Irfan & Akhlak

Menelusuri Hakikat dan Makna Sabar (2)

Oleh : Syaikh Husain Mazhahiri

Pada kesempatan sebelumnya, penjelasan telah sampai pada tiga kenikmatan yang akan didapatkan bagi orang-orang yang senantiasa bersabar ketika ditimpa musibah. Saatnya kita akan lanjutkan bahasan tersebut.

Nabi Yusuf as. Berkata : “Ya Ilahi, tangan pertolongan-Mu harus ada di atas kepalaku; dan jika tangan pertolongan-Mu tidak ada di atas kepalaku, niscaya aku akan cenderung kepada mereka.”  Jika seorang manusia ingin dapat mengalahkan hawa nafsunya, dalam arti dia bisa menang di dalam “peperangannya yang terbesar”, maka tangan pertolongan Allah harus berada di atas kepalanya. Ayat ini mengatakan, “Sesungguhnya tangan pertolongan Allah berada di atas kepalanya (Nabi Yusuf as). “Jika Anda tidak sabar, maka bukan saja Anda akan tertimpa penyakit lemah syaraf di dunia, bukan hanya roh dan keinginan Anda akan menjadi melemah, dan bukan hanya anda akan dihinakan oleh syahwat dan gharizah, melainkan itu juga merupakan satu bentuk kufur nikmat. Dan ketika anda tidak mensyukuri nikmat, maka dunia anda akan menjadi siksa yang amat pedih, akhirat anda akan menjadi azab yang amat pedih dan iman anda menjadi kurang. Karena, kita membaca di dalam riwayat, “sabar itu bagian dari iman.” Kemudian riwayat juga mengumpamakan bahwa sabar dan iman “tidak ubahnya seperti kepala dan jasad. Jika manusia tidak mempunyai kepala maka dia itu mayat. Riwayat seperti ini pun terdapat di Nahjul Balaghah, yaitu mengatakan, “jika manusia tidak mempunyai sifat sabar maka dia tidak mempunyai iman.”

Al-Ashma’i, seorang menteri Harun al-Rasyid, pergi untuk berburu, lalu dia pun tersesat dari kafilahnya manakala memburu buruannya. Dia bercerita, “Dalam keadaan seperti ini saya melihat sebuah kemah di tengah padang pasir. Ketika itu saya kehausan, sementara udara sangat panas sekali. Lalu saya pun berkata kepada diri saya, “saya akan pergi ke kemah itu, saya akan istirahat di sana, dan kemudian bergabung dengan kafilah.”

Al-Ashma’i, yang merupakan seorang menteri bagi setengah dunia pada masa itu berkata, “Ketika saya berjalan menuju kemah saya melihat seorang wanita muda yang cantik berada di dalam kemah. Wanita itu sendirian. Bangsa Arab sangat senang kepada tamu. Ketika wanita itu melihat saya, dengan serta merta dia menyampaikan salam kepada saya dan berkata, “silahkan. Maka sayapun masuk ke dalam kemah. Wanita itu mempersilahkan saya duduk di satu tempat, sementara dia duduk di tempat lain yang ada di kemah itu. Saya berkata kepadanya, berikan saya sedikit air, saya haus. Mendengar itu wajahnya berubah, lalu dia berkata, ‘apa yang harus saya lakukan, suami saya tidak mengizinkan saya memberikan air kepada Anda. Akan tetapi, saya mempunyai sedikit susu. Ini susu bagian saya. Saya tidak akan meminumnya. Silakan anda meminumnya.”

Al-Ashma’i melanjutkan ceritanya, “saya pun meminum susu itu, sementara wanita itu tidak mengajak saya bicara. Tiba-tiba saya melihat perubahan keadaannya. Saya melihat dari kejauhan ada bayangan hitam yang datang. Wanita itu berkata, ‘suami saya datang.’ Dia pun mengambil air yang tadi tidak dia berikan kepada saya untuk saya minum, lalu pergi ke luar. Saya melihat dari dekat, tampak, suaminya seorang laki-laki tua yang hitam dan berwajah buruk. Wanita itu membantunya turun dari untanya, mencuci kedua tangan dan kedua kakinya, dan memapahnya masuk ke dalam kemah dengan penuh penghormatan. Saya mendapati suaminya seorang laki-laki tua yang berakhlak buruk. Laki-laki tua itu tidak banyak mempedulikan saya, bahkan dia berlaku kasar kepada istrinya. Al-Ashma’i melanjutkan ceritanya, “saya muak dengan akhlak laki-laki itu. Sedemikian muaknya sehingga saya bangkit dari tempat saya dan lebih memilih berada di luar di bawah matahari dibandingkan di kemah. Kepergian saya dari kemah itu tidak dipedulikan oleh laki-laki tua itu. Akan tetapi wanita itu menemani saya ketika saya keluar. Saya berkata kepadanya, ‘saya menyayangkan anda. Dengan kecantikan yang anda miliki dan juga masih muda, anda begitu menyayangi laki-laki tua. Apanya yang anda sayangi? Anda menyayangi karena hartanya? Padahal keadaannya begitu mengenaskan, berada di tengah padang pasir. Atau, anda menyayangi karena akhlaknya? Padahal akhlak dan perilakunya sedemikian ganjil. Atau karena ketampanannya? Padahal, dia seorang tua renta yang buruk rupa.

Tiba-tiba aku melihat wajah wanita muda itu mendadak menjadi pucat, lalu dia berkata, “Wahai Ashma’i , saya menyayangkan anda, saya tidak menyangka anda seorang menteri Harun ar-Rasyid. Anda ingin menghapus rasa cinta saya kepada suami saya dari hati saya melalui fitnah. Wahai Ashma’i, apakah anda tahu mengapa saya berbuat demikian? Karena, saya telah mendengar Rasulullah SAW telah bersabda, ‘Iman itu sebagiannya adalah sabar dan sebagiannya lagi adalah syukur.’ Artinya, iman mempunyai dua sayap, yaitu sifat sabar dan sifat syukur. Saya wajib bersyukur karena saya dikaruniai kecantikan, kemudaan, dan akhlak yang baik. Dan syukur saya kepada Allah SWT adalah dengan cara berusaha untuk selaras dengan suami saya, sehingga iman saya menjadi sempurna. Saya akan tetap sabar terhadap perlakuan buruknya. Dunia akan berlalu, sementara saya ingin menyempurnakan iman saya, dan ingin meninggalkan dunia ini dengan iman yang sempurna.”

Betapa indahnya jika anda memelihara akhlak seperti ini di rumah. Alangkah indahnya jika seorang laki-laki berkata kepada dirinya. ‘saya akan sabar manakala melihat hal-hal yang tidak berkenan dari istri saya’ dengan begitu, akan menjadi baik semua urusan, dan mereka akan mempunyai keserasian di dalam akhlak secara seratus persen. Tentu, mereka yang merupakan satu cahaya, seperti para maksum yang empat belas, dikarenakan mereka adalah garis yang satu, maka mereka mempunyai keserasian yang sempurna. Selain dari para nabi, tidak mungkin ada yang bisa sampai kepada keserasian seratus persen.

Karena yang demikian itu tidak mungkin maka apa yang harus kita lakukan? Jika kita menginginkan suasana hangat di dalam rumah maka sifat toleran, sabar, dan istiqamah harus meliputi rumah kita. Jika sifat sabar, istiqamah, dan kasih sayang ada di dalam rumah kita. Maka suasana rumah kita akan menjadi hangat. Sebaliknya, jika di dalam rumah tidak terdapat sifat sabar dan toleran maka tidak akan ada keserasian secara seratus persen. Sehingga ketika terjadi benturan maka akan muncul berbagai perselisihan keluarga.

Pelajarilah oleh Anda mereka yang mempunyai perselisihan-perselisihan keluarga. Niscaya anda akan melihat darimana perselisihan-perselisihan itu berawal. Pelajari juga oleh anda mereka-mereka yang mempunyai hubungan kekeluargaan yang hangat. Cari esensi penyebab yang tersembunyi dari semua itu? Di dalam Al-Quran Al-Karim terdapat lebih dari tujuh puluh ayat yang berbicara mengenai sabar dan keutamaannya. Adapun penyebabnya ialah bahwa keutamaan ini (yaitu sabar) menimbulkan perbuatan-perbuatan yang besar. Keutamaan sabar sangat bermanfaat sekali dalam pembahasan kita ini. Sabar berguna untuk memperkuat keinginan. Sabar juga berguna sekali bagi para guru di kelas (supaya mereka tidak tertimpa kelemahan syaraf). Sabar juga sangat bermanfaat bagi rumah tangga dan keserasiaan, terutama bagi anak-anak anda.

Tidaklah logis seorang anak dididik di dalam sebuah rumah yang tidak terdapat keserasian di antara kedua orang tua. Tidak benar sama sekali anda mengumpulkan harta dengan tujuan untuk menjamin masa depan anak-anak anda. Yang demikian itu salah. Akan tetapi, jaminan bagi masa depan anak-anak anda ialah dengan menjadikan mereka menjadi manusia, dan tidak mendidik mereka menjadi anak yang nakal dan kacau. Anda harus bersabar di dalam rumah, dan jangan disedihkan oleh kesulitan-kesulitan. Tentu, jika sabar datang, dan seorang manusia telah menjadi orang yang tidak disedihkan oleh berbagai kesulitan (sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Quran) maka tentu akan baik semua urusannya.

Sesungguhnya Al-Quran memberi karunia kepada Rasulullah SAW di dalam surah Alam Nasyrah, dan itu merupakan karunai pertama yang dikaruniakan kepada Rasululah SAW, “Bukankah kami telah melapangkan urntukmu dadamu? Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.(QS. Al-Insyirah : 1 – 7)

Wahai Nabi, bukankah Kami telah melapangkan dadamu, sehingga engkau dapat menghadapi kesulitan-kesulitan? Kemudian, datang karunia yang kedua, “Dan Kami tinggikan bagimu sebutan [nama]mu, Karunia ketiga,”Dan kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu.” Kemudian, Al-Quran mengatakan, bahwa jika manusia telah lapang dadanya maka dia menjadi orang yang sabar dan tangguh, dia tidak boleh menjadi orang yang berkeluh kesah, dan tidak boleh lari dari gelanggang hanya karena peristiwa kecil. Manusia yang terkena penyakit lemah syaraf akan lari dari berbagai kesulitan, dan akan berteriak dengan keras. Al-Quran Al-Karim mengatakan, “Karena, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”  Jika anda sabar menghadapi kesulitan-kesulitan, maka semua urusan akan menajdi mudah bagi anda. Anda akan menyelesaikan kesulitan, dan kesulitan akan bisa terselesaikan. Allah SWT lah yang menyelesaikan urusan. Karena, segala sesuatu berada di tangan Allah.

Katakanlah, Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang-orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali-Imran : 26)

Kemuliaan dan kehinaan ada di tangan Allah, untuk bisa menyelesaikan kesulitan, sesungguhnya lahan telah tersedia bagi kita, akan tetapi hendaknya tangan Allah SWT yang menyelesaikan kesulitan. Jika anda mempunyai kesulitan maka berusahalah supaya Allah menjadi pembela anda. Ayat yang mulia di atas dengan tegas menekankan, “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Di dalam ayat ini terdapat lima atau enam penekanan, Artinya, Anda harus menjadi orang yang sabar. Ketahui, dan yakinilah. Tidak ada keraguan dalam hal ini. Yaitu, Allah SWT akan menyelesaikan kesulitan Anda. Namun, jika anda tidak sabar, maka pantulan pertama yang akan anda terima dari yang demikian itu ialah kesedihan dan kegelisahan.

Mereka menukil sebuah kisah tentang Majnun dan Laila (benar atau tidak kisah ini, namun kenyataannya memang demikian). Diceritakan, bahwa pada akhirnya dicapai kesepakatan untuk mengawinkan Laila dengan Majnun. Maka mereka pun pergi untuk melamar. Akan tetapi, ketika mereka pergi tampak kerutan di kening Majnun yang berasal dari bekas kesedihan. Mereka membawa Majnun ke sana, namun kemudian mereka tidak sepakat mengawinkan Majnun dengan Laila disebabkan kerutan yang ada di keningnya.

Seorang pakar psikologi mempunyai ungkapan yang indah. Dia mengatakan, “Kerutan kening Majnun telah menciptkan kerutan pada peristiwa perkawinannya.” Kata-kata ini begitu indah, ketidaksabaran mendatangkan kerutan. Kesedihan dan kegelisahan mendatangkan kerutan. Kufur nikmat, teriakan, dan keluhan mendatangkan kerutan. Sesungguhnya ini tidak menyelesaikan kesulitan. Dan sesungguhnya kebanyakan doa yang tidak dikabulkan ialah doa-doa yang timbul dari sini. Seolah-olah dia telah memberikan sebuah pinjaman kepada Allah SWT, “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah dan kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah.” (QS. Al-Ma’arij : 19-20).

Komentari Artikel Ini

comments

https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js
%d blogger menyukai ini: