Tauhid dalam Al-Quran
Pada pembahasan sebelumnya, kami telah membahas persoalan tauhid dengan pendekatan akal dan argumentatif. Sekarang, kami akan membahas persoalan tauhid dengan pendekatan Quran, dengan harapan bisa mendapatkan setetes pengetahuan dari lautan pengetahuan yang ada di dalam Quran, sehingga diri kita mendapatkan kucuran rahmat Ilahi.
Dalam pembahasan ini, kami akan membicarakannya pada 3 bagian; Pertama, tauhid argumentatif. Kedua, tauhid fitrawi. Ketiga, batasan tauhid dalam Islam. Setelah membahas tiga bagian ini, kami akan membahas persoalan syirik dan faktor-faktor yang menyebabkan kemusyrikan itu terjadi.
Tauhid dalam zat; konsep tauhid zati telah kami jelaskan pada pembahasan-pembahasan rasional (aqli). Yang kami maksud pada pembahasan tersebut bahwa hanya satu wajibul wujud pada realitas alam eksistensi. Allah SWT itu esa, satu, tak ada yang menyerupainya, dan tak ada yang menyamainya. Quran juga secara tegas menjelaskan persoalan tauhid dalam zat dengan beragam penjelasan, misalnya pada surah Asy-Syura : 11 Allah SWT berfirman, “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar Lagi Maha Melihat.” Begitu juga pada awal surah Ikhlas, Allah SWT berfirman, “Katakanlah (wahai Muhammad), “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.”
Tauhid dalam penciptaan; yang dimaksud dengan tauhid dalam penciptaan bahwa yang menciptakan seluruh makhluk di alam ini hanya Allah SWT semata, dan selain Dia tak satu pun yang mampu menciptakan makhluk beserta fenomena-fenomena lainnya. Quran juga mengisyaratkan dengan tegas bagian tauhid ini dalam beberapa ayat, misalnya pada surah Al-Raʻd : 16, Allah SWT berfirman, “Wahai Rasulullah, Katakanlah, “Allah adalah pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa Lagi Maha Perkasa.” Begitu juga pada surah Al-Aʻraf : 54 secara tegas Allah SWT berfirman, “Ingatlah, menciptakan dan mengatur alam semesta hanyalah hak Allah.” Pada surah Fathir : 3, Allah SWT berfirman, “Apakah ada pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi”?
Ayat di atas dan ayat-ayat lainnya yang berkenaan dengan pembahasan di atas, menjelaskan dengan baik persoalan tauhid dalam penciptaan serta menafikan segala bentuk sekutu, keserupaan, dan kesamaan bagi Tuhan dalam persoalan penciptaan.
Pertanyaan; jika ayat-ayat ini menunjukkan atas tauhid dalam penciptaan, lalu bagaimana dengan ayat lainnya dalam Quran yang menisbahkan penciptaan kepada selain Tuhan, misalnya dalam surah Al-Maidah : 110, Allah SWT berfirman, “Wahai Isa, dan (ingatlah pula) ketika kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku.” Begitu juga pada surah Ali ʻImrân : 49 yang juga berkaitan dengan Nabi Isa as, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhan-mu, yaitu aku membuat untukmu dari tanah seperti bentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah.”
Sebagaimana yang terlihat pada ayat di atas, perkara penciptaan juga dinisbahkan kepada selain Tuhan, apakah persoalan ini menunjukkan bahwa perkara tauhid dalam penciptaan bertentangan dengan ayat-ayat lainnya?
Jawab; dengan memperhatikan ayat-ayat tersebut, jawabannya akan terlihat secara jelas bahwa meskipun ayat-ayat tersebut secara lahiriyah menunjukkan penciptaan yang dinisbahkan kepada Nabi Isa as, akan tetapi secara tegas pada ayat tersebut juga dijelaskan bahwa segala hal tersebut bisa terjadi dengan berdasarkan pada izin-Nya. Dalam kata lain, ayat-ayat tersebut sama sekali tidak ingin mengatakan bahwa selain Tuhan terdapat pencipta yang independen dan sejajar dengan Tuhan. Namun ayat tersebut ingin menunjukkan bahwa pencipta yang lain berada di bawah naungan Sang Maha Pencipta yaitu Allah SWT, dan pencipta yang lain bisa terjadi karena izin dan perintah dari-Nya. Oleh karena itu, penciptaan seperti ini, sama sekali tidak bertentangan dengan tauhid dalam penciptaan.
Keyakinan terhadap pencipta selain Tuhan, hanya akan bertentangan dengan tauhid dalam penciptaan – digolongkan sebagai syirik dalam penciptaan – jika meyakini terdapat keberadaan lain yang setingkat dan setara dengan Tuhan sebagai pencipta. Pada ayat-ayat yang dijelaskan pada pembahasan pertama, Quran secara tegas menafikan adanya pencipta selain Tuhan yang independen (berdiri sendiri) atau menafikan adanya pencipta yang setara dengan Tuhan.
Mesti dipahami bahwa mungkin saja Tuhan mewakilkan kekuasaan penciptaan-Nya kepada sebagian hamba-hamba-Nya yang memiliki potensi yang layak dikarenakan suatu maslahat tertentu. Namun jelas, pencipta seperti ini berada dalam wilayah penciptaan Tuhan dan tidak akan dianggap sebagai pencipta yang independen. Oleh karena itu, tidak akan bertentangan dengan tauhid dalam penciptaan.
Tauhid rububiyah; tauhid rububiyah ini banyak dijelaskan dalam Quran dengan berbagai bentuk penjelasan. Pertama-tama lazim kiranya untuk menjelaskan kata ‘rab’ itu sendiri, kemudian menjelaskan pembagian dari rububiyah ini. Dalam beberapa penggunaan kata ‘rab’akan terpahami bahwa ‘rab’ dipredikatkan kepada individu yang memiliki kuasa penuh atas ikhtiyar individu lainnya, atau sesuatu yang memiliki kuasa penuh secara independen dalam menggunakan sesuatu yang dimilikinya tanpa memerlukan izin pada yang lain.
Misalnya di dalam bahasa arab, seorang Ibu yang memiliki aktivitas penuh di dalam rumahnya (ibu rumah tangga) disebut dengan ‘rabbatuddar’ (pengatur rumah), hal ini dikarenakan dalam urusan rumah tangga, seorang ibu bertindak sebagai penanggung jawab penuh. Juga dalam bahasa arab pemilik onta disebut dengan ‘rabbul-ibil’, yaitu seseorang yang memiliki onta dan yang bertanggung jawab mengurusi kebutuhan-kebutuhannya.
Berdasarkan hal diatas, kata ’rab’ bermakna pemilik dan pengatur. Oleh karenanya, Quran menyebut Tuhan dengan ‘rabbul’âlamin’. Maksudnya bahwa hanya Tuhan pemilik secara hakiki segala keberadaan-keberadaan dan hanya Dia yang mengatur segala keberadaan-keberadaan alam. Dia berkuasa secara independen, baik mengatur dan mengintervensi segala keberadaan, tanpa butuh izin dari keberadaan lainnya.
Rububiyah Takwini
Yang dimaksud dengan rububiyah takwini adalah sebagaimana yang telah diisyaratkan pada pembahasan sebelumnya yaitu hanya Tuhan sebagai pemilik hakiki seluruh fenomena-fenomena keberadaan dan yang mengatur serta pengatur realitas-realitas alam. Quran mengisyaratkan jenis rububiyah ini dalam beberapa ayat. Dalam surah Al-Aʻraf : 54 sebagaimana yang telah diisyaratkan sebelumnya, Allah SWT berfirman, “Ingatlah, menciptakan dan mengatur alam semesta hanyalah hak Allah.”
Juga dalam seluruh ayat-ayat yang di dalamnya disebutkan kenikmatan-kenikmatan Ilahi – pada pembahasan pembuktian wujud Tuhan telah kami paparkan sebagian dari hal tersebut – secara menyeluruh hal tersebut dianggap sebagai manifestasi-manifestasi rububiyah Ilahi, dan hal tersebut diungkapkan oleh Quran untuk menarik perhatian manusia serta mengingatkan manusia.
Pada surah Al-Anʻam ; 95-104, Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling (dari kebenaran).”
“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan perhitungan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”
“Dan Dia-lah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.”
“Dan Dia-lah yang menciptakanmu dari seorang diri. Lalu sebagian dari kamu ada yang tetap (sempurna dalam keimanan dan penciptaan) dan ada pula yang tidak tetap. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mau memahami.”
“Dan Dia-lah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan. Setelah itu Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak, dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur. Dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.”
“Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan) bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan, tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.”
“Dia-lah Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak, padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu, dan Dia mengetahui segala sesuatu.”
“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada tuhan selain Dia, pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia, dan Dia adalah pemelihara dan pelindung segala sesuatu.”
“Dia tidak dapat digapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat menggapai (melihat) segala penglihatan itu, dan Dia-lah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
“Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang, maka barang siapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri, dan barang siapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemeliharamu dan tidak berhak untuk memaksamu beriman.”
Ayat-ayat di atas dan juga ayat-ayat lainnya memiliki muatan yang sama bahwa seluruhnya menunjukkan rububiyah takwini Tuhan. Tauhid dalam rububiyah tasyriʻi juga memiliki makna yang sama bahwa hak otoritas hukum hanya dan dari Tuhan. Tak satu pun yang berhak membuat sebuah aturan tanpa seizin-Nya. Dalam Quran menegaskan beberapa kali berkenaan persoalan tersebut, “Sesungguhnya hukum itu hanya untuk Allah.” Silahkan merujuk pada surah Al-Anʻam : 57, surah Yusuf : 40 dan 67.
Oleh karena itu, berdasarkan pandangan Quran, baik rububiyah takwini hanya hak Tuhan, maupun rububiyah tasyri’i hanya terkhusus pada zat Tuhan. Tak seorang pun selain diri-Nya yang mampu menciptakan keberadaan. Sebagaimana tak seorang pun selain diri-Nya yang memiliki hak tasyri’i dalam membuat hukum apapun secara independen.
Diterjermahkan dari Buku : “Ămuzesy-e ‘Aqâ‘id” Tim Penulis : Mohsen Gharaveyân, Mohammad Reza Ghulâmî, Sayed Mohammad Husain Mirbâqerî).