Sosok

Sayyid Mar’asyi Najafi

Ulama yang sangat mencintai buku

 

Menjelang meninggalnya ia berkata :” Kuburkan aku di bawah telapak kaki peneliti dan pelajar pemburu ilmu.”

Ilmuwan asal Iran, seorang ulama yang sangat mencintai buku, dan berhasil membangun perpustakaan dengan koleksi puluhan ribu judul, karena jerih payahnya. Sayyid Mar’asyi Najafi. Dalam hidupnya ia menanggung lapar 20 jam dalam sehari, ketika mengumpulkan buku dari uang tabungannya. Ia berhasil mengumpulkan 50.000 judul buku dan 2500 manuskrip yang disimpan dalam rumahnya. Dan sekarang rumahnya telah menjadi perpustakaan umum, koleksinya sudah lebih dari 500.000 buku lama dan baru tentang keislaman, juga terdapat manuskrip kuno dan baru, di antaranya masih berupa tulisan tangan asli pengarangnya tentang berbagai ilmu yang berkembang pada masa kejayaan peradaban Islam. Dan perpustakaan itu menyimpan pembendaharaan dokumen terkaya di dunia, di antaranya terdapat buku yang dipandang langka. Sebagai perbandingan Universitas Teheran (sekitar tahun 1990-an) sendiri hanya menyimpan 15.000 manuskrip yang terbit sejak abad 17 M. (Sekarang perpustakaan itu dipimpin oleh anaknya sendiri Dr. Syed Mahmood Mar’asyi. Perpustakaan itu setiap harinya dikunjungi oleh 1500-2000 pencari ilmu). Ia meninggal dalam usia 96 tahun. Menjelang meninggalnya ia berkata : ”Kuburkan aku di bawah telapak kaki peneliti dan pelajar pemburu ilmu.”

Sayyid Mar’asyi an-Najafi dilahirkan di kota Najaf, pagi hari, Kamis tanggal 20 Safar tahun 1315 H, di dalam sebuah keluarga yang penuh dengan ilmu dan keilmuan. Diriwayatkan bahwa ayah beliau adalah termasuk orang-orang yang jenius dan luar biasa di zamannya dalam masalah fiqh, usul, hadits, rijâl (Ilmu yang membahas tentang para perawi hadits), sejarah, nasab, sandi, nujum, trigonometry, serta perwakafan. Beliau juga memiliki pandangan yang luas dalam ilmu-ilmu tata surya, bulan dan perbintangan (astronomi).

Ayah beliau telah mengetahui bahwa anaknya akan menjadi sosok yang memiliki tempat yang agung, dan hal tersebut adalah tampak tatkala beliau menyandang akhlak-akhlak mulia semenjak masa kecil. Pada saat ibundanya menyuruh supaya beliau membangunkan ayahandanya, permintaan ini dinilai sangat berat oleh beliau untuk memenuhinya, maka beliau pun mengusap pipi dan wajah beliau dengan telapak tangan ayahandanya maka terjagalah ayahandanya kemudian setelah merasakan sentuhan yang lembut ini, dan melihat sikap rendah diri dari putranya yang saleh ini ayahandanya pun segera mengangkat kedua tanganya ke langit dan mendoakan anaknya supaya mendapat taufik dari Allah. Sayyid Mar’asyi al-Najafi berkata: Sesungguhnya aku mendapatkan kedudukan ini dan Allah selalu memberikan taufik-Nya kepadaku adalah berkat doa orang tuaku.

Sayyid Al-Mar’asyi belajar dasar-dasar membaca dan menulis di kota Najaf dan menekuni pelajaran ilmu-ilmu alat Bahasa Arab seperti, nahwu, sharaf, balâghah, kemudian ilmu-ilmu naqli seperti fiqh dan usul, serta ilmu-ilmu aqli seperti mantiq (logika) dan filsafat. Pada saat itu beliau tidak penah meninggalkan satu ilmupun dari ilmu-ilmu secara silih-berganti di Hawzah kecuali beliau telah memperolehnya. Di antara ilmu-ilmu yang diperolehnya adalah Ilmu perbintangan, astronomi, ilmu hitung, geometri dan seluruh cabang ilmu matematika. Sebagaimana halnya beliau juga belajar ilmu kedokteran dan mukaddimah-mukaddimahnya selama dua tahun dan beliau berkata: “Sesungguhnya aku belajar ilmu kedokteran agar aku dapat memenuhi pengobatan pada diriku sendiri di saat kondisi keterpaksaan dan aku telah mendapatkan manfaat yang banyak darinya.”

 

Kisah-Kisah sebagai Sebuah Teladan Pribadi yang Istimewa

Belas Kasih Terhadap Anak-Anak Yatim

Ada salah seorang anggota masyarakat (awam) yang telah lanjut usia mendatangi beliau, setelah mengucapkan salam dan hormat dia berkata: Tuanku, aku perkenalkan diriku padamu bahwa aku adalah seorang tukang pijat, dan aku ingin menuturkan satu kisah yang pernah terjadi dalam kehidupanmu, aku adalah seorang tukang pijat di kamar mandi umum, dan di masa-masa mudamu engkau sering mendatangi kamar mandi umum itu bersama putra-putramu yang masih kecil, dan suatu hari engkau masuk dan di sana engkau melihat anak-anak lalu engkau menanyakan kepadaku perihal anak-anak tersebut, maka aku beritahukan padamu bahwa mereka adalah anak-anak yatim, lalu engkau berkata kepada putra-putramu jangan memanggilku dengan kata (ayah) untuk menjaga perasaan anak-anak yatim ini, lalu engkau memberi uang kepadaku untuk membelikan peralatan sekolah buat mereka, maka akupun membelikannya.

Shalat Malam

Beliau telah menegakkan shalat malam sepanjang umurnya yang mulia dan selama delapan puluh tiga tahun dan disebutkan di dalam wasiat yang beliau tulis tiga belas tahun sebelum wafatnya, di dalamnya beliau berkata:

“Aku berwasiat agar sajadah yang selalu aku pakai untuk shalat malam selama tujuh puluh tahun dikuburkan bersamaku.” Artinya sejak umur beliau tiga belas tahun beliau selalu melakukan shalat malam, mudah-mudahan Tuhannya membangkitkan beliau di makam yang terpuji.

Dan beliau berkata: “Aku wasiatkan supaya tasbih turbah yang selalu aku pakai untuk beristighfar di waktu Sahur –sebanyak bilangannya- juga dikuburkan bersamaku.”

Kisah Tentang Akhlak

Beliau berbicara tentang akhlak dan irfan, dan suatu hari beliau berbicara kepada pelajar-pelajarnya tentang hasad, beliau berkata: Hasad pada awalnya adalah bagaikan titik hitam di dalam hati penghasud, jika dia tidak segera mengobati hasad yang ada di dalam jiwanya dengan metode-metode yang disebutkan oleh para ulama akhlak, seperti hendaknya dia berdoa kepada Allah SWT supaya dihilangkan hasad tersebut darinya, dan berpikir tentang hal tersebut bahwa mengapa ia menginginkan hilangnya nikmat dari saudaranya padahal Allah yang memberinya nikmat tersebut dan Dia pula yang berhak mencegahnya, Dia Yang memberi manfaat dan Dia pula yang berhak memberi darar (bahaya), hendaklah dia memohon nikmat dari Tuhannya sebagaimana Allah memberikan nikmat kepada al-Mahsud-nya (yang dihasudi) dan dari situlah dia mengobati jiwanya. Karena sesungguhnya benih hasad bila tidak diobati dan dimatikan di dalam nutfah maka dia akan berkembang, dan benih tersebut suatu saat nanti akan tumbuh menjadi sebuah pohon atau tumbuhan yang gelap yang akan memenuhi seluruh wujud manusia.

Perpustakaan Umum

Di antara salah satu dari karamah-karamah (kemuliaan) Sayyid Al-Mar’asyi Najafi -Quddisa sirruh- adalah Perpustakaan umum. Sayyid Al-Mar’asyi telah meraih beberapa keistimewaan yang lebih popular dibandingkan orang-orang alim yang besar lainnya di masa itu. Di antaranya adalah:

Kecintaan beliau untuk menjaga barang-barang peninggalan dan manuskrip-manuskrip, yang mana kecintaan ini akhirnya membuahkan sebuah perpustakaan umum yang megah dan penuh berkah. Perpustakaan ini adalah termasuk di antara perpustakaan-perpustakaan yang terpenting di dunia Islam khususnya yang ada kaitannya dengan masalah penjagaan terhadap ilmu-ilmu–salam sejahtera Allah semoga tercurah keatas mereka semuanya-.

Sayyid Al-Mar’asyi telah bersabar menahan susah payah dan kesusahan-kesusahan di dalam mengumpulkan beberapa kitab yang belum pernah terdengar sebelumnya. Dan kami akan sebutkan di antara sebagian kisah-kisah tentang kesusahan dan jerih payah tersebut: Pembelian kitab dengan melakukan shalat (Ijarah) selama empat tahun

Dalam salah satu dari beberapa kitab ditemukan tulisan sebagai berikut:
“Saya membelinya dengan ijarah berziarah ke makam kakekku Maula Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib –ruhi lahul fida’- setiap hari satu kali selama satu tahun, dan saya atas nama hamba yang lemah Syihabuddin Al-Husaini Al-Mar’asyi An-Najafi. Ijarah shalat selama dua tahun Di dalam salah satu kitab juga ditemukan catatan sebagai berikut ini:

“Kitab Kasyful Lughah wa Al-Ishthilahat, karya Al-Allamah Abdurrahim bin Ahmad Al-Hindi Al-Hanafi yang terkenal, sesuai dengan pengakuan putra beliau yaitu Al-Allamah Syaikh Syihabuddin Al-Bahari pada tahun 1060 dan meninggal selang beberapa saat setelahnya. Saya membelinya dengan ijarah melakukan shalat selama dua tahun sebagai ganti dari Almarhum Mirza Muhammad Al-Bazzaz At-Thahrani dengan nilai uang sebesar duapuluh rupiah mata uang Inggris. Dan Allah telah memberikan taufik kepadaku untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Shalat tersebut dimulai sejak dari pagi hari pada tanggal duapuluh satu Dzulqaidah, tahun 1342 H, dan saya sebagai penulis kalimat-kalimat ini berada di dalam kondisi lapar, karena sesungguhnya aku tidak mampu mendapatkan suatu makanan pokok selama dua puluh jam, Allah telah memberikan jalan keluar pada setiap kesusahan Syihabuddin Al-Husaini Al-Mar’asyi An-Najafi pada tahun 1342 di sekolah Al-Qiwam yang merupakan salah satu sekolah dari sekolah-sekolah yang berada di Masyhadnya kakekku Amirul Mukminin –Ruhi lahul fida’- “. (Artinya umur beliau yang mulia telah mencapai 27 tahun ).

Perpustakaan umum yang pertama kali dibuka di sekolah adalah merupakan cikal bakal perpustakaan sekarang ini dibawah naungannya. Ia dibuka pada tahun 1385 H. bertepatan dengan hari kelahiran Shahibuzzaman Maulana Al-Muntazhar afs, yaitu pada tanggal 15 Sya’ban. Karena banyaknya orang-orang yang mengunjungi dan sempitnya tempat maka beliau membangung perpustakaan kedua yang baru di tempat yang berhadapan dengan sekolah dalam areal seribu meter persegi, serta memiliki empat tingkat. Dan dibuka juga oleh Sayyid tepat pada tanggal lima belas Sya’ban, tahun 1394 H. yang memuat enam ratus ribu kitab. Dan Allah menambahkan berkah hingga diperluas lagi dengan tambahan 500 meter persegi.

Kitab-kitab yang telah dicetak itu berkembang lebih dari Duaratus Limapuluh Ribu kitab, manuskrip-manuskripnya mencapai Duapuluh Lima Ribu manuskrip dan Sayyid Ahmad Al-Husaini seorang peneliti telah membuat daftar isi bukunya serta mencetaknya hingga tahun sekarang ini (1411 H.) sebanyak sembilan belas jilid dan di setiap jilidnya terdapat empat ratus kitab yang tercatat. Dan di dalam manuskrip-manuskrip terdapat keindahan-keindahan tersendiri sejak dari abad ke tiga hijriyah, sebagaimana yang disusun oleh para penulis ulung klasik, seperti Syaikh At-Thaif Syaikh Thusi, Al-Allamah Hilli seorang tokoh peneliti ulung yang pertama kali, Syahid Tsani, Al-Allamah Al-majlisi, Syaikh Al-Hur Al-Amili, Mirdamad, Syaikh Baha-i, Syakh Shadrul Mutaallihin Syirazi (Mulla Shadra), Faidh Kasyani, serta Syaikh Anshari, dan masih banyak lagi dari para penguasa ilmu pengetahuan, sastra dan seni dari berbagai mazhab serta agama yang berbeda-beda.

Naskah yang paling tertua adalah terdiri dari dua juz Al-Quran Al-Karim yang ditulis dengan khath Ali bin Hilal yang terkenal dengan sebutan Ibnul-bawwab Al-Katib Al-Baghdadi, ditulis pada tahun 392 H.

Jumlah para penelaah (di perpustakaan) ini berkisar antara dua ribu di setiap harinya, Perpustakaan ini juga memuat peralatan gambar yang terbesar, sebagaimana halnya juga terdapat ruangan yang besar untuk belajar yang disambung dengan auditorium-auditorium khusus untuk para peneliti, para penulis serta para pembuat bibliografi. Dan terdapat pula auditorium-auditorium khusus untuk peralatan-peralatan masa kini, kamera-kamera, serta mesin-mesin pembasmi kuman dan lain-lainnya.

Dengan bantuan Imam Ruhullah Al-Khomeini dan penjagaan pemerintah Islam aku dapat membeli tanah di dekat perpustakaan seluas 2400 meter persegi. Dan bangunan-bangunan yang baru itu direncanakan terdiri atas tujuh tingkat, tiga tingkat darinya berada di bawah tanah (ruangan bawah tanah) untuk dijadikan sebagai gudang-gudang manuskrip agar terhindar dari kemungkinan adanya beberapa bahaya, terutama adalah bahaya gempa, dan disiapkan juga untuk peralatan-peratalan elektrik yang terkini.

Kami memohon kepada Allah SWT mudah-mudahan memberikan taufik kepada para pekerja yang berkhidmat untuk agama, menghidupkan serta menjaga peninggalan-peninggalan kami yang besar ini. Dan semoga Allah SWT menyelimuti ruhnya Sayyid Al-Mar’asyi dengan rahmat-Nya yang luas, serta menyemayamkannya disurga-Nya yang luas.

 

Perpustakaan Ayatullah al-Uzhma Mar’asyi al-Najafi di kota Qom, Iran. (Oleh : AntaraFoto.com)

MANUSKRIP LANGKA. Seorang penterjemah menunjuk gulungan Al Quran sepanjang empat meter ditulis diatas kulit kuda berusia 600 tahun koleksi Perpustakaan Sayyid Mar’asyi al-Najafi di kota Qom, Iran.

Salah satu dari tiga perpustakaan Islam terbesar di dunia ini memiliki koleksi 75.000 manuskrip

langka yang 65% nya dalam bahasa Arab sementara sisanya dalam bahasa Iran, Turki, Urdu, Abisinia, Syria dan Latin

Komentari Artikel Ini

comments

https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js
%d blogger menyukai ini: