Menghormati tetangga dan menjaga hak-haknya adalah suatu anjuran dari beberapa anjuran Al-Quran. Tuhan berkata: {Wa’budullaha wa la tusyrikuu bihi syaian wa bilwalidaini ihsaanan wa bidzilqurbaa waljaariljunuubi} “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin tetangga dekat dan tetangga jauh.”
Rasulullah SAW dengan maksud untuk membangun keselamatan dan menciptakan keyakinan dan kepercayaan sesama yang lain dan juga memperkuat persatuan dan kebersamaan serta keramah-tamahan di dalam masyarakat Islam, beliau menjelaskan tentang batas-batas bertetangga dan menjaga hak-hak mereka, beliau berkata: “Rumah seorang muslim mempunyai tetangga empat puluh rumah dari empat penjuru sudut rumahnya dan terhitung sebagai tetangga satu muslimnya, empat puluh tetangga depan rumah, belakang rumah, dari sebelah kiri dan dari sebelah kanan. “
Dalam jarak ini terkadang ditemukan seseorang yang tidak hanya dia tidak berbuat baik kepada tetangga-tetangganya bahkan dia mengganggu mereka.
Peristiwa Sebuah Pohon Kurma
Samrah bin Jundub meskipun pada zaman Rasulullah SAW telah menampakkan keislamannya tetapi sifat tercelanya seperti egois dan takabbur masih juga belum hilang dari dirinya. Dia memiliki sebuah pohon kurma di dalam rumah seorang lelaki Anshar dan kapan saja Samrah menginginkan untuk mencicipi buah kurmanya itu, dia terpaksa harus melewati rumah lelaki Anshar tersebut. Samrah datang kapan saja dia mau dan tidak mengenal waktu dan dia memasuki rumah lelaki Anshar tanpa sepengetahuan dan tanpa mendapat izin darinya dan menghampiri pohon kurmanya. Dalam hal ini dia menjadikan buah kurma tersebut sebagai wadah untuk mengganggu pemilik rumah tersebut.
Suatu hari lelaki Anshar tersebut menemui Samrah dan mengatakan kepadanya: Wahai Samrah! Kamu telah mengganggu ketenangan keluarga kami, dan dengan lalu lalang kamu, telah megambil ketenangan dan kenyamanan kami! Benar bahwa kamu memiliki pohon kurma di depan rumah kami, tetapi jalan penyeberangan kamu berada di rumah kami, kapan saja kamu menginginkan untuk mendekati pohon kurma itu, maka kamu terlebih dahulu harus memberitahu dan meminta izin dari kami, sehingga keluarga saya menjadi senang dan dapat menjaga dirinya. Tetapi Samrah adalah seorang lelaki yang keras kepala dan berhati hitam, dia tidak mau menerima permintaan dan persyaratan lelaki Anshar tersebut dan berkata: Tidak! Saya tidak butuh izin dari siapapun untuk mencicipi buah kurma saya sendiri.
Lelaki Anshar merasakan bahwa Samrah senantiasa berkeinginan untuk mengganggunya, dan tidak ada cara lain terpaksa menemui Rasulullah SAW dan menjelaskan tentang apa yang terjadi di antara dia dan Samrah dan menuntutnya secara resmi.
Rasulullah SAW juga meghadirkan Samrah dan mengatakan kepadanya: Kamu telah memasuki rumah tetanggamu tanpa seizinnya dan kamu telah menciptakan dan menyebabkan ketidaknyamanan dia dan keluarganya. Wahai Samrah! Mulai saat ini kapan saja kamu ingin memasuki rumah mereka dan menghampiri pohon kurmamu maka kamu harus meminta izin dari mereka.
Dia berkata: Yakni apa! Apakah untuk mencicipi buah kurma saya, saya harus meminta izin?!
Rasulullah SAW paham akan jawaban dari Samrah bahwa dia tidak akan berlepas tangan untuk mengganggu lelaki Anshar itu, lalu beliau menanyakan tentang harga pohon kurma tersebut dan menyarankan kepadanya agar menjual pohon itu seharga kemampuan yang dimiliki orang yang menjadi tantangannya, dan orang muslim itupun merasa lega dari perangkap ini, akan tetapi meskipun Rasulullah SAW menambah harga pohon kurma tersebut Samrah masih juga tidak bersedia untuk menjualnya. Rasulullah SAW berkata: Demi ketenangan lelaki beriman ini, gantilah pohon itu dengan sebatang pohon kurma yang saya miliki di tempat lain. Samrah Berkata: Saya tidak akan melakukannya. Beliau SAW berkata: Gantilah dengan dua batang pohon. Dia pun Berkata: Saya tidak mau. Nabi SAW berkata: Saya akan memberikan tiga pohon dan pada akhirnya setiap kali Nabi SAW menambah satu pohon sampai mencapai sepuluh pohon, tetapi Samrah masih juga berkata: Saya tidak mengabulkannya. Rasulullah SAW lalu berkata: Apabila kamu tidak menerima pohon yang berada di kebun itu, berikanlah pohon kurma itu kepada saya sebagai ganti dari sepuluh pohon kurma yang lain agar supaya perkara ini selesai. Samrah belum juga mau menerimanya.
Rasulullah SAW berkata: Saya akan menjamin bahwa apabila kamu di dunia ini berbuat untuk mendapatkan ridha Allah SWT dan meninjau kembali masalah ini, Tuhan akan memberi kepadamu imbalan yang lebih baik di tempat lain, tetapi Samrah akhirnya dengan nada menghina berkata: Saya tidak akan mau menerima imbalan sedemikian itu! Dengan kekerasan kepala dan kekerasan hati Samrah yang sama sekali tidak menerima dan tidak bersedia memecahkan tuntutan lelaki Anshar tersebut dari kenyamanan dan ketenangan keluarganya, atas kerusuhan itulah akhirnya Rasulullah SAW berkata: Wahai Samrah! Kamu adalah seorang pengganggu masyarakat!
Kemudian Nabi SAW menyeru kepada lelaki Anshar itu dan berkata kepadanya: Pergilah dan cabutlah pohon kurma dia dari akarnya dan lemparkanlah tepat di hadapannya, sebab Islam melarang setiap seuatu yang merugikan dan membahayakan orang-orang yang beriman. Karena lelaki Anshar mencabut akar pohon kurma tersebut, Rasulullah SAW berkata kepada Samrah: Sekarang pergilah dan tanamlah pohon itu di mana saja kamu inginkan.