Allamah Majlisi menulis sebuah kisah ketika ayat ini turun: Sesungguhnya neraka Jahannam adalah tempat tinggal mereka semua. Ia memiliki pintu-pintu, dan bagi setiap pintunya memiliki bagian lagi yang juga bisa dibagi. Rasulullah SAW menangis, karena melihat Rasulullah SAW menangis, para sahabat pun ikut menangis, tanpa mengetahui apa yang telah dibawa oleh Jibril dan apa rahasia dibalik tangisan Rasulullah SAW itu. Tak seorang pun diantara mereka yang berani menanyakan itu kepada Rasulullah SAW.
Menjadi sebuah kebiasaan, apabila melihat Sayyidah Fathimah, akan tampak perubahan pada diri Rasulullah SAW. Hal ini didasari betul oleh Salman, sehingga mendorongnya untuk pergi ke rumah Fathimah. Sesampainya disana, dia melihat putri Rasulullah SAW itu sedang sibuk menggiling gandum untuk dijadikan tepung, sambil melantunkan ayat suci ini : Dan apa-apa yang ada disisi Allah SWT lebih baik dan lebih kekal.
Salman kemudian menceritakan tentang tangisan Rasulullah SAW. Mendengar itu, Fathimah lalu bangkit dan merapikan pakaiannya, kemudian, dia pergi menemui Rasulullah SAW.Fathimah bertanya, “Duhai ayah, aku menjadi tebusan bagimu, apa yang telah menyebabkan engkau menangis ? .”
Rasulullah SAW lalu membacakan ayat itu kepadanya, mendengarnya, tampaklah kesedihan di wajah Fathimah. Kesedihan itu semakin menjadi, sehingga kemudian dia menjerit histeris, sambil mengucapkan, “ Oh…Sungguh kasihan orang-orang yang akan dimasukkan ke dalam neraka itu. “
Dalam suasana itu, Salman pun berseru, “Alangkah senangnya bila aku seekor kambing milik keluargaku. Kemudian, mereka merobek-robek kulitku, lalu memakan dagingku, sehingga aku tak pernah mendengar kata neraka selama hidupku.”
Setelah Salman, Abu Dzar berkata, “Alangkah senangnya bila ibuku seorang yang mandul, sehingga aku tak pernah dilahirkan olehnya dan aku tak pernah mendengar nama neraka.” Miqdad pun berkata, “Alangkah senangnya bila aku seekor burung, yang hidup jauh dari jangkauan orang-orang. Sehingga, aku tak punya hubungan, baik dengan ganjaran atau azab, dan aku tak pernah mendengar tentang neraka.”
Setelah mereka semua, Imam Ali pun berseru, “Alangkah senangnya bila binatang-binatang buas itu merobek-robek dagingku dan aku tak pernah dilahirkan oleh ibuku, sehingga aku tak pernah mendengar nama neraka.”
Beliau lalu meletakkan tangannya di atas kepala lalu menangis pilu seraya berkata, “Oh….Alangkah jauhnya perjalanan. Oh… Alangkah Sedikitnya perbekalan dalam perjalanan menuju Kiamat ini. Orang-orang yang berdosa itu akan pergi ke neraka dan dengan cepat (mereka) memasukinya.”