Ada sebuah kisah dalam kitab Ihyâ` ‘Ulûm Ad-Dîn karya Al-Ghazali yang patut untuk ditiru mengenai etika berdagang dan berbisnis. Kisah yang hingga saat ini masih terjadi; yakni para penimbun barang yang berharap mendapat keuntungan sesaat dan penyesalan di akhirat selamanya.
Seseorang menulis surat kepada seorang pedagang yang berbisnis dengannya. Dalam surat itu ia memberitahukan bahwa musim dingin telah merusak tanaman tebu, dan hal itu menyebabkan permintaan terhadap gula meningkat, dan dia meyakinkan bahwa harga gula akan naik. Ketika surat itu sampai kepada pedagang, maka dia pun pergi ke pasar Kufah dan memborongnya untuk kemudian ditimbun di gudang miliknya. Dia merasa senang sekali karena akan mendapat untung yang besar pada tahun ini.
Ketika dia kembali dari pasar dan telah selesai dengan hiruk pikuk urusan dunia, maka iman dan nuraninya pun berontak disebabkan keyakinan dan keislamannya. Dia mencela dirinya dengan mengatakan, “Tahukah engkau bahwa apa yang engkau lakukan merupakan pengkhianatan dan penipuan terhadap manusia.”
Sebenarnya pedagang itu tidak menipu manusia, karena dia telah membeli gula sesuai dengan harganya namun dengan harapan gula akan naik pada tahun depan; akan tetapi apa yang telah dilakukannya itu merupakan sebuah rencana penjerumusan terhadap manusia.
Kemudian pedagang itu pun tidak tidur semalaman. Selesai adzan subuh dan shalat, dengan segera ia memberitahukan masalah yang sesungguhnya kepada para pedagang yang telah menjual gula mereka. Pada saat matahari hampir terbit, dia telah mendatangi semua rumah mereka. Namun mereka menyatakan kerelaan mereka dan tidak ingin membatalkan transaksi yang telah dilakukan. Mendengar hal itu, ia pun merasa senang dan lega.
Tapi pada malam kedua dia tetap tidak bisa tidur. Dia teringat sebuah riwayat dari Rasulullah SAW yang mengatakan, “Bukanlah termasuk kaum Muslim yang menipu mereka.” Dikisahkan bahwa Rasul melewati pasar kota Madinah. Di sana beliau melihat pedagang buah dan barang lain yang menata bagian atasnya dengan barang bagus sementara bawahnya barang jelek. Lalu Rasul berkata kepada pedagang curang itu, “Apa yang engkau lakukan merupakan pengkhianatan terhadap kaum Muslim.”
Pagi pun datang kembali dan pedagang itu memohon kepada para penghuni pasar untuk bisa menerima gula yang telah dibelinya dari mereka. Pada malam ketiga dia bisa tidur dengan tenang dan berkata, “Segala puji bagi Allah, di mana saya telah mampu memelihara agama saya meskipun harus kehilangan keuntungan besar dari tangan saya.”