Dalam kitab Gulzhor Akhbari, bab ke – 15, dinukil sebuah kisah dari Abul Fa’harawi :
Saya pernah membaca Al-Quran dalam sebuah pertemuan di istana kerajaan. Saat saya sedang membaca Al-Quran, raja itu sama sekali tak memperhatikan ayat-ayat suci itu. Bahkan dia terus berbincang dengan para hadirin lainnya. Malamnya, saya bermimpi bertemu Rasulullah SAW. Dengan raut wajah yang berubah, Beliau berkata kepada saya, “Mengapa engkau membacakan Al-Quran kepada orang-orang yang sedang berbincang-bincang dan tidak mendengarkannya. Setelah ini, engkau tidak akan dapat berbicara lagi sampai masa yang dikehendaki Allah SWT.”
Ketika terbangun dari tidur, alangkah kagetnya saya, karena saya telah menjadi bisu. Akan tetapi dari potongan terakhir ucapan Rasulullah SAW : Saya masih berharap, kelak lisan saya akan kembali terbuka. Setelah empat hari berlalu, di tempat yang sama ketika saya bermimpi bertemu Rasulullah SAW, saya kembali bertemu beliau. Dalam mimpi saya itu, beliau berkata, “Apakah engkau telah bertaubat?” Saya menjawab, “Benar, wahai Rasulullah.”
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa bertaubat, maka Allah pasti akan menerimanya.” Kemudian, Rasulullah SAW melanjutkan sabdanya, “Wahai mulut, terbukalah!” sembari mengusap mulut saya dengan tangan beliau. “Kapan saja engkau ingin membacakan Al-Quran kepada suatu kaum, bersabarlah hingga mereka mau memasang telinga mereka untuk mendengarkan firman Allah SWT itu.”
Sewaktu terbangun dari tidur, saya telah mendapati mulut saya dapat berbicara kembali.