Irfan & Akhlak

Menelusuri hakikat dan Makna Sabar (1)

Oleh : Syaikh Husain Mazhahiri

Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.

Kita telah katakan bahwa manusia terbentuk dari dua dimensi; Dimensi malakut dan spiritual, yang dinamakan dengan roh, dan dimensi nasut dan bahimi, yang disebut dengan jisim, dan juga mereka namakan dengan gharizah dan kecenderungan. Dari pembahasan-pembahasan yang lalu kita telah mengambil kesimpulan bahwa hakikat manusia tersembunyi di dalam dimensi spiritualnya.

Pembahasan tersebut berkisar pada masalah jika dimensi spiritual menang atas dimensi bahimi, serta mampu menjinakkan dan memanfaatkannya, maka seorang manusia akan mampu sampai ke suatu tempat yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah SWT. Sebaliknya, jika dimensi bahimi yang menang atas dimensi spiritual, maka menurut pandangan Al-Quran manusia akan sampai ke suatu derajat yang lebih rendah dari hewan. Apa yang harus kita lakukan supaya kita bisa menang di dalam pertempuran ini, yang dinamakan oleh Rasulullah SAW sebagai “peperangan yang lebih besar”? Apa yang harus kita lakukan sehingga dimensi spiritual kita mampu menjinakkan dan memanfaatkan dimensi bahimi kita? Saya telah menyebutkan bahwa kita harus mendatangkan kekuatan dari luar, dan bukan dari dalam. Al-Quran Al-Karim telah menetapkan kekuatan untuk perkara ini. Sekiranya manusia mampu mengambil manfaat darinya, maka roh dan keinginannya akan menjadi kuat, dan pada akhirnya dia akan menang dalam pertempuran ini.

Al-Quran Al-Karim berkata mengenai hal itu, “Dan jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Pembahasan mengenai sabar, terbagi ke dalam tiga macam: Sabar di dalam menghadapi musibah dan kesulitan, sabar di dalam melakukan ibadah dan sabar di dalam menjauhi maksiat. Begitu juga ganjaran bagi ketiga sabar itu berbeda-beda. Sabar di dalam menghadapi kesulitan mempunyai ganjaran yang besar, dan dalam pandangan Al-Quran ganjarannya tidak terhitung. Al-Quran berkata,Sesungguhnya hanya orang-orang yang sabarlah dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”  (QS.Az-Zumar : 10).

Sabar di dalam melakukan ibadah ganjarannya lebih besar daripada ganjaran sabar di dalam menghadapi musibah, dan ganjaran sabar di dalam menjauhi maksiat jauh lebih besar dibandingkan ganjaran sabar di dalam melakukan ibadah. Pada kesempatan yang lalu, secara ringkas kami telah berbicara mengenai sabar di dalam menghadapi musibah. Sungguh, merupakan pembahasan yang bermanfaat. Sebagai contoh, bayangkan oleh Anda sebuah kelas terdiri dari enam puluh anak, yang berbeda-beda akhlaknya. Sungguh, mengelola kelas yang seperti ini sangat sulit sekali. Jika tidak ada kesabaran dan keistiqamahan di sana maka anda akan merasa letih. Dan dalam keadaan yang seperti ini Anda tidak akan bisa menunaikan kewajiban. Oleh karena itu, kita akan berbicara seputar masalah sabar di dalam menghadapi kesulitan.

Pertama-tama, Al-Quran al-Karim menyebut sabar di dalam menghadapi musibah. Jika seseorang mampu bersikap istiqamah di dalam menghadapi berbagai kesulitan, dan tidak kehilangan keseimbangan dirinya, dan jika musibah menimpa dirinya dia tidak bersedih hati dan tidak kehilangan keseimbangan dirinya, maka yang demikian itu di samping akan memperkuat roh dan keinginannya, juga mau tidak mau akan menjadikannya mampu menundukkan “kesulitan-kesulitan dalam. Dia akan dapat menggunakan kekuatan ini untuk menundukkan kecenderungan dan insting, di samping juga akan mendapat ganjaran yang besar.

Para ulama akhlak berkata, “Sesungguhnya setiap keutamaan mempunyai ganjaran dan tempat tersendiri. Akan tetapi menurut Al-Quran, sabar mempunyai ganjaran yang tidak terbatas. Karena, Al-Quran Al-Karim telah berkata, Sesungguhnya hanya orang-orang yang sabarlah dicukupkan ganjaran mereka tanpa batas.”  (QS.Az-Zumar : 10).

Artinya, manusia yang sabar adalah manusia yang tidak kehilangan keseimbangan dirinya dalam menghadapi berbagai kesulitan, manusia yang tidak marah manakala kelelahan (jelas, amal perbuatannya ini dijalan Allah). Maka baginya pahala yang tidak terbatas. Maksudnya, orang ini mendapatkan ganjaran yang besar, yang tidak ada orang yang mengetahui seberapa besarnya kecuali Allah SWT. “Sesungguhnya hanya orang-orang yang sabarlah dicukupkan ganjaran mereka tanpa batas.”  Jika di kelas anda mempunyai murid yang jelek akhlaknya, lalu untuk mendidiknya Anda mengenyampingkan sisi keburukan akhlaknya, dan anda tidak marah dan tidak pula memukulnya, lalu sebagai ganti dari itu anda malah mengobati kebengkokan akhlak yang dideritanya, maka Al-Quran berkata, sesungguhnya ganjaran anda tidak hanya terbatas ganjaran menghidupkan seorang manusia saja. Sesungguhnya hanya orang-orang yang sabarlah dicukupkan ganjaran mereka tanpa batas.”  Bahkan, ganjaran anda tidak terbatas, dan tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah SWT.

Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “ Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji’un”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah : 155-157)

Ayat ini berbicara tentang sabar dalam menghadapi musibah. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa ketika manusia datang ke dunia, dia mempunyai kesulitan-kesulitan. Setiap orang yang anda temui mengeluhkan masalahnya. Satu orang mempunyai kesulitan rumah tangga , yang satunya lagi mempunyai kesulitan karena miskin, satu orang lagi mempunyai kesulitan sosial, dan yang lainnya lagi mempunyai kesulitan karena sakit. Walhasil dunia ini adalah “tempat yang dikelilingi oleh bala dan musibah. Semoga Allah SWT merahmati seorang muazin mesjid yang bernama Sayyid Ishafan, yang pergi ke menara azan sebelum waktu subuh, dan di sana dia bermunajat kepada Tuhannya hingga datangnya waktu Subuh. Laki-laki ini berkata kepada saya, Pada suatu hari aku pergi ke menara, dan dari menara aku melihat — dari menara azan seseorang dapat melihat rumah-rumah yang ada di sekelilingnya — di satu rumah ada orang yang meninggal dunia dan keluarganya tengah menangisinya, di satu rumah yang lain ada orang yang tengah menikah, sementara di rumah lainnya ada seorang wanita yang tengah melahirkan.

Demikianlah keadaan dunia. Tidak mungkin bagi manusia di dunia segala sesuatu berlangsung sesuai dengan keinginannya. Tidak ada tempat bagi yang demikian itu. Justru, musibah dan keresahan begitu banyak mengalir seperti air bah. Jika seorang manusia mampu menghadapi kesulitan-kesulitan ini, yaitu dia mampu mengambil manfaat dari kesulitan-kesulitan ini, maka kesulitan-kesulitan ini akan berubah menjadi sebesar-besarnya kenikmatan bagi dirinya. Karena, kesulitan-kesulitan ini akan mendorong kepada penguatan roh dan keinginan, dan akan mendorong kearah kesempurnaan. Karena, tujuan dari penciptaan manusia adalah agar manusia menuju kesempurnaan. Akan tetapi, jika dia tidak mampu mengalahkan kesulitan-kesulitan, maka dia akan hanyut dibawa banjir, dia akan merasa resah, gelisah, dan putus asa, hingga secara perlahan-lahan dia akan sampai kepada lubang kekufuran, dan sampai kepada tingkatan di mana kelemahan menyerang syaraf-syarafnya. Pertama, kesulitan-kesulitan rumah tangga menimpanya; kedua, dia kehilangan teman-temannya; dan ketiga, yang merupakan lebih buruk daripada yang di atas, dia terjerumus ke dalam kufur nikmat. Ayat di atas menyifati dunia demikian.

Berbagai musibah datang menghampiri manusia. Terkadang musibah anak, terkadang musibah ibu bapak, musibah kemiskinan dan ketiadaan rasa aman, terkadang musibah pemberontakan dan ekses dari pemberontakan, dan hal-hal lain yang seperti itu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” Wahai Nabi, berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, berilah kabar gembira kepada orang-orang yang mampu bersikap istiqamah, dan katakan kepada mereka, “Musibah ini adalah kenikmatan bagimu.”  Jika engkau benar-benar bersabar pada saat datangnya musibah maka Aku akan memberikan kepadamu tiga kenikmatan, yang kalau salah satunya saja. Kami berikan kepada seluruh alam, maka itu mencukupi mereka. Tiga kenikmatan itu ialah :

  1. “Mereka itulah yang mendapat shalawat (keberkahan yang sempurna) dari Tuhannya. “ di Dalam Al-Quran Allah SWT bershalawat kepada Rasulullah SAW, Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab : 56). (Ya Allah, sampaikanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad).

Disini, Allah SWT juga menyampaikan shalawat kepada manusia yang sabar. Kepada siapa? Kepada suami yang tidak kehilangan keseimbangan dirinya di dalam menghadapi berbagai kesulitan di luar rumah, dan kesulitan itu tidak menyebabkan akhlaknya menjadi buruk dan tidak juga dia mengeluh. Kepada siapa lagi Allah bershalawat? Kepada ibu dan bapak guru yang pergi ke kelas dan menyaksikan seorang murid yang nakal, yang selalu membuat onar meskipun ibu dan bapak guru itu memperlakukannya dengan cara yang baik. Demi memperbaiki akhlak anak itu, ibu dan bapak guru tetap istiqamah, sabar, dan tidak marah, serta tetap mengelola kelas dengan akhlak yang baik. Kepada ibu dan bapak guru yang seperti ini kita harus mengatakan, “Salam dari Allah SWT bagi Anda berdua.” Dan sebagaimana perkataan Imam Ja’far ash-Shadiq, Jika hanya salah satu saja dari ketiga kenikmatan itu diberikan kepada seluruh alam, maka itu mencukupi mereka.” Sungguh, yang demikian itu benar. Ketika anda hendak menghormati Pemimpin Besar Revolusi Imam Khomeini, maka tentu Anda mengucapkan salam kepadanya. Nah sekarang, Allah SWT mengatakan, “Selamat bagi anda jika anda orang yang sabar.”

  1. Kenikmatan yang berikutnya adalah rahmat. Mereka itulah yang mendapat shalawat (keberkahan yang sempurna) dan rahmat dari Tuhannya.(QS.Al-Baqarah : 157) Artinya, jika seseorang sabar maka rahmat Ilahi akan meliputinya. Kata “rahmat” dalam ayat ini mempunyai makna mutlak, yaitu meliputi dunia dan akhirat, tidak ubahnya seperti seseorang yang menyelam ke dalam air, di mana air meliputinya dari semua sisi. Ayat ini mengatakan bahwa sesungguhnya rahmat Allah meliputi dari semua sisi. Di dunia dia mempunyai rahmat Allah, di akhirat dia mempunyai rahmat Allah, dari sisi anak dia mempunyai rahmat Allah, dari sisi akibat yang baik dia mempunyai rahmat Allah, dari sisi jaminan masa depan dia mempunyai rahmat Allah, dari sisi keselamatan jiwa dia mempunyai rahmat Allah, dan dari keselamatan badan dia mempunyai rahmat Allah.

Jika tidak ada faedah bagi seorang manusia yang sabar, selain dari jika dia sabar dia tidak akan terkena penyakit lemah syaraf, sungguh rahmat Allah ini saja sudah cukup baginya. Mengapa kita tertimpa penyakit lemah syaraf, dan siapa orang yang terkena penyakit ini? Doktor Tasyaharai mempunyai pandangan yang indah mengenai hal ini. Dia mengatakan, Dunia sekarang adalah dunia orang-orang gila. Sesungguhnya Sembilan puluh lima persen dari manusia yang ada itu gila (pada waktu itu jumlahnya Sembilan puluh lima persen, sementara sekarang jelas lebih banyak lagi jumlahya). Dan penyakit lemah syaraf ini pada dasarnya adalah salah satu tingkatan dari penyakit gila.”

Dari mana datangnya penyakit lemah syaraf? Dari keresahan dan kesedihan yang bukan pada tempatnya. Dari mana datangnya kesedihan? Datangnya kesedihan disebabkan seorang manusia tidak mempunyai kesabaran dan pikiran, dan tidak mempunyai sikap istiqamah dalam menghadapi kesulitan-kesulitan. Jika seseorang mempunyai sifat sabar, maka tatkala ditimpa musibah dia akan mengatakan, Sesungguhnya kita ini kepunyaan Allah, dan sesungguhnya hanya kepada-Nya-lah kita kembali.” Diceritakan bahwa tatkala Pemimpin Besar Revolusi, Imam Khomeini mendengar berita wafatnya Almarhum Haji Sayyid Mustafa Khomeini (putranya), dia berkata, Sesungguhnya kita ini kepunyaan Allah, dan sesungguhnya hanya kepada-Nya-lah kita kembali.  Kemudian dia berkata lagi,Sesungguhnya Pencipta alam jagad raya mempunyai kasih sayang yang tersembunyi, dan wafatnya Mustafa merupakan salah satu dari kasih sayang Allah yang tersembunyi itu.”  Imam Khomeini tidak hanya cukup mengatakan, Sesungguhnya kita ini kepunyaan Allah, dan sesungguhnya hanya kepada-Nya-lah kita kembali.” Melainkan dia juga menganggap bahwa kematian putranya itu merupakan salah satu dari kasih sayang Allah SWT yang tersembunyi. Kita harus meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi atas manusia adalah merupakan bagian dari rahmat Allah yang tersembunyi.

  1. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah : 157) Artinya, tangan pertolongan Ilahi berada di atas kepalanya, senantiasa menolongnya di dalam menghadapi berbagai krisis, melindunginya dari kehancuran, dan menuntun tangannya menuju dunia dan akhiratnya yang terpelihara. Ketika tangan pertolongan Ilahi berada di atas kepala seorang manusia maka tentu dia akan mampu menundukkan gharizah dan kecenderungannya. Dan inilah yang dikatakan oleh Al-Quran, Dan jika tidak Engkau hindarkan tipu daya mereka dariku, tentu aku akan cenderung (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.”  (QS.Yusuf : 33).

(Bersambung…….)

Komentari Artikel Ini

comments

https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js
%d blogger menyukai ini: