan kita saat melaksanakan ibadah Ramadhan tercermin dari prilaku kita untuk mengapai Ridha Allah. Bulan Ramadhan merupakan kesempatan yang berharga bagi kaum muslimin, setelah selama sebelas bulan kita disibukkan dengan berbagai kesibukan duniawi, untuk menemukan kembali sisi-sisi spiritual kita yang hilang. Menahan diri dari makan, dari berbicara, dari tidur, dekat dengan masjid, membaca Al-Quran, mengerjakan amal-amal kebajikan, bersilaturrahmi, memberikan infak dan sedekah, dapat menjadi obat penawar bagi berbagai penyakit masyarakat Muslim baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Refleksi dan renungan ini merupakan cermin dari realitas yang ada dalam masyarakat kita. Karena Ramadhan telah hadir dalam wujud budaya di masyarakat, yang mereka menyambutnya dengan berbagai tradisi. Dalam menyambut Ramadhan, seringkali suasana religius seakan berubah menjadi sejenis kemeriahan. Maraknya acara-acara TV, telah menjadikan Ramadhan sebuah momen hiburan yang di situ lebih besar nilai ekonominya dibanding suasana religiusnya. Padahal hakikat Ramadhan adalah menjadikan kita manusia yang bertakwa. Olehkarena itu, seharusnya kita menjalani Ramadhan dengan penuh kekhusyuan dan bekerja keras dalam membangun dan mengembangkan diri kita menjadi pribadi yang mulia, baik di mata Allah maupun manusia. Itulah yang ingin dicapai di bulan Al-Quran yang penuh berkah ini. Marhaban ya Ramadhan.
Wassalam