Kisah & Hikmah

Kita Semua Miskin di Hadapan Allah

Nabi Muhammad SAW sedang duduk di masjid di Madinah memberikan ceramah dan pengajaran kepada beberapa pengikutnya sembari menantikan waktu salat tiba.
Seorang kaya yang mengenakan busana mahal datang dan duduk di hadapan Nabi Muhammad SAW untuk mendengarkan ceramah beliau. Sementara itu seorang lagi juga datang untuk mendengarkan ceramah Nabi SAW dan mengambil tempat duduk di samping si orang kaya tadi.
Orang yang kedua yang datang bukanlah orang kaya, dia adalah seorang miskin. Pakaian lusuh dan sobek yang ia kenakan menandakan betapa miskinnya dia. Si orang kaya tidak senang kalau si miskin duduk di sampingnya. Dia tarik pakaian menarik, baru dan mahalnya lebih dekat, sehingga tidak akan tersentuh oleh pakaian kotor, lusuh dan sobek si miskin.
Nabi Muhammad SAW mengamati apa yang dilakukan oleh si kaya dan merasa kecewa dan terganggu oleh sikap orang kaya tersebut. Beliau bertanya kepada si kaya mengapa dia bersikap seperti itu.
Apakah karena dia berpikir bahwa kekayaannya akan berpindah kepada si miskin, atau karena takut kemiskinan akan mendatanginya? Si orang kaya, yang bukan merupakan orang jahat, menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah salah dan merasa menyesal.  Untuk menebus kesalahannya dan menunjukkan betapa menyesalnya dia, dia meminta maaf kepada si miskin dan menawarkan kepadanya separuh dari kekayaannya.
Si miskin berkata kepadanya bahwa dia menerima permintaan maafnya dan memaafkannya, namun tidak menginginkan separuh kekayaannya. Ketika ditanya kenapa, dia berkata bahwa dia takut kekayaan itu akan membuatnya pongah terhadap saudara Muslimnya.
Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah teladan Nabi Muhammad SAW di atas adalah:
Bagi Allah , kaya dan miskin tidak ada bedanya. Orang yang paling dekat kepada Allah adalah orang yang mentaati-Nya dalam seluruh perbuatan.
Sumber Rujukan: Muthahhari, Daastan-e Raastan

Komentari Artikel Ini

comments

https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js
%d blogger menyukai ini: